39

302 33 1
                                    

Nyali Jimin memang tak cukup besar untuk datang ke tempat di mana orang - orang saja sudah meninggalkannya, gelap dan kumuh, pula lembab tanah yang ia pijak amat sangat terasa di bawah sana. Jimin tidak sendiri, usai menemukan Eun Woo yang juga tengah mencari keberadaan Yoongi ; Jimin langsung menyuruh anak - anak yang mengikutinya supaya kembali saja ke mobil.

Ini terlalu berbahaya, tengah malam menuju dini hari membuat nyali Jimin juga ciut. Ditakutkan apabila anak - anak mengikutinya maka mereka akan tertinggal dan terpisah, tidak etis, membayangkannya saja Jimin sudah takut kena hukuman dari bos utamanya yang kejam itu.

"Kau sungguh lama sekali tau," gumam Eun Woo, dia terus saja mengungkit hal tersebut sampai - sampai Jimin lelah untuk mengelak.

"Aku sudah berusaha untuk tepat waktu loh, kemana saja kau pergi tadi?"

Eun Woo tampak berpikir, bahkan ekspresinya yang mengelus dagu membuat pesonanya semakin tampak.
"Aku pergi ke gedung tinggi pertama, lalu sempat ke ujung kota juga."

"Kau temukan apa?"

Eun Woo mengedikkan bahu. "Tidak ada," katanya.

Helaan napas terdengar sangat berat, Jimin menggeleng sambil terus berjalan. Bermodalkan senter ponsel yang kian meredup, keduanya hanya bisa saling memandang tatkala suara - suara hewan malam bergerak serentak.

Sial, Jimin makin tak suka suasananya. Teriakan - teriakan Namjoon dan rekan timnya di seberang sana membuat Jimin sesekali menoleh dengan pikiran yang terus bertanya - tanya perihal keberadaan Yoongi.

Eun Woo terus saja berlagak songong di punggung Jimin, rekannya itu memang tidak tahu diri sampai Jimin pernah mengutuknya tempo hari.
"Astaga, aku mau pulang saja. Bau kota ini tidak enak, sudah pesing juga busuk, lagipula aku tidak tau baju yang dipakai Yoongi." Dia mengedikkan bahu sambil merengut, menguap malas sembari menyikut punggung Jimin supaya lebih cepat.

Tak lama, Jimin sudah muak dan akhirnya bangkit, memutar badannya supaya berhadapan dengan Eun Woo yang sudah memasang paras kesal.
"Kau sudah bekerja keras," Dia berujar sembari tersenyum, "pergilah ke mobil anak - anak, sekalian jaga mereka saja sana."

"Baiklah."

.
.
.

Park Jimin menyusuri jalanan sempit seorang diri, menyinari dinding - dinding berlumut dengan ponselnya yang sudah sekarat. Angin berhembus, ladang ilalang yang mungkin sebelumnya adalah taman bermain membuat Jimin sedikit merinding. Namun, dia coba untuk membayangkan betapa indahnya ladang itu kala fajar bertandang.

Jiwa raga Jimin seakan ragu untuk menaklukkan gelapnya malam. Tetapi selain suara serangga yang terus bernyanyi menemani, Jimin dengar rintihan parau seorang pria. Meminta tolong layaknya hewan yang sudah mau mati, meminta belas kasih meskipun sang tuan mungkin sudah tak perduli lagi.

Dia pusatkan rungunya, semakin mendekat pada hektaran ilalang yang tingginya sudah mau sedada.
"Ya Tuhan, jika ini penjahat maka lenyapkan saja dia," gumam Jimin.

Rintihan itu semakin terdengar tatkala angin berhembus, seolah dia sedang kesakitan akibat ulah ilalang yang terus bergerak.
"Tolong aku, aku dibuang. Siapapun, tolong..." rintihnya.

Jimin tak sanggup lagi hingga ia berteriak sekuat tenaga, membuat Namjoon dari kejauhan sana berteriak menanyakan keadaan Jimin. Betapa terkejutnya dia, melihat Seokjin dengan borgol tangan serta kaki, sedang tengkurap di antara hektaran ilalang yang mungkin memiliki banyak hewan berbisa dan serangga mematikan lainnya.

Dia bergegas membantu setengah tubuh Seokjin untuk bangkit supaya bisa duduk, memeluk pria paruh baya itu sembari sesekali mengelus wajahnya yang babak belur.

New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang