02

8K 759 47
                                    

Di markas Uranus, para anggota sedang berkumpul untuk membahas tentang kekalahan mereka yang kesekian melawan Scorpio.

"Padahal kemaren kita lebih rame dari pada mereka, tapi tetep aja kalah." sang wakil ketua, Bimo, berujar kesal.

Ravenza hanya menatap para anggota yang sedang berdiskusi dengan malas. Ia sedang tidak mood hari ini karena tidak mau melihat wajah Bara karena mereka memang sedang ada cekcok. Keduanya memang kerap kali terlibat cekcok, entah itu masalah kecil atau masalah besar sekalipun, yang berujung Ravenza lah yang harus mengalah.

"Udah berapa kali kita kalah?" tanya sang ketua, Bara.

Reza mengedikkan bahu acuh. "Gak tau, dari awal kita ribut sama mereka, kita selalu kalah."

Ravenza mendengus dan berdiri. Ia ingin pulang saja. Tapi baru saja melangkah, lengannya langsung dicekal oleh Bara.

"Mau kemana?"

"Pulang."

"Oh yaudah."

"Dih gitu doang? Padahal dia tau gue hari ini kagak bawa motor, gue pergi kesini juga sama dia. Bara anjing!" Ravenza berdecak kesal, menghempaskan tangan Bara dan langsung pergi. Bara tak merespon banyak, ia bahkan tidak menoleh lagi pada Ravenza dan kembali berbincang pada anggotanya.

Ravenza menutup pintu markas dengan kencang, tak perduli jika orang lain akan marah. Ia pergi dengan mulut yang tak berhenti menyumpah serapahi Bara.

"Capek gue pacaran sama dia, gak ada peduli pedulinya sama gue! Kalo ribut, gue mulu yang ngalah!"

Tinnnn!!

"AKHHHHHHH!!"

"Ck. Liat sekitar mangkanya."

Mata Ravenza yang semula tertutup perlahan terbuka setelah mendengar nama yang tidak asing didengarnya.

"Lo??!"

"Apa?"

Ravenza mendengus kesal. "Ngapain lo disini?" tanya nya sewot. Ia tatap sinis ketua Scorpio yang kini turun dari motor dan menghampirinya.

"Apa lo liat liat??!"

Jevran mengedikkan bahunya tak peduli. "Kenapa lo jalan sendiri?" tanya nya.

"Kepoo!"

"Mau kemana?"

"Kepo banget sih!"

"Gue anter."

"Ehh ehh! Apaan nih! Lepasin gak!" Ravenza melotot kala Jevran tiba tiba saja menarik tangannya.

Jevran acuh. Ia tetap menarik Ravenza mendekati motornya, memegang bahu Ravenza dan mendorongnya untuk segara naik kemotornya.

"Gak mau! Gue gak mau pulang bareng lo! Lo pasti mau nyulik gue kan??!"

"Naik."

"Gak mau!! Gue aduin Bara lo! Awas aja!"

Jevran terkekeh pelan. "Aduin aja, gue gak takut. Yang ada cowok lo yang gue abisin."

Ravenza mendengus kesal. Tak menampik fakta bahwa Jevran memang jauh lebih jago dari pada pacarnya, Bara.

"Mau lo apa sih?!"

"Lo naik ke motor gue, biar gue anter pulang."

Srakkk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Srakkk

"Awww! Bara lo gila??!"

Ravenza mencoba melepaskan tangan Bara yang baru saja menarik tangannya dengan kencang dan meremasnya kuat. Ravenza meringis dan berhenti memberontak karena Bara semakin memperkuat remasan pada pergelangan tangannya, hingga kini tampak memerah.

"Lo kemarin boncengan sama Jevran? Selingkuh lo sama dia?! Lo mau jadi pelacur?? Oh, atau lo diem diem deket sama dia dan ngebocorin rencana Uranus?!"

"Apa apaan sih! Lepasin! Sakit!" bukannya melepaskan, Bara semakin mengencangkan cengkramannya pada pergelangan tangan Ravenza.

"Awww!! Bara lepasin, please.." Ravenza hanya mampu merintih karena kini tangannya terasa ingin putus.

Bara berdecak dan menghempaskan tangan Ravenza. Ravenza meringis, menatap tangannya yang kini sudah memerah, sangat kontras dikulitnya yang putih. Bekas tangan Bara bahkan terlihat.

"Jawab gue anjing! Punya mulut kan lo?! Ngapain lo boncengan sama Jevran?!"

"Dia maksa mau nganterin gue pulang." Ravenza menjawab takut takut.

Bara berdecih sinis. "Gue gak percaya. Ini pasti akal akalan lo, kan? Lo udah jadi pelacur sekarang?? Kenapa? Butuh uang lo?"

"Brengsek!"

Buaghhhhh

Satu pukulan mendarat tepat dihidung Bara. Bara mundur beberapa langkah, menyeka darah yang perlahan keluar dari sudut hidungnya.

"Punya nyali juga lo ternyata." Bara terkekeh, mendekati Ravenza yang mundur perlahan dengan raut wajah ketakutan.

"Bar—AKHHHH!!"

Rambut  Ravenza ditarik kencang oleh Bara, membuat jeritan Ravenza terdengar dihalaman belakang sekolah yang sepi ini.

"Lepasin Bar, sakit..." air mata perlahan keluar dari mata Ravenza. 16 tahun ia hidup, tidak pernah mengalami kekerasan seperti ini. Walau ia memang suka tonjok tonjokan, tapi jika mendapati kekerasan dari orang yang disayang, rasanya lebih sakit ketimbang mendapat pukulan dari musuh.

"Woi Bar! Lo ngapain!" kedatangan Reza dan Bimo membuat Ravenza dapat bernafas lega karena tarikan Bara pada rambutnya dan cengkraman ditangannya terlepas.

"Lo gila?!" Bimo menarik Bara menjauh dari Ravenza. Sedangkan Reza langsung membawa Ravenza untuk segera pergi. Bahaya jika Ravenza tetap disini.

"Gue gak akan bersikap kayak gitu kalo dia gak berulah." kata Bara, menatap kepergian Ravenza yang dibawa Reza dengan tatapan mata yang menghunus tajam.

"Lo nyakitin pacar lo sendiri anjing! Emang dia ngapain sampe lo segininya?!"

Bara berdecih, dan pergi begitu saja tanpa memperdulikan Bimo. Ia ingin menenangkan emosinya yang mengebu-ngebu dengan menemui seseorang.





[To Be Continued]

setiap chapternya kayaknya gak akan sampe 1k word deh, gapapa lah ya biar chapternya banyak wkwk

sorry ya kalo ada typo, soalnya gak aku edit lagi

JEVENZA || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang