Siang itu Kelva lagi fokus Meeting sama karyawannya, membahas Launching menu baru yang akan diluncurkan ‘Kelvaro Café’ akhir bulan ini.
"Saya setuju sama Dessert yang diajukan Chef Ambar dan Chef Felix, untuk makanan beratnya? Saya kira Chef Milo bisa menangani."
"Baik Bos..." jawab Ambar. Perempuan berperut buncit karena tengah hamil itu melempar senyum ke arah Felix, yang duduk disampingnya.
Tak sia-sia mereka berdua lembur akhir-akhir ini jika pada akhirnya Dissert yang mereka buat akan disetujui Kelva untuk menjadi salah satu ikon Cafe, pada Launching menu baru nanti.
"Siap Bos!" lanjut Felix tak kalah senangnya dengan Ambar.
"Sip-sip... Masalah kecil itu." ujar Milo, Chef paling muda yang tampak santai ditempat duduknya.
"Okay! Saya kira rapat pada siang hari ini cukup sampai disini. Jika ada yang masih perlu ditanyakan lebih lanjut, datang saja ke ruangan saya."
Kelva menutup proposal ditangannya, tanda jika rapat siang ini sudah berakhir.
Setelah mendapat persetujuan dari semua pihak, ruangan Privat Room yang dipergunakan untuk meeting beberapa saat yang lalu mulai berangsur lenggang.
Lelaki bertubuh proposional itu melangkah keluar ruangan, sesekali irish kelamnya menatap ke arah jam mahal yang melingkar ditangan kirinya, jarum pendek menunjukkan jika jam makan siang sudah berlalu sedari dua jam yang lalu.
Kelva berdecak, "Kok si Kerdil belum sampe sini juga ya? Padahal ini udah telat banget sama waktu janjian. Apa jangan-jangan terjadi sesuatu sama Yuta." dia bergumam khawatir, sambil bawa ponselnya Kelva memilih duduk disalah satu sofa Cafe, dia bermaksud mau nelfon Fani.
"Ck, baru sadar. Kalo ternyata nyimpan nomor dia ada gunanya juga disaat-saat kayak gini." sambil senyum simpul Kelva coba menghubungi Fani, tapi boro-boro suara cempreng tetangganya yang terdengar di sebrang sana, cewek bogel itu malah gak mengangkat panggilannya.
"Kok gak diangkat! Jangan-jangan emang bener lagi terjadi sesuatu sama Yuta, wahh! Ceroboh banget si Kerdil. Awas aja kalo tuh Bayi sampe kenapa-napa, gak akan segan lagi gue buat nubrukin pot bunga punya dia lagi." Kelva gak nyerah buat menghubungi nomer Fani.
"Bos Kel, ini diminum dulu. Kayaknya si Bos lagi stres berat kalo dilihat-lihat." Rebecca, salah satu pegawai Kelva dengan pengertiannya naruh jus alpukat dimeja depan sang Bos.
Dengar suara halus milik Rebecca, Kelva ngalihin perhatiannya dari ponsel ke arah sang pegawai yang berdiri menjulang. Karena gadis tomboy itu posturnya tinggi semampai.
"Makasih ya... Pegawai teladan." balas Kelva terus ngasih senyum tipis ke arah si gadis tinggi, sebelum meyeruput jusnya sedikit.
"Sama-sama Bos. Oh ya Bos, saya kan sudah baik nih ya perhatian sama Bos, ngasih minum walaupun Bos nggak minta. Jadi ehm.. Uhuk.. Gajian bulan depan kasih bonus saya ya Bos, tapi serius saya nggak minta ini. Itu seiklasnya Bos aja.. Hehehe"
Emang dasarnya Becca itu orangnya humoris, pengertian, tapi ada maunya.
"Buat apa minta bonus lagi? Bukannya gaji kamu udah lumayan ya kerja disini. Sebulan 2jt... Masih kurang segitu??"
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY BABY!
HumorBagaimana reaksi kalian kalau pagi-pagi membuka pagar Rumah, lalu menemukan kardus yang berisi seorang Bayi. Hal itu juga yang Fani rasakan saat ini, terlebih lagi gadis itu harus mengurus Bayi temuannya sendirian. Fix. Membayangkannya saja Fani tid...