04

786 84 6
                                    

Seokjin tersenyum, "Tidak apa apa, aku menyukainya." Balas Seokjin dengan pelan.

"Apa?" Tanya Jungkook, ia tidak mendengar terlalu jelas perkataan Seokjin.

Seokjin terdiam sejenak, setelah itu menjawab, "Ah ti-tidak, lupakan saja. Kalau begitu aku....pergi dulu." Jawabnya sembari berpamitan pergi pada Jungkook dengan gugup, setelah itu ia pun langsung berbalik dan melangkahkan kakinya keluar dari UKS.

"Aish kenapa kau mengatakannya Kim Seokjin! Untung saja dia tidak mendengarnya. Aish dasar mulut sialan!" Gerutu Seokjin.



*****



Terhitung sudah 2 bulan berlalu sejak Jungkook pindah ke sekolah itu, dan sampai saat ini hubungan antara Seokjin dan Jungkook tidak ada peningkatan, masih sama seperti baru awal kenal. Jungkook masih belum terbiasa dengan Seokjin yang selalu mendekatinya, ia masih canggung dengannya karena memang ia tidak mudah untuk dekat dengan orang baru.

Seokjin POV

Sudah 2 bulan berlalu, tapi aku masih belum dekat dengannya, lebih tepatnya dia yang selalu menolak dekat denganku, entah kenapa begitu sulit aku mendekatinya.

Seperti biasanya, saat ini aku sedang duduk dengan bersandar pada tembok, pandanganku terkunci padanya, tak sedetik pun aku mengalihkan pandanganku darinya.

Jujur, aku sadar aku menyukainya, aku sadar aku mencintainya, ingin sekali aku mengungkapkannya, tapi aku tidak berani, aku takut dia menolakku, aku takut dia jadi tidak nyaman denganku, dan yang paling aku takutkan adalah dia jadi menjauhiku setelah aku mengungkapkan perasaanku, payah memang.

Seperti yang biasa di lakukan, dia saat ini sedang menulis sesuatu di sebuah buku, sungguh aku sangat penasaran apa yang sebenarnya sedang dia tulis, ingin aku melihat isi dalam buku itu, tapi kalau aku melakukan itu sudah di pastikan aku melanggar hak privasinya.

Setelah lama menulis, akhirnya dia menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas, setelah itu dia beranjak pergi dari kelas.

Aku menghela napas, sungguh aku penasaran kenapa dia selalu menyendiri, bahkan dengan teman sebangku nya pun tidak akrab.

"Apa dia tidak merasa kesepian sendirian terus?" Gumamku, sedikit heran karena Jungkook terlihat biasa saja meski sendirian.

Aku beranjak dan pergi dari kelas, aku berniat akan mengikuti Jungkook, aku penasaran dia pergi kemana, untungnya aku bisa menemukannya. Dia terus berjalan, menaiki tangga satu persatu, aku pun mengikutinya hingga sampailah di atap.

Dia berdiri di samping tembok pembatas, dia mendongakkan kepalanya menatap langit hari ini yang cerah, aku mengintipnya dari sela pintu atap yang aku buka sedikit.

Setelah beberapa saat berdiri, akhirnya dia merubah posisinya menjadi duduk, menekuk kedua kakinya dan memeluknya. Samar samar aku bisa mendengar suara isakan, dia juga menundukkan kepalanya.

"Eomma...hiks...eomma..." Ucap dia sambil menangis, terisak, dan sesenggukan. Sungguh hatiku terasa sakit melihatnya menangis seperti itu, ingin rasanya aku menghampirinya dan memeluknya, tapi aku tak berani.

Setelah itu, aku melihat dia menutupi kedua telinganya dengan kedua tangannnya. Tak lama setelah itu, aku merasa gerak gerik dia terlihat aneh, seperti orang yang sedang ketakutan, dia juga meracau tak jelas.

"Eomma takut hiks...a-appa hiks...tolong jangan lakukan itu hiks..." Racaunya.

Aku sungguh kebingungan, apa maksud perkataan dia itu.

"Eomma? Appa? Jangan lakukan itu?" Gumamku sembari mencoba memikirkan apa maksud racauannya, tapi tidak ada hasilnya, aku tidak bisa menebak maksudnya.

Setelah itu aku melihat dia memukul mukul kepalanya sendiri, aku tidak bisa melihatnya seperti ini, hatiku benar benar sakit, tanpa pikir panjang lagi aku pun membuka pintu atap itu dan langsung menghampirinya.

Love In Silence [JinKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang