12

6.3K 786 46
                                    

"Sa, gue gak pulang bareng lo ya."

Ravenza dan Esa baru saja keluar dari kelas mereka yang sudah sepi. Ravenza hari ini ada piket, jadi ia pulang paling akhir, sedangkan Esa hanya menunggunya.

"Gak! Gak ada pulang sendiri! Udah cukup ya! Lo kalo pulang sendiri ujung ujungnya selalu luka! Gak boleh!" Esa menggeleng tegas. Ia tidak akan membiarkan sepupu nakalnya itu pulang sendirian lagi, karena jika Ravenza pulang sendiri, Ravenza selalu terluka, Esa tidak bisa percaya lagi.

"Gue gak pulang sendiri kok, gue sama—"

"Ravenza!! Esa!!"

Ravenza dibuat tersentak karena teriakan Calva yang kini berlari menghampirinya, disusul Calvin. Wajah si kembar itu kini tampak panik entah karena apa.

"Ehh kenapa? Lo berdua kenapa? Kok panik gitu?" tanya Esa keheranan.

"Hahhh, hahhh! Ituu.. Jevran, hahhh, aduhh bentar gue capek!" Calva membungkukkan tubuhnya dan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan, Calvin mendengus melihat tingkah sang kembaran. "Udah dibilang tadi gak usah lari." cibir Calvin.

Calva mendelik sinis. "Ini nih penting tau!!" Calvin mengedikkan bahu tidak peduli.

"Jevran? Jevran kenapa? Eh.. ANJIR JEVRAN!! DIA DIDEPAN??!"

Calva mengangguk cepat. "IYA!"

"ANJENGGGGGG JEVRAN BEGOO!! UDAH GUE BILANG JANGAN TUNGGU DIDEPAN!!" Ravenza langsung berlari cepat meninggalkan Esa juga si kembar. Mulutnya terus mengumpati Jevran disepanjang langkah kakinya.

"Ini maksudnya.. didepan ada Jevran? Jevran ketuanya Scorpio??" tanya Esa pada Calva.

"Iyaa! Didepan rame tauu! Jevran nya sendirian tapi, gak sama temennya." kata Calva.

"Udah buruan kita susul Ravenza." Calvin menarik tangan Calva dan Esa untuk segera menyusul Ravenza.

Kembali pada Ravenza yang kini membelah kerumunan murid murid yang berkumpul didekat pagar. Karena tubuhnya agak kecil, Ravenza sedikit kesusahan menerobos kerumunan.

Walau terdorong beberapa kali bahkan hampir terjatuh, Ravenza berhasil melewati kerumunan murid murid. Ia melihat Jevran yang berdiri santai dengan tangan terlipat didepan dada dan bersandar pada motor besarnya. Didepan Jevran, ada Bara dan anggotanya yang menatap Jevran penuh curiga.

Tanpa pikir panjang, Ravenza langsung menghampiri Jevran. Ravenza tak luput dari pandangan murid murid yang kini memperhatikannya dengan penuh tanda tanya.

"Udah gue bilang, kan? Gue gak ada urusan sama geng lo, apalagi sama lo." nada bicara Jevran datar. Jujur ia sudah lelah menanggapi Bara yang sejak tadi banyak omong. Jevran yang orangnya memang malas membuka mulut jadi kesal karena Bara terus berbicara ini itu.

"Jevran!" Ravenza tarik tangan Jevran untuk segera menjauh dari Uranus. Tingkahnya saat ini ditatap hampir semua murid murid yang membuat kerumunan disini, termasuk Bara yang kini mengerutkan dahi.

"Gue udah bilang jangan jemput didepan gerbang!" bisik Ravenza kesal.

"Gak peduli. Udah ayo pulang, gue udah capek ngeladenin tuh orang." Jevran menunjuk Bara yang tengah memperhatikan mereka dengan dagunya, kemudian menarik pelan tangan Ravenza mendekati motornya.

"Urusan gue sama Ravenza, bukan sama lo." Jevran menatap Bara tanpa ekspresi. Ia menyerahkan helm pada Ravenza yang diterima dengan canggung oleh pemuda manis itu.

"Cih, murahan."

Suara Azka yang berdiri disebelah Bara dapat Ravenza dengar, tapi Ravenza tidak peduli. Ia naik kemotor Jevran yang kini sudah menghidupkan mesin motornya.

JEVENZA || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang