30

2.8K 445 39
                                    

"Ada yang sakit?"

Ravenza menggeleng dan tersenyum tipis. "Gapapa, aman kok gue, cuma tangan gue agak sakit waktu digerakin." Ravenza melirik tangan kirinya yang dibalut perban.

"Luka lo kenapa belum diobati?" tanya Ravenza begitu melihat luka diwajah Jevran yang belum diobati.

"Ntaran aja, cuma luka kecil." balas Jevran yang mana membuat Ravenza mendengus.

Omong omong, diruangan ini hanya ada Jevran, yang lain sedang berada diruangan Calva, itung itung tidak mau mengganggu Ravenza dan Jevran juga. Memang teman yang peka..

"Tapi Jev, gue curiga kalo penyerangan tadi itu direncanain deh, soalnya mereka niat banget segala pake pakaian serba hitam terus pake penutup muka juga. Mereka gak mau identitas mereka ketahuan." ujar Ravenza, Jevran mengernyit dan menatap Ravenza yang juga tengah menatapnya.

"Uranus?"

Ravenza mengedikkan bahu. "Gatau, tapi kayaknya bukan deh. Kalo uranus, walau mereka pake penutup muka gue pasti bakal ngeh itu mereka. Tapi yang tadi itu asing semua."

Brakkk!!

"JEV! JEV ANJINGGG GAWATTTT!!!"

"BANG JEV!!!"

Pintu ruangan Ravenza yang terbuka secara kasar mengejutkan Jevran juga Ravenza, Joan dan Edgar yang entah sejak kapan berada disini masuk dengan tergesa gesa dan raut wajah yang tampak panik. Memang sewaktu menyelamatkan Ravenza dkk, Edgar tidak ikut karena kakinya sedikit sakit karena ditimpa motornya akibat penyerangan yang menimpanya, juga badannya masih nyeri dipukuli 15 orang.

"Kenapa?"

"Markas banggg!! Markas diserangg!! Keadaan markas berantakan banget!" Edgar buru buru mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan foto keadaan markas Scorpio pada sang ketua.

Rahang Jevran mengeras, tangannya terkepal begitu matanya melihat foto keadaan markasnya yang seperti kapal pecah. Benar benar berantakan.

"Markas lagi kosong, gue balik kerumah bentar waktu lu pada pergi, gak sampe sejam gue balik lagi ke markas, tiba tiba dah kek gitu aja bentukannya." jelas Edgar menggebu-gebu.

Ravenza memperhatikan mereka dengan seksama, sepertinya ada sesuatu yang terjadi lagi, dan itu berhubungan dengan markas Scorpio.

Mata Jevran terpejam, tangannya menghela nafas kasar berusaha mengontrol emosinya, ia memijat pelipisnya yang mendadak pening karena masalah hari ini yang datang bertubi-tubi. Pertama Edgar yang dikeroyok, selang beberapa menit kemudian ia mendapatkan telepon dari Ravenza jika ia dan teman temannya sedang dikeroyok, dan sekarang markas Scorpio yang menjadi sasaran.

Jevran jadi semakin yakin jika ini sudah direncanakan.

"Suruh beberapa anggota balik ke markas, gue bakal nyusul. Lo udah kabari yang lain?" tanya Jevran pada Edgar.

Edgar menggeleng. "Belom, gue langsung cabut kesini tadi abis nelpon bang Jo, gak sempet ngasi tau anak anak."

"Jo, kasih tau yang lain, suruh kumpul di markas sekarang. Lo bisa pergi duluan kesana? Calva gimana?"

Joan mengangguk. "Aman, Calva dijaga Calvin. Yaudah gue cabut dulu." Joan berlalu pergi sembari memberitahukan masalah ini di grup chat Scorpio.

"Gue ngikut bang Jo ya bang." kata Edgar, Jevran mengangguk, kemudian Edgar langsung berlalu pergi menyusul Joan.

Jevran menghembuskan nafas kasar, ia menjatuhkan dirinya di kursi dan mengacak rambutnya kesal.

"Jev.."

Jevran menoleh pada Ravenza yang menatapnya cemas. "Kenapa sama markas Scorpio?"

"Diacak acak sewaktu lagi gak ada orang."

"Jangan bilang, ini ulahnya orang orang serba hitam itu?"

"Gue yakin iya."

Ravenza terdiam, menatap Jevran yang raut wajahnya terlihat kesal dan sorot matanya yang tajam. Ravenza yakin jika Jevran sedang emosi, namun lelaki itu menahan emosinya yang bisa sewaktu-waktu meledak.

"Sorry..." gumam Ravenza pelan, Jevran dengan cepat menatapnya.

"Apa?"

"Gue udah ngerepotin lo."

"Siapa yang ngerepotin siapa?"

Melihat aura tak mengenakkan dari Jevran, Ravenza mendadak ciut. Dalam hati merutuki dirinya sendiri yang malah semakin memancing kekesalan Jevran.

Jevran menghembuskan nafasnya, ia berdiri dan menatap Ravenza lekat, berdiri tepat dihadapan Ravenza yang menatapnya dengan kepala sedikit mendongak. "Denger, lo sama sekali gak ngerepotin gue. Gue gak mungkin diem aja setelah tau lo lagi dikeroyok. Gak usah merasa bersalah, ini bukan salah lo." ujar Jevran penuh penekanan.

Ravenza dibuat meneguk ludah kasar. Entah kemana sifat pemberaninya itu, jika berhadapan dengan Jevran, ia mudah sekali ciut karena jujur aura Jevran benar benar kuat yang mana membuat banyak orang tak berani membantahnya.

"Iya, maaf.."

Jevran menghela nafas untuk sekian kalinya dengan kasar. "Gue pergi dulu, nanti gue panggil Esa suruh temenin lo. Istirahat aja biar cepet pulih."

Ravenza mengangguk patuh. Matanya mengerjap beberapa kali begitu merasakan pipinya yang diusap Jevran sebelum pemuda itu pergi dengan terburu buru.

Ravenza menatap pintu ruangannya yang perlahan tertutup, tangannya terangkat menyentuh pipinya sendiri yang baru saja diusap lembut oleh Jevran. Walau hanya usapan pipi yang bahkan tidak sampai 5 detik, sudah mampu membuat perut Ravenza tergelitik dan pipinya yang bersemu merah.

"Gabisa nih gabisa!! Jantung gueee astagaaaa!!"





[To Be Continued]

masih adakah yg nungguin cerita ini? 😓
sama karakter-karakternya pasti dah pda lupa 😓😓

JEVENZA || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang