Malam ini, usai menaburkan bubuk racun tikus yang sudah dia siapkan dari beberapa hari lalu, Jimin tampak senang sekali. Tersenyam - senyum di belakang punggung Yoongi, sambil bersedekap tatapi bagian belakang punggung si duda yang sebentar lagi akan membiru.
Jimin itu kerap berekspektasi dahulu, dia bahkan gigit bibirnya usai membayangkan tatkala Yoongi kejang-kejang di depannya dengan Soobin yang menangis sambil berlutut karena ayahnya mati.
'beruntung memang menjadi asisten sementarㅡ'
"Ayah, bahuku terasa sakit. Tolong panggilkan dokter, aku sudah suruh paman Direktur Kim, tapi dia katanya sibuk."
Soobin mendadak masuk diiringi mulutnya yang terus berkalimat, melewati Jimin dan berdiri di samping cangkir teh milik Yoongi yang sudah Jimin taburi racun.Jimin lupa menidurkan Soobin terlebih dahulu. Dia terlalu mempercayakan anak itu pada Yeonjun sebelum menjalankan aksinya. Yeonjun, orang asing itu memang tak bisa diandalkan.
Dia berdecak di samping Soobin, menggertak hingga Soobin menunduk untuk menatap yang lebih tua.
Jimin tak menyadari, kalau parasnya yang cantik itu tambah imut kalau merengut."Hyung? Kau sakit?" tanya Soobin. Dia tampak cemas usai memperhatikan paras Jimin.
Sebagai alasan, Jimin mengangguk. Dia bangga pada dirinya sendiri saat ini, beralasan sakit juga tak buruk. Jimin sudah melakukannya berkali-kali, dan keputusannya itu selalu benar.
Melihat secangkir teh di sampingnya, Soobin meraihnya. "Ini, minum saja ini. Ayahku jarang minum teh." Dia berujar sambil sodorkan secangkir teh pada Jimin.
Tentu saja Jimin jadi gagu, mendapati secangkir teh yang sudah dia siapkan untuk Yoongi, malah ditawarkan kembali padanya. Tak apa apa kalau isinya masihlah teh biasa, tapi Jimin tahu betul kalau minuman itu sudah bercampur dengan racun tikus.
Racun tikus yang selalu Jimin bayangkan dari kecil, kalau dia akan menjadi tikus usai meminumnya.
"Astaga. Tak sopan jika sudah menyiapkan sesuatu untuk seseorang, kemudian kau meminumnya untuk dirimu sendiri. Jadi, taruh itu," kata Jimin. Mengarahkan tangan Soobin untuk mengembalikan cangkir teh yang sudah dia pegang.
Jimin tentu saja memberikan senyum paksa, mengelus-elus tengkuk Soobin dan berharap dalam hati supaya anak itu cepat-cepat pergi dari ruangan Yoongi.
Jimin harus kabur setelah Yoongi meminumnya, seteguk saja cukup padahal."Aku kan menawarkan padamu, hyung. Tidak apa-apa." Soobin meraih kembali cangkir yang sudah ditaruhnya itu, menyodorkannya tepat pada bibir Jimin.
Tak ada pilihan. Jimin memutuskan untuk meminumnya supaya Yoongi tak curiga, tak apa-apa dia mati, lebih baik mati oleh racunnya sendiri daripada dibunuh Yoongi.
Dia minum seteguk, sembari menatap Soobin yang senang sudah memperhatikan dirinya. Dia ambil sepenuhnya cangkir teh tersebut, kemudian duduk di sofa sambil melumat bibirnya sendiri. Dia baru sadar, kalau racun tikusnya terasa sangat kuat.
Jimin tatap Soobin dan Yoongi secara bergantian, kemudian merasa beruntung tak memberikan cangkir itu pada Yoongi. Sebab, jika Yoongi mencium aroma teh yang sudah bercampur dengan racun tikus itu, Yoongi mungkin saja akan langsung menodongkan senjatanya pada Jimin.
Aroma mematikannya sungguh membuat perut Jimin bergejolak."Aromanya," Jimin hisap aroma teh tersebut, "benar - benar membuatku ingin mati."
Soobin menoleh, parasnya berekspresi seolah bertanya. Namun, dia belum bisa berkata apa-apa.
Keduanya beradu pandang, Yoongi memperhatikan. Kemudian, Jimin terkekeh hambar pada Soobin.
"Ya ..., pasalnya aku miskin. Mencium aroma teh ini membuat isi kepalaku berubah menjadi terkaan perihal harganya saja."

KAMU SEDANG MEMBACA
New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pengusaha, dan Park Jimin adalah seorang polisi. Keduanya sama-sama punya cerita; Min Yoongi yang seorang duda, lalu Park Jimin yang hampir kehilangan pekerjaannya. Bagaimana keduanya bisa bertemu? Kebetulan? Oh, bukan. Sli...