Setelah sampai di Rumah sang pacar tercinta Kelva memutuskan akan meninggalkan kota malam itu juga beserta Fani dan juga Yuta. Awalnya cowok ganteng itu ingin membawa pergi keluarga kecilnya ke Luar Negeri, pergi sejauh mungkin meninggalkan perkara rumit ini. Dalam benaknya Kelva hanya ingin hidup tenang bersama Fani, Menikah lalu membesarkan Yuta bersama-sama hingga anak mereka dewasa.
Tapi keberadaan Fernon malam itu menggagalkan semua rencana yang sudah Kelva susun matang-matang di dalam benaknya.
"Setelah lu hampir bunuh gue, sekarang dengan entengnya lu mau bawa Adek sama keponakan gue pergi ke Luar Negeri?!" Fernon marah. Mencengkram kerah leher Kelva dengan tatapan yang menghunus tajam. "Gak akan pernah gue biarin hal itu terjadi!!" Sambung Fernon sambil menghempaskan tubuh Kelva kebelakang. Fani dengan sigap memeluk pinggang Kelva dari samping agar punggung cowok ganteng yang dicintainya itu tak menubruk tembok kamar.
"Bang, gue mohon.." Fani menatap melas ke arah Fernon, memohon belas kasih dari saudara kembarnya agar mengizinkan dirinya pergi mengikuti kemanapun Kelva akan membawanya. Fani hanya ingin terus berada di sisi Kelva sepanjang hidupnya, pelukan Fani mengerat di pinggang Kelva.
"Bang gue mohon izinkan gue bawa Fani pergi, gue bersumpah atas nyawa gue sendiri akan menjaga dan mencintai Fani dengan sepenuh hati." Kelva merendahkan diri nya dengan bersimpuh. Biarlah malam ini ia membuang jauh dulu harga dirinya.
Fernon masih bungkam, walaupun Kelva sudah lebih dari lima kali mengucapkan kata maaf pada lelaki Manly itu sepertinya Fernon belum sepenuhnya memberikan maaf untuk Kelva yang beberapa saat lalu tak sengaja mencekik leher Fernon karena salah paham.
"Nikahin Fani dulu." Gumam Fernon saat menduduki sofa di dalam kamar Fani. Gumaman pelan Itu membuat kedua orang yang mendengarnya terbelalak kaget.
"A-Apa? Bang Enon tadi ngomong apa?" Fani berusaha memastikan jika pendengaran nya masih berfungsi normal.
"Kalo mau pergi jauh, menikah dulu. Seenggaknya gue bisa lega dengan status kalian yang udah terikat secara resmi." Ulang Fernon dengan nada setenang air, mata tajam miliknya menatap keberadaan Fani dan Kelva secara bergantian.
"Gue nggak akan pernah kecewain Lo Bang," balas Kelva yakin.
Fani dengan mata yang sudah mengembun berlari menerjang Fernon yang tengah duduk di sofa membuat tubuh kekar lelaki itu sedikit oleng.
"Makasih Bang, makasih..." Ucap Fani dengan haru memeluk leher Fernon erat, Fernon tak menjawab tetapi senyum tipis di bibirnya tak bisa berbohong jika hatinya kini telah merasa sangat lega.
Tanpa membuang waktu sekitar pukul sebelas malam Kelva berlari menuju ke rumah salah satu tokoh Agama di kompleks nya yang berjarak lima rumah dari kediamannya. Mengetuk pintu dengan debaran di dalam dada, tak sabar kala pintu di hadapan tak kunjung terbuka. Menunggu sekitar dua puluh menit akhirnya penantian Kelva membuahkan hasil.
Sang tokoh Agama kaget melihat kehadiran Kelva yang berada di depan pintu rumah nya tengah malam seperti ini.
"Mas Kelvaro? Ada apa?"
"Ustadz.." Kelva segera mencium tangan lelaki berumur dengan wajah yang teduh.
"Apa yang membuat Mas Kelvaro malam-malam begini datang ke rumah saya?"
"Tolong nikahkan saya Ustadz." Jawab Kelva dengan mantap. Sang tokoh Agama bisa melihat binar di mata pemuda itu penuh kesungguhan.
"K-Kenapa saya Mas, kenapa tidak sama penghulu saja." Si tokoh Agama menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Tidak ada waktu lagi Ustadz, malam ini juga saya harus menikahi Fani."
"Hah? M-Maksud Mas Kelvaro menikah nya malam ini juga?" Ustadz di depannya terbelalak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY BABY!
HumorBagaimana reaksi kalian kalau pagi-pagi membuka pagar Rumah, lalu menemukan kardus yang berisi seorang Bayi. Hal itu juga yang Fani rasakan saat ini, terlebih lagi gadis itu harus mengurus Bayi temuannya sendirian. Fix. Membayangkannya saja Fani tid...