"Udahlah Sa, gapapa." Ravenza mengusap bahu sang sepupu yang terus-menerus mengumpati sosok ketua Uranus sekaligus mantan pacarnya itu. Ravenza baru saja menceritakan tentang kejadian dimana ia dikeluarkan secara memalukan di markas Uranus pada Esa.
"Gabisa anjing! Emosi banget gue dengernya! Gue datengin lo Bara bangsat!"
Ravenza buru buru menahan Esa yang beranjak ingin pergi. Ia tarik Esa agar kembali duduk dikursinya.
"Udah Sa, gue gak mau berurusan lagi sama mereka. Gue udah terlanjur benci sampe males ngeliat muka mereka, udahlah." kata Ravenza menenangkan Esa yang masih dilanda emosi.
Esa menghembuskan nafasnya kasar. "Terus sekarang lo udah putus kan sama Bara bangsat itu?"
Ravenza mengangguk. "Udah."
"Ini alasan gue waktu itu ngelarang lo pacaran sama Bara dan gabung sama geng dia. Uranus tuh isinya sampah semua. Lo tuh cuma dimanfaatin sama mereka!" seru Esa mengebu-ngebu.
Ravenza menghela nafas. "Iya, lo bener. Seharusnya gue dengerin perkataan lo waktu itu, tapi ya mau gimana lagi? Nasi udah jadi bubur." Ravenza mengedikkan bahunya. Tidak ada gunanya menyesal sekarang.
Esa tiba-tiba terdiam selama beberapa saat, sampai suaranya terdengar memanggil nama Ravenza dengan pelan.
"Rav.."
"Apa?"
Esa mengerjapkan matanya, menunjuk keluar jendela kelas dimana segerombolan pemuda melewati kelas mereka. "Itu.. disebelah Bara siapa?"
Ravenza mengernyitkan dahi, mengikuti arah tunjuk Esa. "Hah?"
Esa menatap Ravenza yang kini tampak terdiam menatap gerombolan Uranus yang perlahan sudah tak terlihat lagi dari pandangan mereka.
"Lo kenal? Keliatannya mesra banget sama Bara."
Ravenza menggeleng pelan. Ia mendadak teringat perkataan Bara kemarin.
"Gue gak peduli. Lo bukan bagian dari Uranus lagi. Posisi lo bakal digantikan sama orang lain."
"Jadi itu yang dia maksud?" gumam Ravenza pelan.
"Jangan bilang rumor kalo si Bara selingkuh itu bener? Gak mungkin kan kalo dia gak selingkuh? Padahal baru kemarin kalian putus dan lo keluar dari Uranus, apalagi emang kalo bukan selingkuh? Mana mesra banget lagi." Esa berdecih kesal.
"Terus, setelah ini lo mau ngapain?" tanya Esa, Ravenza menatap sepupunya itu dengan dahi berkerut.
"Maksudnya?"
Esa mendengus. "Lo kan sekarang udah bukan anggota geng lagi, setelah ini lo mau ngapain? Mau gabung geng lain untuk bales dendam ke Bara?"
Ravenza tampak terdiam selama beberapa detik, kemudian menggeleng. "Gue gak mau mikirin tentang itu dulu."
Semenjak Ravenza bukan lagi anggota Uranus, ia jadi malas untuk menggunakan motor. Tiap pergi dan pulang sekolah, ia selalu bersama Esa. Motornya pun ia biarkan begitu saja di garasi.Tapi hari ini Ravenza terpaksa harus pulang sendiri karena memang Esa sedang sakit jadi tidak masuk sekolah. Berangkat sekolah tadi pun, Ravenza diantar mama nya.
Jarak rumah dan sekolah Ravenza jika berjalan kaki mungkin memakan waktu 50 menit. Walau tau akan memakan waktu, Ravenza tidak mau menggunakan bus karena ia memang sebelumnya tidak pernah naik bus. Mau pesan ojek atau taksi online tapi ponselnya saat ini mati kehabisan daya. Jadi mau tak mau Ravenza harus berjalan kaki.
Sudah berjalan sekitar 20 menit lamanya, netra Ravenza tidak sengaja melihat sebuah rumah tingkat 2 dengan pagar hitam cukup tinggi yang terdapat banyak motor terparkir disana. Mata Ravenza memicing, berusaha mengenali motor yang menurutnya tidak asing itu.
"Oh iya, Markas Scorpio kan emang gak jauh dari Alexander, pasti mereka lagi kumpul tuh" gumam Ravenza. Ia mengamati markas Scorpio yang memiliki halaman cukup luas, markas mereka pun lebih besar dari markas Uranus walau anggota Uranus lebih banyak dari Scorpio.
Ravenza mendadak mematung kala tatapannya beradu dengan tatapan sang ketua Scorpio yang baru saja keluar dengan menenteng jaket kulit berwarna hitam. Ketua Scorpio itu menatap Ravenza agak keheranan.
"Anjir.." Ravenza mengalihkan perhatian dari Jevran dan langsung buru buru pergi. "Lagian ngapain gue diem disitu sih!" gerutunya pelan.
Greb!
Brukkk!
"ADUHHH!!" Ravenza kelepasan memekik karena lengannya baru saja ditarik hingga dirinya menabrak dada seseorang dengan cukup kencang.
"Sorry, gak sengaja."
Ravenza mengusap keningnya dan menatap Jevran yang kini berdiri didepannya dengan tajam.
"Lo ngapain sih?!" Ravenza berseru galak.
"Lo yang ngapain tadi ngeliatin markas gue."
"Idih! Siapa juga yang ngeliatin markas geng lo! Gue cuma lewat!"
Jevran menatap Ravenza dari atas sampai bawah, melihat penampilan pemuda mungil itu yang agak kusut dengan rambut yang sudah lepek terkena sinar matahari dan keringat. "Biasanya juga kalo pulang lo gak pernah ngelewatin jalan ini, lo selalu lewat jalan lain."
"Kalo lo lupa, jalan ini kerumah lo lebih jauh, seharusnya lo lewat jalan yang biasanya lo lewati." lanjut Jevran sambil bersedekap dada.
Ravenza terdiam, menatap keadaan sekitar yang tidak ramai seperti biasanya ia lewat. Ravenza mengumpat dalam hati. Pantas saja jalan ini sepi, ini bukan jalan besar yang sering dilalui orang orang dan bukan jalan yang sering ia lewati.
Jevran terkekeh pelan melihat raut wajah Ravenza yang menurutnya cukup lucu. Ia menarik tangan Ravenza, membuat si empunya melotot kaget.
"Eh lo mau—"
"Biar gue anter pulang. Kasian gue ngeliat lo kayak anak ilang jalan sendirian begini."
"BACOTTTT!!!"
[To Be Continued]
kayaknya kata kata aku dichapter pertama aku ralat deh, bukan cuma 2 orang yg belum aku munculin, tpi ada 3 orang. satu mantan pacar jevran, satunya yg sama bara, satunya lagi masih rahasia wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVENZA || Jaemren
Teen FictionJevran, ketua dari Scorpio yang tertarik dengan kekasih musuhnya, Ravenza. warn[❗] ✦₊ bxb ࿐ ✦₊ fiksi ࿐ ✦₊ non baku ࿐ ✦₊ harshword ࿐ ✦₊ jaemin dom! renjun sub! ࿐ start: 27 august 2023 end: #1 renjun 26/09/23 #1 mark 15/09/23 #1 huangrenjun 22/10...