Part 30

3.8K 375 28
                                    

"Tidak usah dipedulikan orang-orang yang menatap kamu tidak suka."

Aku menatap ke arah Mas Andra ini dan saat itulah aku menyadari jika tangan Mas dokter yang sudah kembali dengan wajah acuhnya tersebut terangkat di belakang pinggangku, hanya terangkat tanpa menyentuh persis seperti seorang bodyguard saat tengah melakukan pengawalan, mengisyaratkan jika dia tengah melindungiku dari orang-orang asing yang tidak aku kenal namun menatapku penuh rasa tidak suka.

Kan, tolong, siapapun nanti yang menjadi pasangan Mas Andra satu ini adalah perempuan beruntung. Tidak banyak bicara namun act of service-nya mengagumkan. Duh hati, tolong jangan baper sama orang yang tempatnya jauh berada di atas singgasana sementara kamu hanya jelata. Dia hanya bersikap baik karena kamu juga baik kepadanya. Berulangkali aku rapal mantra itu kepada diriku sendiri, seorang Kaliandra memenuhi kriteria sebagai pasanganku dari segi manapun tapi dia pun masuk dalam pengecualian terbesar, yaitu dia anak orang kaya yang kayanya banget-banget, duhlah, aku memilih sadar diri daripada disadarkan.

"Saya tidak peduli dengan semua orang yang sekarang menatap saya tidak suka, Mas. Saya tidak membuat kesalahan apapun kepada mereka dan yah, biarkan saja."

"Lagi-lagi saya salah sudah mengkhawatirkan kamu."
Menanggapi sikap santaiku Mas Andra hanya berdecak pelan, sepertinya dia gemas sekaligus lega karena aku tidak mengambil hati ulah beberapa staf yang tidak mengenakan ini. Aku sangat tahu dengan benar jika sikap para staf sejenis Ajeng ini dia lakukan hanya karena rasa iri. Seandainya aku tidak berjalan bersisian dengan dokter Kaliandra, mereka pun tidak akan menatapku seperti ini.

Untuk kalian nanti perempuan beruntung yang ketiban cinta dokter Kaliandra, fix kalian harus bermental baja karena haters kalian banyak.

"Lagian kenapa sih harus ngekhawatirin saya, Mas. Saya ini Ultraman loh Mas. Cuma dilihat nggak suka mah saya bisa tutup mata pura-pura nggak lihat. Nggak peduli juga. Baru kalau nyebut nama boleh lah diadu kekuatan saya ini."

"Iya deh yang paling Ultraman. Tapi walaupun kuat, jaga diri baik-baik Juwita." Pesan dari dokter Kaliandra saat kami sampai di luar UGD aku balas dengan anggukan. Senang rasanya ada yang peduli seperti ini, perhatian kecil tentang aku yang harus menjaga diri. Sederhana namun begitu mengena di dalam hati seorang yang kesepian sepertiku. Aku kembali mengangguk, mengiyakan apa yang dia minta sebelum akhirnya aku bersiap untuk berbalik pergi. Aku mengira perpisahanku dengan dokter Kaliandra ini sudah selesai sampai saat kami tiba di parkiran, tapi ternyata aku keliru karena belum sampai kami keluar UGD, tiba-tiba saja dua orang tua yang aura old moneynya aur-auran datang menghampiri kami.

Dan saat melihat postur wajah tegap dan tinggi dari sosok pria paruh baya dan wajah cantik dari sang wanita yang tampil anggun dalam balutan blazer sederhananya seketika aku mengenali jika dua orangtua tersebut adalah orangtua dari pria yang ada disampingku sekarang.

Aku melirik dokter Kaliandra, menatapnya yang tampak kaku tanpa ada antusias apapun, sungguh hubungan yang terlihat sama canggungnya denganku. Dalam bayanganku Ibunda dari dokter Kaliandra adalah sosok hangat seorang Ibu, tapi saat aku melihat dagu beliau yang terangkat tegak tidak mau melihatku aku seperti dejavu akan para penumpang bussines dan first class. Senyum yang bersiap aku layangkan pada beliau seketika terhenti, mendadak aku merasa kecil hanya karena pandangan beliau yang acuh.

"Saya langsung kesini saat semua orang heboh membicarakan kamu yang membawa perempuan masuk ke ruang istirahat." Tanpa basa-basi dokter Kaliandra versi lebih tua tersebut langsung bertanya, kedua tangan beliau berkacak pinggang khas seorang atasan yang tengah memarahi salah satu karyawannya. Aku meringis, malu dan tidak menyangka jika gosip menyebar di lingkungan rumah sakit ini secepat kuman dan virus.

"Saya rasa tidak ada yang salah dengan hal itu, Pak direktur. Saya membawa teman saya saat saya istirahat dan tidak ada tindakan mendesak. Apalagi saya berbicara juga ditempat yang seharusnya tidak mengganggu kepentingan UGD. Dibandingkan menegur saya yang tidak memiliki kesalahan. Lebih baik Anda menegur orang-orang yang mengadu tidak penting seperti ini."

JUWITA (Kembaranku Perusak Bahagiaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang