"Detektif Lee," panggil Jimin pada Eunwoo. Sobat karibnya itu menoleh sambil terus mencatat nama anak - anak yang tadi merampok dirinya.
Satu alisnya terangkat. "Ya?" jawabnya tak acuh, bahkan pandangannya itu tak terangkat barang sekalipun tatkala Jimin datang.
"Bajingan. Lihat aku sini!" teriak Jimin. Bergegas dia menutup mulut, menyadari kalau posisinya saat ini sedang di area rumah Yoongi.
"Aku kan menyuruhmu datang dengan penampilan berakal sedikit, kenapa malah kacau begini coba?""Kita bertemu lagi lainkali. Aku ada orang yang harus ditemui." Eunwoo masuk ke dalam mobilnya, namun sebelum pergi, dia dekatkan bibir pada telinga Jimin, "jaga - jaga Superintendent Park, tiga bulan lagi. Jangan sampai makan roti dari orang asing lagi, juga---" Eunwoo menunjuk arloji milik Jimin, "benda itu jangan sampai terlihat."
Rumah Yoongi itu mewah sekali, buktinya, Soobin saat ini sedang melihat kamera pengintai rahasia dari laptopnya. Salah satunya ada di luar gerbang, milik Soobin, dan hanya Soobin sendiri serta orang kepercayaannya yang mampu melihat rekaman tersebut.
Bibir Soobin mengerut, mimiknya dongkol sambil terus menggerutu. Tangannya menggenggam erat bolpoin sampai benda itu hancur menggores telapak tangan serta jari-jarinya tatkala Eunwoo mendekatkan diri pada Jimin.
"Sial. Pria ini ancamanku. Bagaimana dia bisa seromantis itu? Bahkan ayahku saja terlihat payah jika harus bersanding dengannya. Bagaimana ini," katanya. Menggigit kuku sambil terus mondar-mandir, kaki pincangnya bahkan sampai menendang mainan bola - bola kecil yang berserakan di lantai.
Choi Soobin, remaja pelit yang tidak mau mainannya disumbangkan pada sembarang orang. Makanya, mainan kuno miliknya ada di mana - mana.
"Bin, pinjem handuknya," ujar Yeonjun. Kepalanya yang basah muncul dari balik pintu kamar mandi, membuat Soobin tersentak sambil terus mengelus dada.
Soobin menghela napas, meraih handuk miliknya dan melemparkannya pada Yeonjun.
"Sopan dikit napa, Choi Soobin---"
"Berisik. Mandi mah mandi aja sana."
Soobin kembali duduk di kursi tempatnya belajar, memperhatikan sosok Jimin yang kini ternyata sudah sendirian. Rumah Yoongi sudah sunyi, hanya ada riuh Taehyun beserta Hueningkai yang minta diantarkan pulang pada Hoseok, mengingat kedua anak itu tertahan di sini hanya karena para remaja bodoh yang menyamar jadi polisi.
Tak peduli, Soobin kembali mempusatkan pandangan pada layar monitornya.
"Laptopku sepertinya eror, komputerku juga---" Soobin menoleh ke luar jendela, gelap di luar sana, pasalnya salah satu jendela kamar Soobin mengarah ke perkebunan milik Negara, "Jun, benerin laptopku nanti ya!""Gak bisa, Bin, gak pernah punya laptop!" sahut Yeonjun diiringi suara keran air yang begitu nyaring.
Soobin berdecak, kemudian berjalan ke arah pintu kamar mandi. "Emang dasar gak berguna," dia dekatkan telinganya pada pintu, "itu apa sih berisik banget?"
"Soobin-ah, kran airnya lepas!"
Pandangan Soobin menunduk, memperhatikan kakinya yang sudah basah akibat air yang menerobos melalui celah pintu.>
Jimin berlari masuk ke dalam halaman rumah Yoongi, kamar Soobin yang berisik membuatnya cukup terkejut. Apalagi setelah mendengarkan Eunwoo yang bercerita perihal ponselnya yang ditemukan anak - anak berandal tadi, ponsel yang kebetulan menyala dan memperlihatkan potret Mingyu, Eunwoo, dan Jimin sebagai wallpaper layar kunci.
Rasanya Jimin ingin mengumpat tatkala sampai di kamarnya kemudian, tapi Yeonjun dan Soobin menciptakan kehebohan malam - malam.
Bahkan Yoongi yang malam itu sedang menikmati kopi sebagai alasan, padahal sebenarnya menunggu Jimin datang, harus frustasi dengan suara gemericik air nan teriakkan anak - anak muda di lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pengusaha, dan Park Jimin adalah seorang polisi. Keduanya sama-sama punya cerita; Min Yoongi yang seorang duda, lalu Park Jimin yang hampir kehilangan pekerjaannya. Bagaimana keduanya bisa bertemu? Kebetulan? Oh, bukan. Sli...