Tak ada yang tahu bagaimana menderitanya hati Jimin saat ini, mengingat bahwa dia sudah tahu kalau Yoongi lah penyebab dari penderitaan yang dia alami selama ini.
Menyakitkan melihat pembunuh orangtuanya sedang senang-senang saja dengan anaknya di depan mata, hidup kaya raya, tak tahu rasanya luntang-lantung layaknya Jimin. Rasanya ingin menangis sejadi-jadinya di depan mereka semua.
Kalau tahu targetnya adalah pembunuh orangtuanya, Jimin tak mau menerimanya. Lebih baik kehilangan pekerjaan, atau bahkan mati sekalipun Jimin akan katakan tidak apa-apa. Daripada harus bekerja bersama pembunuh yang berperilaku seperti tak ada dosa, baru kali pertama Jimin merasakan iri sesakit ini.
Rasa sakit hati milik Jimin yang harus pertaruhkan harga diri, berkurang tatkala melirik ke arah Yeonjun yang persis dirinya di masa muda; menderita, tapi bahagia setelah dapat teman baru yang terima apa adanya.
"Yang benar dong, Bin. Masa gosong," gumam Yeonjun. Mengambil alih tusukan marshmallow yang sedang dibakar oleh Soobin.
Lawan bicaranya merengut. Soobin tak suka direndahkan seperti itu, menyebalkan namanya.
"Biar muka kau kubuat gosong," balasnya sambil menampar keras bahu Yeonjun.Rasanya Jimin ingin kembali menarik kalimat yang dilontarkan oleh pikiran positifnya, lantas dia menghela napas. Menoleh ke arah dimana Yoongi juga sedang mencoba memanggang makanan yang sama.
Pandangannya itu mendongak, memperhatikan dua remaja yang sedang bercanda di depannya."Gosong," celetuk Jimin.
Yoongi sontak melihat ke arah tusukan yang berada di genggaman, wajahnya itu terlihat sangat terkejut karena dia ternyata sudah membakar semua bagiannya. Bahkan Soobin saja menoleh, melongo sebab ayahnya ceroboh. Membiarkan tangannya melayang-layang dengan marshmallow panas di depan bibir Yeonjun.
Tak mampu menahan sesuatu yang menggelitik di tenggorokan, Jimin akhirnya tertawa terbahak-bahak, tangannya itu menampar pelan bahu Yoongi berkali-kali. Sampai 'atasan'nya itu akhirnya malah tertawa juga.
"Kau sangat tidak ahli, dasar bodoh," ledek Jimin. Dia masih mencoba menghentikan tawanya, namun tetap tak bisa sebab tusukan bekas Yoongi masih terpampang jelas di matanya.
Jimin itu termasuk dalam orang yang sering mengingat kejadian, bahkan kala tak ada angin lewat sekalipun, Jimin akan tertawa jika teringat hal-hal yang menurut dirinya lucu. Ataupun menangis usai nonton drama yang dia sukai, padahal itu sudah lama sekali terjadi.
Reaksi Jimin membuat Yoongi memandanginya, alih-alih ikut menoleh. Jimin memilih berhenti tertawa dan menatap langit, mengangkat jari telunjuk serta tangannya tinggi-tinggi, menandai area langit yang Yoongi tak tahu pasti dimana letaknya, kemudian berkata, "Lihat. Bintangnya bagus kan? Langitnya indah sekali hari ini. Keren Yeonjun sama Soobin bisa pilih waktu yang tepat kayak gini," puji Jimin. Sedari tadi, barulah Jimin yang banyak bicara dibalik pertengkaran kecil Yeonjun dan Soobin yang terdengar bisik-bisik.
"Bagus. Makanya aku suka di... siniㅡbalikin!" Soobin menatap tajam ke arah Yeonjun, tusukan yang tersisa makanan kesukaan Soobin itu hanya sisa satu saja, dan Yeonjun ingin memilikinya sekalipun itu sudah ada di genggaman temannya.
"Aku cubit bahunya mau, Bin?"
"Gak! Balikin!"
Jimin geleng-geleng kepala, lalu melirik ke arah Yoongi. Dia sedang menikmati langit malam, tak ada yang mengganggunya, kendati retinanya tetap tak lepas dari tugasnya sebagai orang tua; mengawasi anak-anaknya.
"Choi Yeonjun. Besok tidak perlu sekolah, tidak perlu juga bekerja paruh waktu," ujar Yoongi, dia ingat kalau belum memberitahu Yeonjun soal pekerjaannya dan tugasnya di rumah ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/255882769-288-k34044.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]
FanficMin Yoongi adalah seorang pengusaha, dan Park Jimin adalah seorang polisi. Keduanya sama-sama punya cerita; Min Yoongi yang seorang duda, lalu Park Jimin yang hampir kehilangan pekerjaannya. Bagaimana keduanya bisa bertemu? Kebetulan? Oh, bukan. Sli...