03

746 62 6
                                    

"Persetan," umpat pria yang sedang minum kopi di teras rumah. Kim Taehyung namanya, sedang sibuk memainkan ponsel sambil menggerutu.
"Nungging yang benar!" bentaknya seraya menampar pantat anak buahnya yang katanya 'tidak becus memuaskan nafsu birahi'.

Itulah Taehyung, bajingan yang sering membagikan sperma pada pekerjanya. Setiap pagi, setiap dia minum kopi.

Pekerjaannya adalah menggerutu, selain menghina fisik karyawan, dia juga sering menghina dirinya sendiri yang ceroboh sudah mengaktifkan lokasi ponsel secara otomatis.

Kemarin, dia melakukannya. Tapi informannya sampai sekarang belum pulang, kurang lebih sudah lima belas informan milik Taehyung yang diberikan Yoongi hilang tahun ini. Dan sebanyak itu pula polisi mati di tangan Taehyung. Entah informan pengkhianat, atau justru Taehyung yang asal menjebloskan orang untuk bekerja dengannya.

Tetapi, kalau kata Taehyung lebih baik jangan khawatir. Jasad - jasad mereka aman, Taehyung mengubah semua korbannya menjadi manekin di ruang bawah tanah rumahnya. Taehyung itu suka seni, bahkan kali ini dia bertanya pada orang yang sedang disetubuhinya, "Penismu mau dilukis motif apa?"

.
.
.

Yoongi diam, menatap batu nisan sang istri yang mati karena bisnisnya.
Yoongi datang sambil mengenakan jaket Jimin, juga balutan kemeja bagian dalam yang dipenuhi oleh darah.

Sebenarnya yang terjadi semalam tidaklah cukup berbahaya, Hoseok selamat, Namjoon juga. Sekalipun Yoongi harus bertarung sendiri menuju anggota lainnya dikarenakan telpon darurat Hoseok membuat Yoongi khawatir sebab Soobin sudah pergi dari rumah sakit seorang diri.

Jadi, Yoongi hanya menembak beberapa kepala manusia. Tubuh - tubuh mereka sudah dipastikan berserakan di pelabuhan sekarang, tidak perduli, Yoongi hanya tersenyum mengingatnya. Mengelus batu nisan istrinya sendu.

"Choi Ji-eun," panggilnya lembut, "aku rindu. Maaf penampilanku buruk, itu karena aku terlambat. Hampir saja anak kita marah padaku, semakin dewasa putramu itu makin rumit saja, sayang. Tapi jangan mengira aku lelah, aku tidak pernah lelah dan tak berniat menggantikanmu." Sebuket bunga krisan yang Yoongi bawa satu persatu mulai diletakkan, "lebih cantik tanpa buket kan?"

Yoongi menghela napas, pandangannya berkeliling memastikan tidak ada orang yang mengintip. Yoongi tidak suka disebut gila, padahal aslinya kan sedang berduka.
"Ji-eun, jangan pernah merasa bersalah memberikan margamu pada anak kita. Itu adalah suatu tindakan yang benar, orang - orang jadi sulit mengenali dia anakku atau bukan," celetuknya. Mengusap kasar air mata yang membasahi pipi.

Drrtttt

"Ya, denganku. Kenapa?" tanyanya, mempusatkan diri pada pembicaraan di telpon seraya sesekali memperhatikan sekitar. "Aku ingat. Sebentar lagi aku akan datang."

Yoongi pergi, meninggalkan kuburan sang istri yang seluruh bagiannya sudah dihiasi bunga segar. Dia mengulas senyum tipis, mengingat-ingat kenangan yang sudah sangat lama tidak kunjung hilang dari pikiran Yoongi.

.
.
.

Mingyu memanggil - manggil nama Jimin yang tak kunjung dijawab, dia berjalan kasar menyusuri koridor selagi tangannya membawa berkas - berkas lusuh.

Dia sampai menabrak Eunwoo, pria itu bahkan dengan santai memungut kembali barang bawaannya, lalu menatap Eunwoo tajam.

"Dimana Superintendent Park?" tanyanya.

Eunwoo terlihat berpikir, jari telunjuk kanannya akhirnya mengarahkan Mingyu pada ruang utama.
"Sedang mengurus laporan - laporan yang belum selesai," ujar Eunwoo sembari pergi meninggalkan Mingyu yang tampak dongkol.

Sedang Jimin sedari tadi sedang mondar - mandir, berkas di tangannya hanya sebuah alasan untuknya supaya tidak ada yang mengganggu. Dari awal Mingyu teriak - teriak, Jimin sudah dengar, tapi dia enggan menyahut. Apalagi menghampiri Mingyu yang memiliki postur tubuh lebih ngeri darinya, Jimin bisa dihajar sampai mati nanti.

New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang