08

7.3K 752 40
                                    

"Lohh Ravenza??"

"Kok bisa disini, Za?"

Ravenza hanya terdiam kikuk mendapat pertanyaan dari anggota inti Scorpio. Kini ia duduk disofa dan dikelilingi oleh para anggota Scorpio.

Jevran kembali membawa sekotak p3k, ia duduk disebelah Ravenza. "Gak usah diganggu." katanya.

"Kita gak ganggu ye! Gak usah fitnah luu!" Mario berseru tak terima.

"Kita cuma nanya dikit doang." sahut Joan.

Jevran tidak pedulikan teman temannya. "Mau gue obatin atau obatin sendiri?"

"Obati—"

"Oke gue obatin."

Ravenza melotot. Hei! Ia bahkan belum menyelesaikan perkataannya, tapi Jevran sudah langsung memotong begitu saja. Jika Jevran yang ingin mengobatinya, tidak perlu menawarinya untuk mengobati lukanya sendiri.

"Ngeselin lo!" ujar Ravenza kesal. Jevran tidak menghiraukan dan mulai mengobati Ravenza.

Anggota inti Scorpio memperhatikan mereka dengan lekat. Melihat sikap sang ketua kepada Ravenza yang jelas berbeda dari mereka. Jevran tidak pernah mau repot-repot mengobati mereka yang luka, Jevran juga tidak pernah mereka lihat dekat dengan perempuan atau submissive semenjak putus dari mantannya.

"Aww! Pelan pelan!"

"Ck, lebay."

"Ya lu ngobatinnya kek gak punya hati!" dengus Ravenza.

"Uhukkk uhukk! Aduhh tenggorokan gue gatel, gue kedapur dulu ye, mau minum." Bintang beranjak dan langsung ngacir kedapur.

"Gue juga mau ketoilet, kebelet." kata Juan.

"Eh gak ya! Gue duluan!" seru Regan, ia langsung berlari menuju kamar mandi. "Regan anjing! Gue duluan!!" dan berakhirlah keduanya rebutan siapa yang akan memakai kamar mandi lebih dulu.

"Hoammm, gue ngantuk nih! Gue tidur bentar yaa!" kalo yang ini Joan. Ia pura pura menguap dan pergi menuju lantai 2 dimana kamar yang sering dipakai anggota untuk tidur berada disana. Ada sekitar 4 kamar dilantai 2 yang bisa dipakai siapapun.

"Gue nyusul Bintang aja dah." dan yang terakhir Morio yang langsung berlari kecil menuju dapur, menyusul Bintang yang entah sedang apa disana.

Jevran menatap teman temannya yang satu persatu mulai pergi dan menyisakan dirinya juga Ravenza disini. Keduanya diam tak bersuara. Keadaan mendadak hening dan terasa canggung.

"U-udah belum lo ngobatinnya?" tanya Ravenza gagu. Jevran mengangguk dan menutup kotak p3k.

"Yaudah.. sekarang gue mau pulang.."

"Biar gue anter."

Ravenza menggeleng cepat. "Gak usah, gue sendiri aja."

"Gak usah ngeyel, gue yang anter." kata Jevran tak ingin dibantah. Ravenza menghela nafas pasrah. Tidak ada gunanya menolak Jevran, pemuda itu adalah orang yang pemaksa.

"Dasar cowok ngeselin!" gerutu Ravenza pelan, menatap Jevran dengan kesal. Yang ditatap acuh saja dan menyambar jaketnya juga kunci motor yang ia letakkan dimeja.

"Ayo."

"Za, ayo ngantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Za, ayo ngantin."

Ravenza menggeleng, menelungkup kepalanya kemeja. "Gue magerr" sahutnya dengan nada malas.

Esa mendengus kesal. Ia tarik lengan sepupunya itu untuk segera berdiri. "Esaaa gue magerr!"

"Bodo amat!" tak mempedulikan rengekan sang sepupu, Esa menyeret Ravenza keluar kelas. Yang ditarik hanya mampu pasrah dan mengikuti Esa.

"Eh tunggu!" Esa memberhentikan langkahnya, membuat Ravenza ikut berhenti. "Kenapa?" Ravenza mengernyit bingung.

"Itu Calvin Calva kan? Sepupunya si.. siapa tuh namanya.. Bintang! Oh ya Bintang!"Ravenza mengikuti arah pandang Esa, melihat si kembar Calva Calvin yang cukup terkenal disekolah.

"Emang lu mau ngapain?" tanya Ravenza.

"Mau gue ajak temenan lah, yok!"

Ravenza berdecak kesal. Terpaksa mengikuti Esa karena Esa sama sekali tidak melepas pegangan pada lengannya. Keduanya berjalan menghampiri 2 siswa kembar yang berjalan didepan mereka.

"Hai!" Esa menyapa dengan riang. Calvin dan Calva, si kembar sekaligus sepupu Bintang itu sontak menghentikan langkah, membalas sapaan Esa dengan ramah.

"Hai!" Calva, adik 5 menit dari Calvin yang selalu menggunakan kaca mata itu tersenyum manis pada Esa, matanya kemudian melirik Ravenza. "Hai, Ravenza."

Ravenza mengerjap kaget. "Eh.. lo kenal gue?"

"Siapa anak sini yang gak kenal sama lo." Calvin menyahut, membuat Ravenza tercengir. Iya juga.. dulu kan ia adalah anggota dari Uranus yang satu sekolah tidak ada yang tidak mengenal Uranus. Ravenza itu terkenal disekolah karena ia adalah anggota Uranus sekaligus kekasih Bara saat itu.

"Kenalin gue Calva, ini Calvin!" Calva memperkenalkan diri dengan semangat.

"Gue Esa, yang disebelah gue gak perlu ngenalin diri pasti kalian juga udah tau." kata Esa yang langsung diangguki Calva.

"Kalian sepupunya Bintang anggota Scorpio, kan?" tanya Esa.

"Lo tau?" Calvin mengernyitkan dahi. Esa mengangguk.

"Iya, lo tau dari mana Esa? Anak Alexander gak ada yang tau kalo kita berdua sepupunya Bintang." kata Calva.

"Bintang sendiri sih yang ngasih tau. Waktu itu 2 anggota Scorpio sama ketuanya nyamperin gue sama Ravenza yang lagi nongkrong dicafe." jelas Esa, Calvin dan Calva ber-oh dan mengangguk mengerti.

"Kalian mau kemana? Kantin?" tanya Ravenza.

"Iya, mau kekantin." jawab Calva.

"Bareng aja yuk." kata Esa. Lumayan kan nambah teman? Dilihat lihat si kembar ini orangnya ramah dan baik juga.

"Boleh."

"Yuk lah!"







[To Be Continued]

paling suka bacain komenan kalian disetiap part, bikin semangat aja gitu untuk ngelanjutin

mungkin aja cerita ini bakal lumayan banyak part kaya renjun to resha, atau mungkin lebih dikit? idk, kita liat aja nanti

jangan lupa tinggalkan jejak!

JEVENZA || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang