"Sudahlah, ini sudah takdirnya. Memang sulit untuk menerima kenyataan ini, tapi mau tidak mau kita harus menerimanya. Kita relakan kepergian Jungkookie agar dia tenang disana." Balas Tn.Kim sembari mengusapi punggung sang istri untuk menenangkannya.
"Aku harap Seokjin bisa menerima kenyataan ini, aku harap dia tidak sampai stress atau depresi karena kejadian ini, aku harap dia bisa merelakan Jungkook, aku harap sifat dia tidak berubah setelah ini."
"Ya kita berdoa saja, semoga Seokjin kita tidak seperti itu."
*****
Besok paginya, Seokjin bangun dengan tidak semangat, ia bahkan tidak membuka matanya, ia semakin menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Kepalanya terasa pening, mungkin akibat mabuk dan juga terlalu banyak menangis, ia juga bisa merasakan jika matanya itu terasa perih.
Tanpa di minta dan tanpa di inginkan, tiba tiba air matanya kembali mengalir begitu saja, untuk yang ke sekian kalinya Seokjin menangis lagi.
Tok
Tok"Seokjin-a, apa kamu sudah bangun?" Tanya Ny.Kim dari luar kamar.
Seokjin tidak menyahut, ia sedang tidak ingin berbicara dan sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun, termasuk dengan keluarganya.
Ceklek
Pintu kamar itu terbuka dan menampilkan Ny.Kim yang masuk sambil membawa sebuah nampan yang berisi makan dan minum.
Ny.Kim menaruh nampan itu di atas nakas, ia duduk di tepi kasur di samping sang putra.
"Seokjin-a, bangun yuk, minum dan makan dulu, semalam kamu mabuk, eomma sudah buatkan sup penghilang pengar untukmu." Ujarnya dengan lembut.
Tidak ada jawaban dari Seokjin, Ny.Kim hendak membuka selimut yang menutupi tubuh putranya itu namun Seokjin menahannya.
"Kamu sudah bangun rupanya, minum dulu yuk sayang." Ujar Ny.Kim lagi dengan lembut.
Tetap tidak ada jawaban dari Seokjin, namun Ny.Kim tiba tiba mendengar isakan pelan Seokjin.
"Sayang, jangan menangis terus, nanti kepalamu semakin pusing, sudah jangan menangis lagi ya." Ucap Ny.Kim.
"Pergi." Ucap Seokjin dengan sangat lirih, saking lirihnya Ny.Kim sampai tidak mengerti apa yang Seokjin ucapkan.
"Apa?" Tanya Ny.Kim.
"Pergi." Ucap Seokjin lagi, kali ini dengan jelas.
"Pergi? Kamu menyuruh eomma pergi, hm?"
"PERGI!!" Teriak Seokjin namun sedikit teredam oleh selimut.
Ny.Kim tersentak kaget, tentu ia terkejut dengan teriakan Seokjin, ini pertama kalinya seumur hidup ia di teriaki oleh putranya itu.
"Seokjin-a..."
Tidak ada sahutan dari Seokjin.
"Sayang, eomma mohon jangan seperti-" Ucapan Ny.Kim terpotong karena tiba tiba Seokjin bangkit dan mendorongnya hingga keluar dari kamar.
BRAK
Seokjin menutup kembali pintunya dengan keras dan tak lupa menguncinya, setelah itu ia jatuh terduduk di depan pintu sambil terus menangis.
"Seokjin-a jangan seperti ini, sayang buka pintunya, eomma mohon, ya? Seokjin kan anak baik hati, sopan santun, penyayang, eomma mohon buka pintunya ya sayang?"
Seokjin tidak menghiraukan ucapan ibunya, ia beranjak dan kembali berbaring di kasur, ia juga kembali menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Ia terus menerus menangis, hatinya masih tidak bisa menerima semua ini, hatinya masih tidak bisa menerima kenyataan jika Jungkook telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence [JinKook]
Fanfiction[Completed] Kim Seok Jin, seorang murid yang populer di sekolahnya karena ketampanannya, meskipun tidak terlalu pintar dan juga emosian. Seokjin diam diam mengagumi bahkan menyukai murid pindahan di kelasnya yang bernama Jeon Jung Kook, karena kepin...