23

215 26 0
                                    


Sorry for typo......


****



Langit senja perlahan berubah gelap, sinar matahari mulai tergantikan dengan sinar rembulan. Satu persatu bintang mulai muncul terlihat diatas langit kota Seoul.

Asahi dan sang ayah sudah sampai di Seoul sejak tadi siang, Jaehyuk menempatkan tuan Hamada diruang VVIP.

Hampir setengah jam Asahi hanya menatap ponselnya. Dari raut wajahnya, gadis itu tampak sangat kesal. Membuat sang ayah heran.

"Kau baik-baik saja sayang?"

Asahi menghela nafasnya sebelum menjawab sang ayah.

"Hahh sejak tadi siang aku tidak bisa menghubungi Kevin, ayah. Ponselnya tidak aktif."

"Mungkin ponselnya sedang tidak ada sinyal."

"Oh ayolah ayah, dinegara Korea bagian mana yang tidak ada sinyal?"

Tuan Hamada tersenyum kecil melihat kekhawatiran sang putri pada kekasihnya.

"Kau begitu mencintainya, huh?"

Asahi mengangguk kecil, "ayah kan sudah bertemu dengan Kevin, apa pendapat ayah tentangnya?"

"Ayah rasa Kevin orang yang baik dan bertanggung jawab. Dia juga sopan. Nanti ayah akan memintanya untuk segera menikahimu."

"Wow tunggu dulu ayah. Bukankah itu terlalu cepat? Bahkan kami tidak pernah membicarakan tentang pernikahan."

"Maka segera bicarakan, apa kau masih belum ingin menikah?"

"Aku ingin menikah tapi tidak dalam waktu dekat. Kontrak kerjaku masih tersisa dua tahun dan dalam jangka waktu itu aku tidak bisa menikah ayah."

"Tapi kalau bertunangan tak masalah kan?"

"Hmm ya kurasa tak masalah." Asahi menyimpan ponsel yang sedari tadi dipegangnya sebelum melanjutkan ucapannya.

"Ayah, bagaimana kalau kalung itu kita berikan saja pada paman Kenta? Jujur, aku sudah lelah harus hidup dengan bayang-bayang paman Kenta yang bisa kapan saja mencelakai kita." Ucap Asahi yang melenceng jauh dari pembicaraan awal.

"Tapi itu satu-satunya kenangan dari ibu kandungmu nak. Kau yakin akan memberikan secara cuma-cuma pada pamanmu yang kejam itu?"

"Aku tidak punya pilihan lain ayah, mereka sudah mencelakai ayah. Tidak menutup kemungkinan mereka akan datang dan mencelakai ayah lagi atau bahkan bisa mencelakai ku."

Tuan Hamada menghela nafasnya panjang, menatap sendu putri cantiknya.

"Baiklah kalau memang itu keputusanmu. Saat sembuh nanti, ayah akan menemui Kenta dan menyerahkan kalung itu padanya."

"Tapi dimana ayah menyimpan kalung itu?"

"Ada di Mungapdo, ditempat kelahiran ayah. Mungkin sekarang Kevin sedang dalam perjalanan kembali ke Seoul."

"Apa maksud ayah Kevin sedang dalam perjalanan kembali ke Seoul?? Eyy....tidak mungkinkan ayah menyuruhnya mengambil kalung itu?"

"Memangnya kenapa kalau ayah meminta bantuannya? Lagipula tidak ada yang bisa ayah mintai bantuan lagi, ayah tidak mungkin menyuruhmu mengambilnya sendirian."

"Aku kan bisa pergi dengan Kevin."

"Ayah yakin, Kevin akan melarangmu untuk ikut dengannya." Kekeh tuan Hamada kemudian.

"Ayah benar dan asal ayah tahu aku tidak suka sikapnya yang selalu meratukan ku. Menurutku itu terlalu berlebihan."

Tawa tuan Hamada pecah mendengar penuturan sang putri.

The Guardian || Jaesahi GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang