Happy Reading!!
cw/tw; harsh words // lil bit 18+ // kekerasan dll.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Tak banyak yang bisa Yeonjun lakukan selain mendekat secara mengendap-endap sembari mengawasi pergerakan orang-orang yang mungkin saja berada di sekitar Soobin yang duduk terikat, dibekap, dan kedua maniknya ditutup kain hitam.
"Oh astaga, aku akan berjanji pada Tuhan akan menyayangi Soobin sepenuh hatiku jika dia tidak mati, aku tidak akan membencinya, sungguh..." gumam Yeonjun, dia tengah berusaha untuk melewati sampah-sampah plastik yang diinjak oleh sepatunya.
Entah sengaja atau apa, tempat penuh sampah ini benar-benar membuat Yeonjun kesal, suara-suara bekas kemasan minuman yang diinjaknya benar-benar menimbulkan suara nyaring.
"uh, anjing!" umpat Yeonjun pelan, dia menutup mulutnya sendiri seraya melirik ke arah di mana Soobin di tahan. Terkejutnya Yeonjun bukan karena sampah-sampah lagi, melainkan karena mata minusnya semakin mendekat ke arah Soobin, dia semakin mendapati kalau ternyata Soobin setengah ditelanjangi.
Tak terima, Yeonjun benar-benar murka, dia bahkan hampir saja keluar dari persembunyian seperti orang gila jika Hoseok tidak menahannya.
"Kita harus tunggu Yoongi dan Jimin, tenanglah, Yeonjun-ssi..."Yeonjun tahu kalau Hoseok tidak bisa berkelahi, bahkan menembak saja dia harus memikirkan itu dosa atau tidak. Tetapi Yeonjun tidak menyesal karena mendapat rekan direktur cerdas yang memiliki banyak strategi, dia percaya, namun Soobin di depan sana yang terus tersiksa jelas membuat Yeonjun perlahan-lahan kesal sendiri.
Sedangkan, Yoongi dan Jimin masih sibuk memikirkan perihal bagaimana cara keduanya untuk masuk ke dalam persembunyian Namjoon dan membuat kerusuhan di dalamnya, berharap hasil berupa orang-orang yang menjaga Soobin akan berlarian karena panik.
Tapi tidak mudah, Yoongi tidak tahu caranya, Jimin juga tidak berpengalaman. Semua rencana yang keduanya susun, tidak pernah mengaitkan sesuatu yang berbau kepanikan.
Tak lama, Yoongi berhasil menekan tombol alarm yang akan segera berbunyi dalam waktu lima belas detik. Keduanya bergegas berlari usai merasa berhasil atas tindakan pertamanya, namun tatkala hendak membebaskan Soobin di luar sana, Namjoon ternyata sedari awal tak masuk ke dalam markasnya. Dia bersama lima anak buah yang mungkin adalah kepercayaannya, tampak sedang menodongkan senjata ke arah Yoongi juga Jimin.
Pria itu tersenyum kecil, menodongkan senjatanya pada Jimin yang mengangkat kedua lengannya sembari mendekat. Sedangkan tangannya yang kosong menggeser Yoongi dari jalannya.
Moncong senjata milik Namjoon berhenti di tengah-tengah dahi Jimin, bercampur dengan keringat Jimin, juga deru napas yang kian terengah-engah karena panik.
Lantas di depan sana, Yeonjun sudah sedang melepaskan ikatan Soobin serta benda lainnya. Putra semata wayang Yoongi itu tampak pucat, panik juga mengeluarkan keringat berlebih. Yeonjun hanya melakukan hal-hal kecil, seperti melepas dasinya lalu menggulung benda itu demi menyeka keringat di dahi sang rekan tersayang.
Namjoon masih terus menambah langkahnya, terus menodongkan senjata pada Jimin sampai dahi lelaki itu memerah. Keduanya tampak beradu tatap, masing-masing amarah nampak sedang meledak-ledak dalam raga.
"Yoongi, Yoongi ...kau bodoh sekali, aku mendapatkan informasi tentang anak buah Taehyung yang teledor ini," ujarnya, meraih dagu Jimin dan menatap bibirnya sejemang lalu membuang muka.
Yoongi terdiam, dia bahkan memasukan jari-jarinya ke dalam kantong celana, menatap perlakuan Namjoon pada Jimin yang membuatnya sedikit penasaran.
"Orang yang sudah kaya memang suka lupa teman. Lihat dia," tunjuk Namjoon lagi pada Jimin, "baru berapa hari dia bekerja di sini, tapi kau sudah memanjakannya. Kau pikir dia setia padamu? Tidak," sambungnya
![](https://img.wattpad.com/cover/255882769-288-k34044.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]
FanficMin Yoongi adalah seorang pengusaha, dan Park Jimin adalah seorang polisi. Keduanya sama-sama punya cerita; Min Yoongi yang seorang duda, lalu Park Jimin yang hampir kehilangan pekerjaannya. Bagaimana keduanya bisa bertemu? Kebetulan? Oh, bukan. Sli...