20

312 28 4
                                    

Kala Jimin membuka mata, betapa terkejutnya dia mendapati Yoongi yang sedang duduk di kursi samping ranjangnya. Di sela-sela jarinya terdapat sebatang rokok, sementara sudut-sudut bibirnya mengeluarkan asap, sembari menatap langit-langit, pandangannya perlahan turun pada Jimin.

Sontak Jimin mengalihkan pandang, seram sekali, batinnya.
Jimin sudah menerka, pasti Yoongi akan membunuhnya nanti, atau bahkan pria itu mungkin sudah merencanakan, dan menyerang Jimin menggunakan senjata api dari sakunya sebentar lagi.

Jimin enggan membayangkan itu. Terlalu mengerikan, padahal dia sebelumnya sudah siap mati. Tetapi, Yoongi yang diam saja membuatnya tertekan mental sendiri.

"Kau ini," Sontak Jimin kembali menoleh pada Yoongi, suara beratnya itu benar-benar menggetarkan sukma, "mau membuat namaku buruk dengan bunuh diri di rumahku?" tanyanya. Dia berkata usai mengepulkan asap rokoknya di atas paras.

"A-aku? Tidak. Aku tidak berniat seperti itu." Jimin mengatakannya sambil membuang pandangan dari Yoongi. Malu sekali.

"Lagipula jangan," Yoongi mendekatkan wajahnya pada wajah Jimin, "anakku tidak akan bisa menerimanya," gumamnya.

Wajahnya yang mendadak sedih, membuat Jimin menurunkan pandangannya. Dia merasa kasihan, tapi dendamnya tak pernah lepas. Dia menggerutu dalam hati; kalau Yoongi seharusnya sudah mati sedari dulu. Itu pasti karma, Yoongi memiliki anak cacat gara-gara dia terlalu banyak membunuh orang.

Jimin tak berhenti bersumpah dalam pikirannya itu, menyesal karena sudah membiarkan Yoongi pandangi dia yang sedang ikut merasa berduka. Padahal, seharusnya Jimin tikam saja.

"Tuan Min. Aku tak ada niat seperti itu," kata Jimin. Dia tersenyum sembari bangkit, bersandar ke tempat tidur lalu pandangi Yoongi, "aku hanya, entahlah."

Menurut Jimin, jika dia jujur - jujur saja perihal teh yang dia minum, maka habislah hidupnya. Jadi, Jimin merenung. Apa yang harus dia katakan pada Yoongi, tak ada alasanㅡ

"Kalau tidak niat kenapa bisa minum racun? Haduh, Park Jimin. Kau bodoh atau bagaimana, sih?"

Semoga saja, Yoongi tak lihat keringat di dahi Jimin setelah dia mengatakan hal itu. Menyebalkan sekali, Jimin rasanya ingin mengundurkan diri dari profesinya di kepolisian, kemudian benar-benar menjadi pemulung.
Pekerjaan di dunia ini, sangat tidak ada yang cocok baginya, menyengsarakan semua.

.

Kali ini, ruang tamu rumah Yoongi dipenuhi banyak orang. Usai Taehyung menelpon dan menjanjikan untuk datang tanpa membawa targetnya, Jeon Jungkook, salah satu mahasiswa senior di sekolah yang kedapatan memukuli Choi Soobin.

Sialan memang. Bukan berarti Kim Taehyung tidak bisa diandalkan, tetapi Jungkook mendadak didatangi seorang polisi di luar minimarket setelah Taehyung memantapkan niatnya untuk menculik anak itu.
Benar-benar bukan waktu yang beruntung, entah ke berapa kali Taehyung gagal dalam tugas tahun ini.

Hal itu tentu saja membuat Yoongi rugi, mulai dari harta serta perasaannya yang terus menerus diuji setelah mempekerjakan Taehyung sebagai salah satu mata-mata miliknya. Tapi, Taehyung hanya berbakat dalam menggagalkan tugasnya sendiri.

Tak lama kemudian, kala Yoongi dengan seluruh koleganya tengah menuangkan alkohol dalam gelas masing-masing, Jimin datang. Sembari menuruni tangga, pria manis dengan balutan piyama kuning terang itu menatap Yoongi. Tak paham dengan apa yang terjadi.

Sebab, seharunya jam segini semua orang sudah tidur. Bahkan Jimin tidak salah terka, kalau Yeonjun dan Soobin mungkin saja sudah masuk ke alam mimpi sedari tadi.

"Ah Min, itu suamimu? Astaga, dia manis sekali!" sahut seseorang yang tengah menenteng segelas anggur sembari menari-nari menikmati alunan musik.

Lantas, pria disampingnya yang sudah tampak mabuk menyahut, "Yang mana? Wah, benar-benar ... seksi!"

New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang