Part 8

3.8K 398 11
                                    

Yang penasaran sama Kaliandra ini loh orangnya 😎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang penasaran sama Kaliandra ini loh orangnya 😎

"Mas Juna, bisa-bisanya ya Mas berbuat mesum di komplek ini. Biadab, mencoreng nama baik komplek!"

Aaaahhhh sepertinya hari ini adalah hari ulang tahun tidak terlupakan untuk Juna, dua orang yang baru saja merengguk indahnya dosa dan juga mengkhianatiku kini mendapatkan karma secara tunai. Dipermalukan dihadapan warga komplek menjelang malam, issssssshhhh, sampai anak cucu pun nggak akan terlupakan.

Dari belakang punggung dokter Kaliandra, aku bisa melihat Juna menggeleng dengan wajah ngerinya, "nggak, ini nggak seperti yang Pak RT kira. Nggak ada yang berbuat mesum, Pak! Saya cuman olahraga!"

Menambahkan alasan Juna agar semua orang percaya, Jelita yang masih memegangi lengan Juna menambahkan. "Iya, Pak. Nggak ada yang berbuat mesum, lagian dari mana Bapak dapat ide nuduh saya sama calon suami saya yang nggak-nggak! Bapak percaya sama tuduhan wanita gila yang sudab menganiaya saya ini."
Dengan garang Jelita menunjuk ke arahku, nyaris saja aku menjambak lagi rambut perempuan yang tidak tahu diri ini jika saja tidak ada celetukan yang muncul dari rombongan Pak RT yang menggerebek.

"Ada sinting-sintingnya ya Mbaknya ini. Bisa-bisanya malah fitnah saudara kembar sendiri, nih Mbak lihat......." Layar ponsel yang menyala dan menunjukkan live streaming di Instagram yang masih aktif itu membuat Jelita yang sudah pucat itu semakin terlihat seperti mayat, dia dan aku sendiri pun sama sekali tidak menyangka jika benar ada salah satu Followerku warga komplek ini, dan itu kebetulan anak Pak RT, dengan bukti live streaming bagaimana aku menggerebek mereka. Dua ulat bulu yang baru saja saling menggaruk tersebut tidak bisa berkata-kata lagi. "...... saya ikutin live penggerebekan Mbak Juwita, dan masih mau ngelak. Nih, bentar lagi satu Indonesia bakal tahu olahraga macam apa yang Mbak sama Mas Juna ini lakuin. Masih mau ngelak? Nggak malu?!"

Sorakan keras menyerbu dua orang tersangka di hadapanku. Jika saja warga komplek ini bukan orang yang berpendidikan, yakinlah jika Jelita dan Juna akan menjadi bulan-bulanan orang-orang ini. Mendapati hal ini entah aku harus senang atau sedih pada akhirnya, senang karena orang-orang yang sudah menyakitiku mendapatkan karma dipermalukan secara instan, atau sedih karena lagi dan lagi kisah cintaku berakhir dengan sangat menyedihkan karena seorang Jelita.

Jelita oh Jelita, sikapmu kepadaku tidak seindah nama dan wajahmu. Entah apa alasan Tuhan menciptakan kita berdua menjadi makhluk kembar jika pada akhirnya kamu hanya membawa luka dalam hidupku. Ditengah hiruk pikuk warga yang tengah menghakimi Juna dan Jelita, menuntut pertanggungjawaban atas dosa mereka yang sudah menodai komplek. Tiba-tiba saja terdengar celetukan dari salah seorang Bapak-Bapak yang membuat dokter Kaliandra menarikku untuk maju ke hadapan mereka.

"Loh, tapi kok ceweknya sama! Ini kok ada dua!"

"Laaaaah, Mas Junanya main gila sama kembaran pacarnya?"

"Pak Jumadi gimana sih, kan udah saya bilang kalau pacarnya Mas Juna, Mbak Juwita ini live ngegrebek pacarnya lagi bercocok tanam sama kembarannya sendiri. Yang itu tuh, yang pakai tengtop dadanya kemana-mana! Ngelag mulu si Bapak kalau di ajak ngobrol!"

"Ya Tuhan, bener Mbak?"

Ditengah suasana mencekam ini tiba-tiba saja pandangan orang-orang yang sebelumnya berang berubah menjadi prihatin saat melihatku, tidak ingin terlihat menyedihkan, aku menyunggingkan senyum kecil menunjukkan kepada mereka semua jika aku baik-baik saja dan sungguh bersyukur kebusukan dua orang manusia tidak tahu diri ini terbongkar meski dengan cara yang menyakitkan.

"Saya nggak apa-apa kok. Syukurlah, Tuhan kasih lihat kebusukan mereka sekarang. Untuk selanjutnya, terserah Bapak-Bapak semua mau di apakan mereka."

Aku melirik sinis ke arah Jelita, dengan rasa sebal yang luar biasa, aku kibaskan rambut panjangku di hadapannya. Pada akhirnya, sampai akhir pun dia tidak bisa menjatuhkan dan melukaiku.

"Meskipun dia saudari kembar saya, saya menganggap dia bukan siapa-siapa saya. Mau di arak keliling komplek atau memanggil orangtua saya buat dinikahkan saya tidak peduli lagi."

".............."

"Toh kenyataannya kembaran saya hamil anak pacar saya."

JUWITA (Kembaranku Perusak Bahagiaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang