21

6.7K 765 40
                                    

Ravenza sudah masuk sekolah hari ini. Kondisinya sudah membaik, tapi Esa menjadi over protective padanya. Esa selalu mengawasi sekitar takut takut ada Bara atau Uranus yang sewaktu-waktu bisa menyakiti Ravenza lagi. Esa sudah begitu banyak menaruh benci pada Uranus karena apa yang mereka lakukan pada Ravenza.

"Sa, nyariin apa sih? Kok gue liat dari tadi lo celingak-celinguk mulu." tanya Calva yang keheranan melihat tingkah Esa. Saat ini ia, Ravenza, Esa dan kembarannya sedang menuju kantin.

"Si bangsat Bara. Kalo gue liat muka gak seberapa nya itu, bakal langsung gue tonjok!"

"Emang berani?"

Esa dengan cepat menoleh kearah Calvin setelah mendengar ucapan pemuda itu, ia menatap Calvin dengan tajam.

"Enggak juga sih.. TAPI— KALO TUH COWOK ANJING NYARI GARA GARA LAGI! GUE BENER BENER GAK AKAN SEGAN NONJOK MUKANYA! Walaupun gue gak begitu berani.." Esa meringis, melirik sekitar dimana murid murid menatapnya penuh keheranan karena ia yang tiba tiba saja berteriak.

Ravenza hanya geleng geleng kepala melihat tingkah Esa. "Esa tuh bisa berantem kok, ya emang gak jago jago amat sih, paling kenal pukul Bara langsung tumbang tuh." Ravenza terkikik begitu Esa menatapnya tajam.

"Bangke lo! Gue nih lagi berupaya ngelindungin lo tauu!" sinis Esa.

"Sa, kalo mau ngelindungin Ravenza, minimal lo bisa sejago Ravenza." Calva tersenyum manis dan menepuk nepuk bahu Esa.

"Kenapa?"

"Hah? Kenapa?" Ravenza menatap Calvin yang tampak kebingungan.

"Tuh, pada lari larian." Calvin menunjuk murid murid yang tampak berlari dengan tergesa gesa menuju suatu tempat dengan dagunya.

"Ada apa nih?"

"Eh eh! Tunggu!" Calva dengan cepat berhasil mencegah langkah seorang siswi yang baru saja ingin melewati mereka. "Ini kenapa pada lari larian? Ada apa?" tanya Calva pada siswi itu.

"Anuu, katanya didepan ada anak anak Scorpio."

"Hahh?! Scorpio?!!"

"Ohh.. oke makasih ya." Siswi itu mengangguk dan langsung pergi. Mereka berempat saling bertatapan, kemudian dengan serempak berjalan mengikuti langkah murid murid yang mengarah ke depan sekolah.

"Buset, rame amat.." gumam Esa melihat kerumunan murid murid yang mengerumuni gerbang.

Ravenza berusaha menerobos kerumunan dengan tubuhnya yang kecil. Ia begitu penasaran apa yang terjadi didepan sana hingga murid murid berkerumun seperti ini.

Setelah berhasil membelah kerumunan yang membuatnya sesak, Ravenza dapat melihat Scorpio, terutama Jevran yang berdiri di paling depan sambil bersedekap dada dan tampak sedang menunggu sesuatu.

Hingga Ravenza melihat kehadiran Uranus yang baru saja tiba. Ia agak bersembunyi dibalik tubuh seorang siswa yang lebih tinggi darinya, tak ingin kehadirannya dilihat oleh Bara.

"Ngapain lo datang kesini?!" Bara bertanya tidak santai, ia menatap Jevran dengan tajam, yang dibalas dengan tatapan datar oleh ketua Scorpio itu.

"Keluar lo."

"Lo gak berhak nyuruh nyuruh Bara." Bimo, sang wakil ketua Uranus itu menyahut.

Terdengar decihan kesal dari Jevran, pemuda itu melangkah maju hingga benar benar berhadapan dengan Bara walau terhalang gerbang tinggi.

"Keluar, atau gue yang masuk."

"Udah keluar aja! Jangan kebanyakan tanya! Buang buang waktu kita yang berharga aja!" sahut Bintang dengan raut wajah songong.

"Buruan!! Panas nihh!!" Juan ikut menyahut.

Bara berdecak kesal. "Gue gak akan keluar sebelum lo kasih tau tujuan lo kesini tuh apa!"

Jevran berdecih. "Sebelumnya gue udah peringati lo untuk gak nyentuh Ravenza, ternyata lo masih berani juga. Peringatan gue yang waktu itu kurang cukup?"

Mendengar namanya disebut, Ravenza mengernyitkan dahinya, ia makin bersembunyi dibalik tubuh siswa yang menjadi tamengnya saat ini dan mendengarkan dengan seksama percakapan dua orang itu.

Bara tertawa remeh. "Emang si lacur itu siapa lo? Oh, dia jadi jalang lo sekarang? Ck, emang murahan. Untung aja bukan pacar gue dan bukan anggota Uranus lagi." Bara mengedikkan bahu acuh dan tersenyum mengejek.

Tangan Jevran terkepal, rahangnya mengeras dan tatapannya makin menghunus tajam pada Bara. Ia mencengkram pagar didepannya dengan kencang hingga bergetar, memperlihatkan jika Jevran benar benar marah saat ini.

"Wisss, kenapa lo marah? Bener ya apa kata gue? Dia jadi jalang lo sekarang? Oh, kalo lo mau tau, gue udah pernah make dia."

Srakkk!

BUAGHHHHHHH!!!

Brukkkkk!!

"MULUT LO DIJAGA YA BANGSAT!! LO KIRA GUE BAKAL DIEM AJA SETELAH LO RENDAHIN BEGINI?!!"

Ravenza menarik kerah seragam Bara, matanya menghunus tajam pada Bara yang berada dibawahnya setelah berhasil ia jatuhkan. "Sampah. Apa yang keluar dari mulut lo itu bener bener sampah! Gue juga gak sudi dipake sama orang menjijikkan kayak lo!"

Srettttttt!!!!

Gerbang dibuka, membuat perhatian seluruh orang teralih pada Calvin yang saat ini tengah menarik gerbang besar itu agar terbuka lebar. Entah bagaimana pemuda itu berhasil membuka gerbang tanpa semua orang sadari.

Ravenza mendorong Bara dan menjauh dari lelaki itu. Ia menatap Jevran yang kini melangkah masuk dengan aura gelap yang bisa dirasakan seluruh orang disini. Wajah Jevran tampak mengerikan dan tatapan yang tampak berapi-api.

Srakkkk!

Kerah seragam Bara ditarik oleh Jevran dengan kencang, tak perduli jika Bara akan tercekik. Ia tarik pemuda yang merupakan ketua Uranus itu agar berdiri.

Jevran menatap Bara tajam yang baru saja menepis tangannya hingga cengkeramannya pada kerah lelaki itu terlepas.

Jevran melangkah mendekati Bara hingga ia dan Bara kini benar benar berhadapan dan saling bertukar tatapan tajam, sebelum akhirnya Jevran berucap yang membuat suasana terasa mencekam. "Keluar, kita selesain ini berdua. Gue pastiin, lo bakal abis kali ini."
















































[To Be Continued]

santai dulu gasihh, sambil memandangi si gemes ini 😋

santai dulu gasihh, sambil memandangi si gemes ini 😋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sorry kalo ada typo yh gess

JEVENZA || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang