🥀Part 20 : Pernikahan 🥀

10 3 0
                                    

Riuh suara terdengar di sebuah ballroom, di Istana Skyllar. Para pelayan sibuk bulak balik untuk mempersiapkan acara besok. Ballroom Istana sudah di hias sedemikian rupa. Banyak bunga mawar putih yang menghiasi setiap sudut ruangan.

Kursi-kursi sudah tersusun rapi, tentu saja kursi itu nantinya akan di isi para tamu undangan penting.

Aodina yang sedang berdiri di lantai dua menatap kesibukan pelayan dengan tatapan yang sedih, kecewa, marah. Entahlah, ia merasa tidak senang, dan ia pun tidak dapat melakukan banyak hal.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundak nya, membuat nya tersadar dari lamunannya. "Nak!" panggil Queen Elleanor. Mendengar nya Aodina pun langsung membalikkan badannya.

"Ada apa Ibunda?" tanya Aodina. Queen Elleanor bisa melihat jelas kesedihan yang terpancar dari raut wajah Aodina. Tentu sebagai Ibu, ia merasa gagal. Ia tidak bisa melakukan banyak hal untuk anaknya.

"Jika kamu tidak bahagia, kamu bisa mundur nak" ucap Queen Elleanor. Aodina pun teringat dengan ancaman dari Prince Alison. Aodina yakin jika ancaman Prince Alison bukan main-main.

Aodina pun tersenyum dengan lebar, ia merubah raut wajahnya menjadi ceria. "Aku tidak apa-apa ibu, aku menerima nya" jawab Aodina dengan tersenyum lebar. Padahal hati nya tengah gelisah.

"Ibu aku ijin pergi ke kamar" pamit Aodina dengan cepat. Jujur ia tidak bisa berpura-pura semuanya baik-baik saja selama itu. Queen Elleanor pun menyadari jika senyum Aodina terpaksa.

Tiba di kamar ia melihat pelayan pribadinya srdany menyiapkan gaun untuk besok. "Bisa tinggalkan aku sendiri!" pinta Aodina.

Pelayan pribadi nya pun hanya menganggukkan kepalanya. Ia menuruti perintah Aodina tanpa banyak bertanya. Ia juga sungkan dan merasa tidak berani.

Setelah kepergian dari pelayan pribadi nya, Aodina pun mengunci pintu kamarnya. Ia tidak ingin ada yang masuk dan tidak ingin di ganggu sementara waktu.

Aodina pun menangisi nasib nya yang sangat sial. Hingga tanpa sadar ia terlelap dalam tidur nya. Bahkan ia melewatkan makan malam nya.

Para pelayan yang akan mengantarkan makanan pun harus mengurungkan niat mereka.

🥀🥀🥀

Keesokan harinya semua pelayan Aodina pun terlihat gaduh. Pasalnya sampai pagi ini Aodina sama sekali belum keluar dari dalam kamar. Bahkan pintu kamarnya pun masih di kunci.

Padahal ini adalah hari pernikahan nya. Namun Aodina masih tertidur dengan lelapnya.

Hingga terpaksa para pelayan pun mengetuk pintu kamar Aodina, dan terus memanggil namanya. Lama kelamaan Aodina pun merasa terusik karena suara gaduh itu.

Ia pun melangkahkak kakinya kearah pintu dengan langkah kaki yang gontai. Ia membuka pintu kamar nya. "Ada apa?" tanyanya dengan mata yang masih tertutup. Ia masih mengantuk, dapat terdengar dari suaranya.

"Astaga Nona, mengapa anda baru bangun. Dan lihat mata anda sembab" ucap pelayan itu. Sementara Aodina terlihat acuh tak acuh. Hingga pelayan itu menggiring nya masuk kedalam kamarnya.

Ia hanya diam mengikuti pelayan itu, ia pun tersadar ketika pelayan itu hendak membantu nya menanggalkan pakaian nya. "Apa yang kalian lakukan!" pekik Aodina membuat para pelayan langsung terdiam.

Aodina yang merasa bersalah pun langsung meminta maaf. "Aku minta maaf, saya bisa sendiri. Kalian bisa keluar!" pinta Aodina. Para pelayan pun langsung keluar dari kamar mandi. Setelah selesai, para pelayan membantu nya memakai gaunnya.

Ketika ia hendak di rias, Aodina pun menatap datar kearah pantulan dirinya di cermin. "Buat aku buruk rupa saja, sehingga Prince Alison membatalkan niatnya menikahi ku" ucap Aodina.

Para pelayan yang bertugas merias Aodina pun langsung tertawa terbahak-bahak. Mereka mengira jika ucapan Aodina adalah sebuah candaan. Mereka tidak menyadari dan tidak paham jika yang Aodina ucapkan itu tidak main-main.

"Princess tidak perlu khawatir, kami akan mendandani anda dengan sangat cantik. Dan membuat Prince Alison terpesona dengan Nona" seru pelayan itu dengan antusias.

Ia pun dengan ahli langsung menyapukan beberapa peralatan make up. Ada juga yang bertugas untuk menata rambut Aodina. Dua jam kemudian mereka pun sudah selesai merias wajah Aodina. Aodina terlihat cantik dan juga anggun. Gaun putih yang terlihat sangat pas ditubuh ramping nya.

"Wah Nona anda sangat cantik!" seru pelayan itu dengan antusias. Aodina pun mengalihkan tatapannya kearah cermin dihadapan nya. Ia memang mengakui saat ini wajah dirinya terlihat sangat berbeda. Sangat cantik, tapi kenapa ia tidak terlihat bahagia sama sekali. Ia hanya menatap datar kedepan, dimana ada pantulan wajahnya.

Tidak lama salah satu pelayan pun masuk kedalam kamar nya. Ia memberitahukan acara akan segera di mulai, dan ia di perintahkan untuk turun. Aodina pun menghela nafasnya secara kasar. Ia pun menggulung gaunnya agar memudahkan nya melangkah.

Namun pelayan pun langsung memekik. "Nona anda jangan seperti ini, nanti yang ada anda bisa di hina karena tidak bisa mengikuti tata krama bangsawan!" seru pelayan itu.

Aodina pun menatap bingung kearah mereka. Dalam hatinya ia bertanya apa yang salah jika ia hanya mengangkat gaunnya seperti ini. Jika tidak di angkat ia ragu bisa melangkahkan kakinya. Ia pun merutuki dirinya yang bisa berada di dunia antah berantah ini.

Dengan terpaksa Aodina pun kembali menurunkan gaunnya. Ia melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju ke tempat acara. Di depan pintu sudah berdiri Ayah nya yang sepertinya sedang menunggu kehadiran nya.

Ketika melihat dirinya Ayah pun tampak tersenyum, namun Aodina bisa melihat rasa bersalah yang terpancar dari tatapan matanya. Aodina pun tersenyum kearahnya. Ia ingin mengisyaratkan agar ia baik-baik saja. Dan ia tidak ingin sang Ayah merasa bersalah.

Ayahnya pun mengulurkan tangannya kearahnya, Aodina pun langsung menyambut uluran tangan Ayahnya itu. "Ayah berharap kamu selalu bahagia" ucap nya yang terdengar tulus di telinga Aodina. Aodina pun hanya tersenyum kearah sang Ayah.

Ayahnya pun langsung membawanya kedepan pintu sebuah aula. Pintu berwarna emas yang terlihat sangat mewah. Para pengawal istana pun sudah bersiap untuk membuka pintu gerbang di depannya ini. Aodina pun memejamkan matanya, hingga terdengar suara terompet yang sangat memekakan telinga. Dan bersamaan dengan itu pintu aula itu terbuka lebar.

🥀🥀🥀
Declairs
Senin, 19 Februari 2024

Destiny In The World Kingdom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang