Setelah Yoongi pergi bersama Taehyung. Jimin hanya ditemani beberapa anak buah yang entah bawaan siapa, ada Namjoon di sana. Tapi, pria itu sedang sibuk membaca jadwal Yoongi sambil minum kopi.
Pria tinggi itu sesekali melirik pada Jimin. Sembari menyeruput kopinya, Jimin dengar dia berdecak mantap menanggapi kopi hitam yang dinikmati.
Jimin menggigil, tubuhnya dingin bukan main. Apalagi lantai yang berdebu ini langsung menjadi alas pantatnya duduk. Kasar sekali kalau dirasa - rasa.
Tak lama. Yoongi datang bersama selimut yang dia bawa, melemparkannya pada Jimin hingga menutupi seluruh tubuh pria yang dibencinya itu, kemudian berkata, "Taehyung tidak ingin kau mati."
Dia pergi meninggalkan ruangan, membiarkan Jimin dibawah pengawasan Namjoon untuk sementara.
.
.
.
.Di ruangan yang barang - barangnya mungkin bisa dijual miliaran, Yoongi dan Taehyung berdiri melipat tangan di dada. Tidak, mereka tentu saja tidak hanya berdua. Seorang pria tinggi berbahu bidang, tengah menyiapkan dokumen - dokumen penting sambil sesekali membenahi letak kacamatanya yang melorot di pangkal hidung.
Kim Seokjin. Seorang guru honorer yang usianya lebih tua dari Yoongi.
Dia kaya raya, harta yang dimilikinya tidak bisa di prediksi. Begitupun perusahaannya yang terus berkembang pesat serta memiliki cabang sana sini.Kim Seokjin penjual narkoba serta senjata ilegal paling hebat. Saat ini dokumen yang dibereskannya bukanlah apa - apa. Terlepas dari semua itu, bibirnya sudah siap - siap terbuka, badannya sudah berbalik sambil menatap Yoongi.
"Bodoh," ujarnya. Kembali meletakkan dokumen ke atas meja di depan pria - pria yang lebih muda darinya, "bagaimana bisa pria tampan berdaksa seksi itu bisa masuk pemukimanmu, Twilight!?" Seokjin menunjuk - nunjuk pintu pojok yang mengarah ke ruang bawah tanah, di mana Jimin berada.
Sedang Taehyung menunduk. Yoongi sendiri menatap Taehyung tajam dari sudut matanya, berdecih sesekali sambil memainkan ponselnya.
Bibir Taehyung terbuka, siap berucap jikalau Seokjin tidak kembali berkata, "Kalau ditanya tuh jawab bukan malah merengut, Taehyung."
Pandangannya beralih pada Yoongi yang sedang menyeringai, meremehkan Taehyung, "Yoongi-ah, tolong beritahu pada rekanmu ini. Jangan terlalu bodoh dalam berbisnis, aku malas bersikap manis pada kalian semua," katanya. Melemparkan satu berkas pada Yoongi.
Semuanya tahu, Seokjin paling tinggi. Paling hebat. Paling perkasa. Satu lagi, Seokjin paling tampan.
Tapi, Yoongi enggan berurusan dengannya. Yoongi selalu dinilai bagus. Semenjak Taehyung dilepas olehnya, citra Yoongi jadi ternilai buruk.Melihat dokumen di samping kakinya, Yoongi pungut lantas membacanya. Daftar barang - barangnya yang sebagian merah itu terpampang jelas. "Aduh. Sial! Bagaimana bisa aku lupa membuangnya dari rumahku," ungkapnya. Dia panik setengah mati usai mengacak kasar surainya sendiri, pergi meninggalkan Seokjin beserta Taehyung, kembali ke ruang bawah tanah untuk menjemput Namjoon.
"Direktur Kim," panggilnya. Namjoon bangkit sambil meletakkan kembali cangkir kopi, Yoongi memberikan jasnya pada Namjoon. Melepaskan jaket Jimin sembari berjongkok lalu memakaikannya pada pemilik.
"Ini milikmu. Menderitalah di sini sampai mati," ucapnya sambil berlalu menarik tangan Namjoon.Barang yang dimaksud Yoongi adalah barang yang hampir jatuh ke tangan Beomgyu, dia berhasil membawanya kembali dengan jalan lain harus membuangnya tempo hari. Yoongi sudah menyempatkan diri, tapi dia lupa. Kepalanya penuh oleh urusan Soobin dan Taehyung, ditambah pengemis yang diracuni Taehyun.
Langkahnya pontang - panting menuruni tangga, usai sebelumnya membangunkan Soobin yang masih setengah nyawa untuk pergi dari rumah Taehyung secepatnya. Soobin lambat, langkahnya tidak bisa cepat. Taehyun di sampingnya membantu. Sedang Yoongi yang sudah di anak tangga paling bawah, menyuruh keduanya untuk cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]
FanficMin Yoongi adalah seorang pengusaha, dan Park Jimin adalah seorang polisi. Keduanya sama-sama punya cerita; Min Yoongi yang seorang duda, lalu Park Jimin yang hampir kehilangan pekerjaannya. Bagaimana keduanya bisa bertemu? Kebetulan? Oh, bukan. Sli...