13

6.4K 743 41
                                    

Ravenza berjalan menuju perpustakaan dengan membawa sebuah buku yang kemarin ia pinjam, saat ini ia ingin mengembalikannya ke perpustakaan.

Ravenza mendadak teringat dengan percakapannya dengan Jevran 3 hari lalu di cafe. Sebenernya, apa maksud lelaki itu mengajaknya bergabung dengan Scorpio? Apa mungkin Jevran ingin memanfaatkannya seperti Bara memanfaatkannya?

-flashback

"Gabung sama Scorpio."

Ravenza termangu, syok dengan perkataan Jevran. Ia berkedip beberapa kali, berusaha mencerna perkataan Jevran yang sulit ia mengerti.

"Ma-maksud lo?"

"Gabung sama gue, jadi anggota Scorpio."

"Hah?? Gue? Gabung geng lo dan jadi anggota lo? Jevran lo gila ya?"

Jevran mengedikkan bahunya acuh. "Dengan gitu lo bisa balas dendam. Uranus bakal selalu kalah."

"Sebelumnya juga Uranus selalu kalah ngelawan Scorpio. Gue gak terlalu dibutuhin di geng lo."

"Kata siapa? Lo pasti berguna." balas Jevran.

Ravenza menghela nafas kasar. "Gabisa. Gue gak bisa gabung sama Scorpio."

Jevran mengangguk santai, tidak kecewa karena Ravenza menolak tawarannya.

"Kalau berubah pikirin, silahkan dateng ke markas Scorpio."

-flashback end

"Jevran kayaknya emang udah gila deh." gumam Ravenza menggelengkan kepalanya pelan.

Brukkk!

Buku yang Ravenza pegang jatuh begitu saja karena bahunya yang ditabrak seseorang dengan keras. Ia meringis, menunduk untuk mengambil bukunya.

Baru saja jarinya memegang buku, ia dibuat menjerit kala sepatu seseorang menginjak jarinya.

"Akhhh!" Ravenza menarik tangannya dan jatuh terduduk. Ia mendongak, raut wajahnya yang kesakitan berubah kesal kala melihat siapa yang berdiri didepannya sambil bersedekap dada dan memasang raut wajah tidak bersalah.

"Maksud lo apa?" Ravenza langsung bangkit, mendekati Azka dan menatap nyalang pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

"Sorry, sengaja."

Tangan Ravenza terkepal. Ia memejamkan matanya dan menghembuskan nafas kasar, berusaha menahan emosinya yang sudah naik ke ubun-ubun. Rasanya ingin sekali melayangkan pukulan kewajah Azka, tapi ia menahannya karena berada disekolah. Jika diluar sekolah, mungkin Ravenza sudah memukul Azka. Sayang sekali ia tidak pernah bertemu Azka diluar sekolah.

"Mau lo tuh apasih? Perasaan kita berdua gak pernah kenal dan gak pernah ada masalah sebelumnya, kenapa lo nyari masalah terus sama gue?"

Azka merespon dengan bahu terangkat acuh, tidak memperdulikan kekesalan Ravenza. "Karena gue gak suka lo. Seharusnya dari dulu, gue yang jadi anggota Uranus, bukan lo!"

Ravenza berdecih. "Ambil aja tuh Uranus, gue gak peduli! Geng sampah!"

"Apa maksud lo geng sampah?"

Ravenza dan Azka serempak menoleh, mendapati Bara yang berjalan mendekat kearah mereka dengan tangan terlipat didepan dada. Raut wajah lelaki itu datar dan tatapan matanya menghunus tajam pada Ravenza. Dibelakang Bara ada Bimo dan Reza yang mengikuti sang ketua.

"Bener kan? Uranus tuh geng sampah!" Ravenza menatap nyalang pada Bara yang kini berdiri tepat didepannya.

"Oh ya?"

"Lo semua tuh lemah, ampas!"

Srakkkk

Kerah seragam Ravenza ditarik dan dicengkeram oleh Bara. Ravenza tidak takut, ia malah tertawa mengejek. "Apa? Lo mau ngapain? Mau mukul gue? Pukul aja, silahkan. Itu berarti, lo mengakui kalo geng lo tuh cupu!" Rahang Bara mengeras, ia melepas secara kasar cengkeramannya pada seragam Ravenza. Ravenza tersenyum miring, memperbaiki seragamnya yang agak berantakan.

"Ravenza jaga mulut lo ya. Gue tau lo dikeluarin dari Uranus tanpa persetujuan lo sendiri, tapi jangan segitunya juga, inget kalo lo pernah jadi bagian dari Uranus." kata Bimo, Ravenza menanggapi dengan decakan malas.

"Gue nyesel udah pernah jadi bagian dari Uranus. Kalo bisa mutar waktu, gue ogah pernah ketemu sama lo dan jadi anggota Uranus." setelah mengatakan hal itu, Ravenza pergi begitu saja, tak memperdulikan raut wajah Bara, Bimo dan Reza yang kini menahan emosi karena perkataannya.

"Dia kenapa berubah banget begitu dah? Mulutnya minta banget dipukul." kata Reza menatap kepergian Ravenza yang sudaj menjauh.

Azka tersenyum miring, mendekati Bara dan bergelayut di lengan sang ketua Uranus. "Kita hancurin dia sama sama. Kita pastiin.. dia nyesel ngomong begitu."

"Uhukkk, anjing, dia kira dengan ngeroyok gue bakal bikin geng dia keliatan hebat?" Ravenza berusaha berdiri walau kakinya bergetar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Uhukkk, anjing, dia kira dengan ngeroyok gue bakal bikin geng dia keliatan hebat?" Ravenza berusaha berdiri walau kakinya bergetar. Mulutnya mengeluarkan darah dan wajahnya penuh lebam karena ulah Uranus yang mengeroyoknya.

Ravenza terbatuk, menahan nyeri di sekujur tubuhnya. Ia dipukul, ditendang bahkan dilempar. Mulutnya terus mengeluarkan darah saat ia batuk. Siapapun yang melihatnya kondisinya, pasti akan merasa iba karena kondisinya yang memang memperihatinkan.

Ravenza tidak sekuat itu menahan semua rasa sakitnya, hingga akhirnya Ravenza tidak mampu lagi menahan tubuhnya. Ia terjatuh dan meringis memegang perutnya, tetap berusaha menahan kesadarannya walau ia merasa akan pingsan sebentar lagi.

"Eh itu siapa yang lagi tiduran disana?"

"Lah iya? Eh tapi masa tiduran disitu dah?"

"Kayak kenal dah.."

"Kayak Ravenza gak sih? Seragamnya mirip seragam Alexander."

"Iye agak mirip Ravenza, apa jangan jangan beneran dia?"

"EH WOI ITU RAVENZA COKK!!"

"ANJIRRR BENERAN?!! BURUAN BANTUIN WOI!!"

Suara suara yang cukup familiar dapat Ravenza dengar walaupun telinganya berdengung. Langkah kaki yang terdengar cepat menuju kearahnya yang kini terkapar tak berdaya. Ravenza menghela nafas lega karena ada orang yang bisa menolongnya.

"Ravenza? Hei? Lo masih sadar? Lo denger gue?"

Diambang kesadarannya, Ravenza masih dapat melihat sosok pemuda yang kini tengah menatapnya penuh kekhawatiran, ia berusaha mengenali siapa pemuda itu walau pandangannya memburam.

"Jevran..."

Hingga akhirnya, Ravenza benar benar tidak sadarkan diri.

















[To Be Continued]

seharusnya aku update nya malem tadi, cuma merasa yg semalam kurang jd aku rombak ulang xixixi

JEVENZA || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang