14

297 36 2
                                    

Namjoon hentikan laju mobil setelah Yoongi menyuruhnya. Dua pria di kursi penumpang lantas turun dari kendaraan pribadi itu dengan terburu-buru, menghampiri Yeonjun dan Soobin yang sedang duduk berdua di kursi taman.

Saat Yoongi sampai di depannya, Soobin menatapnya bingung. Sedang Yoongi tatap balik anaknya itu dengan penuh tanda tanya juga.

"Dia dipukuli," kata Yeonjun. Menarik dagu Soobin supaya rekannya itu bisa menoleh padanya untuk diobati. Mengabaikan Yoongi, Jimin dan juga Namjoon.

Tak lama, Hoseok keluar dari mobil sembari bawa catatan jadwal Yoongi. Melihat Soobin sebentar, memeriksanya, lalu atensinya kembali pada Yoongi.

"Setelah kejadian ini aku bisa menyimpulkan, Choi Dongwook pasti menargetkan anakmu."

"Kurasa tidak begitu," tampik Yeonjun atas perkataan Hoseok, "Soobin dirundung seorang kakak kelas. Memangnya Choi Dongwook itu masih sekolah?"

Yoongi menatap Yeonjun lama sekali, sambil mengelus dagu, dia berkata, "Kakak kelas? Seniornya? Bin, kamu pukul anak orang?"

Pertanyaan itu terasa panas tatkala sampai di telinga Soobin, membuat dia lantas menggeleng keras tanda menolak. "Aku gak pukul siapapun, Yah. Dia hanya iri padaku," jelasnya sembari menyeka air muka.

"Yeonjun memangnya gak bisa masuk ke sekolah Soobin ya?" tanya Jimin. Dia berkacak pinggang, menunggu balasan dari anak - anak muda di depannya dengan tatapan tajam.

"Sudah berusaha, hyung. Tapi katanya aku tidak boleh masuk. Aku kan dari sekolah sebelahnya, mungkin takutnya mencuri barang-barang yang ada di sekolah Soobin."

Melihat perbedaan kasta ini membuat Yeonjun menangis dalam hati, dia tidak pernah bertemu kalangan atas seperti ini. Mengatakan hal itu membuatnya merasa rendah diri tanpa diketahui. Sebab itulah, sambil mengatakannya, Yeonjun lebih memilih terkekeh di sela-sela kalimatnya.

Yoongi sejatinya hanya menyimak, tapi isi kepalanya tak pernah kosong. Sembari bertukar pandang dengan Namjoon, sesekali Yoongi membuka celah diantara sela-sela bibir hanya untuk menghirup udara segar yang sempat tertunda.

"Kita pindahkan saja Soobin ke sekolah Yeonjun, tidak masalah 'kan?" Yang menyarankan tentu saja Park Jimin, setelahnya dibalas tatapan tajam dari Yoongi.

"Mana bisa begitu, Soobin anakku harus sekolah di tempat yang istriku inginkan ..."

"Memangnya kenapa di sekolah Yeonjun? Kan gak ada bedanya, Yah," timpal Soobin. Dia mendongak untuk tatap Yoongi yang berdiri.

"Tidak bisa, Bin. Itu berbahaya!" gumam Namjoon dengan intonasi yang sedikit meninggi.

Suasana kala itu makin bingung saja, lebih-lebih Soobin yang menyetujui dia akan pindah sekolah, lalu Yoongi yang masih diam karena tak tahu harus menyetujui atau tidak.

Sedang Namjoon dan Hoseok sedang berdiskusi, perihal pergerakan orang-orang di sekitar bisnis Yoongi yang mungkin saja akan memanfaatkan keadaan. Soobin dipukuli, dan itu adalah kabar pertama kali buat Yoongi. Setelah sejak lama berhenti memindahkan Soobin dan anak rekannya hanya karena urusan dikejar-kejar Dongwook.

"Kita ada urusan mendesak," sergah Namjoon. Dia hentikan acara berpikir Yoongi hingga membuat atasannya itu mengernyit, "apa?"

"Tidak bisa seperti itu Direktur Kim, kami kan sedang bahas masalah lain. Kok jadinya kemana-mana?" tanya Yeonjun. Merasa kesal sudah susah-susah memanggil mereka ke sini, akhirnya malah mau ditinggal lagi.

Melihat Yoongi tetap diam, Namjoon juga akhirnya menghela napas dan memberikan catatan milik Hoseok ke pemiliknya.

"Kita harus membicarakannya di rumah," titah Yoongi sembari menatap jalanan sempit di seberang jalan.

New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang