Chapter 22, Foto

207 18 1
                                    

Rebecca menoleh ke belakang waktu telinganya dengar umpatan Fernon. Dia melihat sosok cowok mungil yang lagi siap-siap buat kabur gak jauh dari belakang tubuh Fernon.

"Woy! Mau kabur kemana lo." ujar Rebecca yang gak tahu sejak kapan tangannya sudah mencekal kerah baju cowok mungil berambut pink didepannya yang tadi mau bersiap kabur.

"A-ampun.. Le..lepasin saya Mbak." kata si cowok ber kemeja putih oversize itu ketakutan.

"Enak aja minta di lepasin."

"Ampun Mbak!"

"Gak ada ampunan buat lo. Maksud lo apa, nimpuk kepala temen gue pake batu? Lo ada masalah sama dia?'' kata Rebecca lagi. Masih belum ngelepasin kerah belakang kemeja si cowok mungil.

"Saya nggak sengaja Mbak. Beneran!''

"Bohong, lo pasti sengaja kan? Mau nyari ribut kan?"

"Nggak. Sumpah! Saya nggak sengaja..!''

"Gue nggak percaya."

"Saya...."

"Kenapa, Bec?" kata Fernon yang baru nyamperin Rebecca.

"Nih, orang yang tadi nimpuk kepala lo pake batu, Fer." adu Becca setengah emosi.

Begitu denger ucapan Becca, si cowok mungil langsung noleh ke samping. Lebih tepatnya ke arah dimana Fernon berdiri.

"... Fernon," ujar cowok itu pelan.

Raut kaget terpancar di wajah Fernon. "Lo Mario kan!" balas Fernon masih dengan keterkejutannya.

Becca ngerutin dahi. Dia nggak paham sama situasi ini. Kenapa Fernon kaget waktu cowok sipit itu nyebut namanya, apa mereka berdua udah saling kenal.

"Bec, lepasin dia." perintah Fernon, yang langsung dituruti oleh Becca.

****

"Jadi, kedatangan lo kesini mau minta restu sama orang tua gue buat ngelamar Fani.''

Fernon menengguk es kelapa muda yang ada di tangannya. Mereka bertiga. Dia, Becca dan Mario sekarang lagi ada di Resort yang terletak di pesisir pantai. Gak jauh dari jalan raya juga tempatnya, soalnya ngobrol disini lebih nyaman menurut Fernon.

Selesai mengunyah lobster panggang, Mario cowok mungil yang tadi gak sengaja udah nimpuk kepala Fernon, mengangguk. Rambut pink nya yang halus bergerak pelan.

"Iya Fer, itu tujuan awal gue datang jauh-jauh kemari." jawab Mario sambil nyeka sudut bibir tipisnya pakai tissue.

"Terus gimana pendapat ortu gue sama rencana lo ini?"

"Ayah sama Bunda lo sih setuju aja, mereka nerima gue dengan tangan terbuka."

"Kalo Fani sendiri gimana?"

Mario menatap garpu di tangan kiri, sebelum dia jawab. "Gue gak tahu."

"Maksud lo, kok Lo malah gak tahu? Kan masalah ini menyangkut kalian berdua kedepannya."

"Iya gue belum ngasih kabar ke Fani kalo gue sebenernya udah balik dari Amrik sekarang." terang Mario.

"Oh gitu, serah lo deh bukan urusan gue juga."

"Ya tapikan lo calon ipar gue."

Fernon angkat bahu. Dia milih gak mau ikut campur sama urusan percintaan kembarannya. Toh itu urusan Mario sama Fani, dan gak ada sangkut pautnya sama dia.

"Ehm!"

Becca berdehem pakai suara seraknya, karena sedari tadi dia jadi satu-satunya manusia yang di cuekin. Dan nggak tahu arah pembicaraan Fernon sama si cowok sipit yang tadi udah manggil dia Mbak.

OH MY BABY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang