Part 29

3.4K 358 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HolllaaaaaYang punya aplikasi KaryaKarsa dan KBM ikutin Juwita disana juga ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Holllaaaaa
Yang punya aplikasi KaryaKarsa dan KBM ikutin Juwita disana juga ya

HolllaaaaaYang punya aplikasi KaryaKarsa dan KBM ikutin Juwita disana juga ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Numpang promo juga kisahnya Senja. Jangan lupa add library kisahnya Mama Rinjani ya.
Happy reading semuanya

"Terserah kamulah mau manggil saya siapa, suka-sukalah yang penting kamu bahagia dan nyaman. Ya mungkin ini alasan Tuhan pmenggerakkan hati saya untuk membantumu kemarin supaya hari-hari saya yang monoton mulai berwarna karena sikap absurdmu. Awalnya mengejutkan, tapi siapa sangka jika saya sepertinya mulai terbiasa."

"....:.........."

"Saya menyukaimu."

Heeeeeh, gimana-gimana! Ini maksudnya apa coba. "Tolong ya Mas Andra, kalimatnya diperhatikan dengan baik dan benar, kalimat yang ambigu bisa bikin anak orang kena serangan jantung." Protesku kembali kepadanya, sungguh kadang apa yang meluncur dari bibirnya lebih seperti petasan yang mengejutkan. Kupegang dadaku menunjukkan betapa terkejutnya aku dengan ulahnya barusan, aku takut lama-lama jantungku copot beneran.

"Ohhhh, jadinya manggilnya Mas, nggak jadi manggil Sayang? Sebagai Bentuk senioritas dalam umur gitu?"
Woylah anjir, salah godain orang rupanya aku jika seperti ini. Setiap kalimat yang aku keluarkan justru dibalik olehnya hingga aku mati kutu seperti ini. Ya Tuhan, jangan tanya bagaimana kondisi jantungku sekarang karena sudah jedar-jeder tidak karuan lengkap dengan pipiku yang terasa panas. Satu seranganku untuk menggodanya dibalas dengan serangan balik bertubi-tubi tanpa henti. "Soal kalimat saya menyukaimu, bagaimana lagi kalimat yang tepat. Saya memang menyukaimu, kamu tidak hanya cantik, tapi juga pandai membawa diri. Kamu bisa mengelola emosimu dan meluapkannya hanya pada orang yang berhak kamu marahi, yang paling penting kamu tidak takut dengan lawan bicaramu. Katakan pada saya, kata apa yang pas untuk menunjukkan rasa suka atas segala hal tadi yang kamu miliki selain saya menyukaimu?"

Dahlah angkat bendera putih, sungkem aku sama Mas dokter satu ini yang bicaranya ugal-ugalan tanpa peduli kamus perempuan yang mudah baper. Katakan padaku siapa perempuan yang nggak guling-guling kalau dipuji sedemikian rupa. Sesama perempuan dipuji cantik saja sudah senyum-senyum bahagia apalagi Mas dokter yang menyebutku cantik dengan segambreng hal lainnya yang mengikuti.

Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi karena aku sudah tidak sanggup jika harus mendapatkan serangan balik yang mematikan darinya. Jangankan untuk berbicara, menatap mata Mas dokter satu ini pun aku sudah angkat tangan. Aku tidak sanggup lagi, dengan wajah yang terasa panas aku memalingkan wajahku, kemanapun asal tidak harus bertatapan dengannya dan perhatianku justru tertuju pada makanan yang berjajar diatas meja, tampak bubur seafood dengan wangi yang menggoda lengkap dengan printilan dan sambalnya. Bahkan kerupuk dan cakwe juga ada, benar-benar makanan rumahan yang menunjukkan betapa hangatnya perhatian seorang Ibu, dan makanan itulah yang sukses membuatku lupa dengan jantungku yang jedar jeder tidak karuan, mataku berbinar saat aku kembali menatap pada dokter Kaliandra yang ada di sebelahku.

"Dok, ini masakan Mamanya dokter?" Tanyaku dengan antusias bahkan sampai lupa jika aku kembali memanggilnya dokter, tidak orangnya, tidak makanannya semuanya menggoda dan tampan menggiurkan. Eeehhh 😅 "Mamanya dokter chef apa gimana? Niat banget masakannya, kumplit banget dah."

"Mama saya yang mengurus manajemen rumah sakit ini, Juwita. Mungkin kamu akan menyebut saya anak Mama, tapi di sela kesibukan Mama saya ngurus ini dan itu, dari kecil beliau selalu menyempatkan untuk memasak. Selama ini saya selalu makan sendirian, dan saya senang kamu mau menemani saya. Thankyou."

"No, Mas Andra. Saya yang terimakasih ini semua ......." Kalimatku tidak selesai karena ada rasa haeu yang mendadak muncul dan membuat mataku berkaca-kaca. Tidak bisa aku gambarkan betapa berterimakasihnya aku atas ajakannya untuk sarapan. Jika aku tadi mengedepankan ego dan gengsiku mungkin aku tidak akan merasakan hangatnya makanan seorang Ibu yang dibuat dengan penuh cinta.

"Ayo dimakan, jangan menangis hanya karena masalah sederhana seperti ini, selama ini makanan dari Mama saya nyaris tidak pernah bisa habis, bahkan kadang tidak tersentuh saking sibuknya."

Diulurkannya sendok ke arahku yang aku raih dengan malu sekaligus terharu, bahkan mataku berkaca-kaca dibuatnya, dan aku benar-benar meneteskan air mata saat suapan pertama masuk ke bibirku, rasa hangat, gurih dan nyaman aku rasakan dibibirku membawaku pada rasa asing namun sangat aku rindukan.

Seketika rasa malu itu menghilang berganti dengan bahagia bisa merasakan masakan Ibunya dokter Kaliandra, meskipun aku pantang untuk sarapan dan tadi pun aku sudah melahap buah apel, tapi bubur dengan abalone ini tetap aku habiskan tidak bersisa, bahkan aku sampai tidak sempat melihat ke arah Mas dokter  yang rupanya memperhatikanku sampai lupa dengan makanannya.

Baru saat makanan di mangkukku sudah habis aku baru menyadari jika aku sudah membuat dokter Kaliandra tidak berselera menyantap makanannya, aku sudah menyiapakn permintaan maaf tapi dokter Kaliandra sudah lebih dahulu berkata mengatakan hal yang lagi-lagi membuat hatiku hangat.

"Mama saya kalau lihat kamu semenyenangkan ini saat makan pasti pengen adopsi kamu, Juwita."

Kuusap bibirku dengan tisu yang ada menyeka sisa makanan yang ada, sebenarnya aku malu karena makanan di mangkukku habis sementara mangkuk dokter Kaliandra masih banyak, kok kesannya aku rakus ya.

"Kalau masakannya seenak ini siapa sih Mas yang nggak bakal habisin. Rejeki nggak melulu soal uang, bisa makan masakan seorang Ibu yang rasanya nggak bisa dinilai dengan rupiah seperti ini juga rejeki yang luar biasa. Terimakasih banyak ya Mas Andra, saya nggak akan lupain pagi ini, sikap baik Mas Andra, dan masakan calon Mama mertua....." aku mengedipkan mata menunjukkan pada dokter Kaliandra jika aku tengah bercanda, jika kemarin dia dan aku begitu serius sehingga tersinggung satu sama lain maka sekarnag kami berdua saling tertawa karena lelucon receh yang aku layangkan. ".......yang luar biasa enaknya, sebenarnya saya masih betah gangguin Mas Andra, tapi kayaknya saya harus segera pergi deh buat kerja, saya perintis soalnya bukan pewaris yang bisa bolos sembarangan."

Kukumpulkan mangkuk dan gelas sisa makan dan minumku yang begitu bersih sebelum akhirnya aku berdiri dan berpamitan dengannya. Kulirik jam tanganku dan tanpa terasa berbicara ngalor ngidul sembari makan hampir memakan waktu dua jam. Satu pertemuan yang menyenangkan dan membuatku merasa mendapatkan teman baru yang memahami perasaanku bukan sekedar modus-modus basi seperti yang selama ini aku dapatkan.

"Saya antar sampai luar." Aku mengangguk, tidak menolak saat dokter Kaliandra mengantarkanku keluar, beriringan kami berjalan melewati UGD dan kembali aku mendapati tatapan maut dari Ajeng, kali ini bukan hanya satu temen manusia macam Jelita yang menjadi partner ghibahnya, melainkan beberapa orang yang melayangkan tatapan sinis bahkan saat aku masih ada di kejauhan. Sepertinya bagi mereka, fans-fans dokter Kaliandra, siapapun wanita yang bersama dokter Kaliandra adalah musuh bersama.

Tapi peduli apa aku dengan mereka yang tidak menyukaiku, dibandingkan menanggapi sama sinisnya aku justru melemparkan senyuman Hermes profesional kepada mereka saat mata kami bertemu pandang. Tidak segala hal harus dihadapi sama kerasnya, dan aku tidak mau orang-orang yang membenciku mendapatkan alasan untuk semakin mencelaku.

"Tidak usah dipedulikan orang-orang yang menatap kamu tidak suka."

JUWITA (Kembaranku Perusak Bahagiaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang