🥀 Part 3 : Tragedi 🥀

21 5 0
                                    

Saat ini acara makan bersama, pihak sekolah pun membagikan beberapa kotak nasi. Aodina tentu saja berkumpul dengan anggota kelompok nya. Laura pun sudah tidak ketakutan seperti tadi lagi. Dia malah terlihat antusias, justru Aodina lah yang banyak melamun.

Bahkan Aodina pun merasa tidak bernafsu untuk memakan nasi di dalam kotak nasi. Padahal sebelumnya Aodina mengeluhkan jika dia merasa lapar. Perasaan nya entah mengapa menjadi tidak enak.

Seperti ada yang mengganjal di hatinya, dan ia sangat ketakutan jika terjadi apa-apa kepadanya. "Aodina!" panggil Laura sambil menepuk bahu Aodina. Aodina pun langsung mengalihkan tatapannya kearah Laura.

"Ada apa Laura?" tanya Aodina. "Kenapa kamu melamun, bahkan kamu sama sekali belum menyentuh makanan kamu?" tanya Laura. Clarabelle pun menatap tidak suka kearah Laura. Bahkan ia sampai memalingkan wajahnya. Laura sendiri merasa bingung, mengapa Clarabelle terlihat sangat tidak menyukai nya.

"Aodina lebih baik kamu segera makan, karena sebentar lagi ada acara penjelajahan. Kamu harus makan agar memiliki energi!" nasihat Darel. Aodina pun menganggukkan kepalanya. Ia langsung memakan nasinya. Walaupun ia merasa tidak nafsu makan, ia tetap menelan makanannya.

Setelah selesai makan mereka bergantian untuk mandi. Tentu saja di tempat kemah ini mereka di sediakan tempat untuk mandi.

Setelah semuanya sudah selesai, mereka pun berkumpul di lapangan. Mereka berkumpul dengan anggota kelompok mereka masing-masing. Setiap kelompok membuat satu barisan. Darel yang berada di barisan paling depan, karena dia merupakan ketua kelompok.

"Selamat malam anak-anak!" ucap guru pembimbing yang menggunakan pengeras suara. "Malam pak!" ucap para siswa dengan serempak. Guru pembimbing di depan sana pun langsung tersenyum dengan lebarnya melihat betapa semangat nya para anak didik nya itu.

"Wah saya merasa senang sekali. Kalian tampak terlihat begitu semangat" ucap guru pembimbing itu. "Oke tanpa berlama-lama bapak akan menjelaskan mengenai detail tentang penjelajahan kali ini" ucap guru pembimbing itu.

"Setiap kelompok harus mecari beberapa bendera. Setiap warna bendera memiliki nilai nya masing-masing. Ada empat warna bendera yang sudah bapak sebarkan di jalan tempat penjelajahan. Tugas kalian membawa bendera itu sebanyak-banyaknya. Karena kelompok yang paling banyak mengumpulkan bendera akan mendapatkan hadiah " jelas guru pembimbing.

Para siswa pun langsung bersorak antusias. "Kita harus dapat bendera sebanyak-banyaknya pokoknya. Jangan sampai kita kalah dari kelompok lain " ucap Adisti. Laura pun langsung menganggukkan kepalanya antusias. Ia menyetujui ucapan dari Adisti itu.

Para siswa pun sangat bersemangat. Tentu saja mereka bersemangat untuk memperebutkan hadiah misterius itu.

"Bendera berwarna merah memiliki nilai yang paling besar. Satu bendera merah sama dengan 20 poin, bendera kuning 15 poin, bendera hijau 10 poin dan bendera biru 5 poin" jelas guru pembimbing.

"Kepada ketua kelompok di persilahkan naik, untuk membawa peta. Kalian tidak perlu khawatir karena jalan yang akan kalian lewati pun sudah terpasang tanda panah petunjuk jalan. Peta ini hanya berisi letak bendera berwarna merah yang hanya ada lima bendera saja " jelasnya.

Darel beserta para ketua dari kelompok lainnya pun langsung menghampiri guru pembimbing dan mengambil peta itu. Setelah itu para siswa pun langsung berbondong-bondong pergi memasuki hutan. Mereka pun cepat-cepat membawa bendera yang mereka lihat.

Kelompok Aodina pun sudah mendapatkan bendera. Bahkan mungkin kelompok mereka yang paling banyak membawa bendera berwarna merah. Mereka sudah mendapatkan tiga bendera merah dari lima bendera yang tersebar.

Setelah di rasa sudah tidak ada lagi bendera yang tersisa mereka memutuskan untuk kembali ke tempat kemah. Sedari tadi Adisti lah yang tampak enggan memasuki kawasan hutan. Adisti terus saja mengeluhkan gatal, banyak nyamuk dan gelap.

Darel pun merasa jengah, jadi ia membiarkan saja Adisti terus menggerutu. Di perjalanan pulang tiba-tiba kaki Laura tersandung ke batang pohon. Hal itu membuat kakinya terkilir. Darel pun memerintahkan kepada anggota laki-lakinya untuk menggendong Laura secara bergantian.

Bahkan ditengah perjalanan, Adisti ingin pergi ke toilet. "Stop!" teriak Adisti. Para anggota kelompok lainnya pun langsung memberhentikan langkah kaki mereka. Mereka langsung melirik bingung kearah Adisti. "Ada apa?" tanya mereka.

"Plis antar aku, aku ingin pipis" ucap Adisti. Darel pun langsung mengacak rambutnya, mengapa anggota kelompok nya berisi dua perempuan yang manja seperti ini. "Nanti saja perginya setelah kita sampai!" tukas Darel.

Adisti pun langsung memberengut tidak terima. "Pokoknya sekarang!" teriak Adisti membuat telinga Darel pengang. Aodina pun langsung menengahi keduanya.

"Sudahlah Darel, biar aku saja yang mengantar Adisti" ucap Aodina. Adisti pun langsung tersenyum senang sementara Darel hanya bisa pasrah. Lagi pula ia tidak ingin di sepanjang jalan nanti Adisti terus menerus meneror nya.

Aodina pun menunggu Adisti untuk buang air kecil. Tiba-tiba, mulutnya langsung dibekap dari belakang. Rasa kantuk pun langsung menyerang dirinya, hingga pandangan pun memburam.

Sementara Adisti merasa bingung, karena tidak Aodina dimananpun. Ia berdecak kesal karena ia berpikir jika Aodina meninggalkan dirinya sendiri.

Akhirnya Adisti pun memilih untuk pergi dari sana dan kembali ke tempat tadi temannya menunggu. Ketika sampai di sana ia pun langsung menggerutu. "Tega kamu ya Aodina meninggalkanku sendiri!" ucap Adisti kesal.

Darel menggernyitkan dahinya bingung, ada apa dengan Adisti ini. "Kamu kenapa, dan di mana Aodina?" tanya Darel secara beruntun. Adisti yang mendapatkan pertanyaan seperti itu merasa bingung. Hingga ia baru menyadari jika tidak ada keberadaan Aodina disana.

"Aodina, tadi dia tidak ada di sana. Aku pikir dia meninggalkan ku sendiri" ucap Adisti dengan tersendat-sendat. Darel mengacak rambutnya frustasi, bagaimana jika terjadi sesuatu kepada Aodina. Tentu saja sebagai ketua kelompok ini merupakan tanggung jawab dirinya.

"Kamu antar aku ketempat terakhir kamu bertemu Aodina, barangkali dia masih berada di sana!" ucap Darel dengan tegas. Adisti pun langsung menganggukkan kepalanya dengan mantap. Ia juga tidak menyangka jika Aodina akan hilang seperti ini.

Tentu saja Adisti merasa bersalah, apalagi Aodina hilang ketika ia sedang mengantarnya. Dia harus bagaimana jika sampai Aodina tidak bisa ditemukan. Ia sangat berharap kepada tuhan semoga Aodina cepat di temukan.

Adisti pun tiba-tiba berhenti, hal itu membuat Darel pun ikut menghentikan langkahnya. "Terakhir kali aku melihat Aodina di sini. Dia bilang akan menunggu ku di sini" jawab Adisti dengan gugup.

Darel pun mengedarkan pandangannya ke arah lain. Ia pun menemukan jejak kaki. Namun jejak kaki itu mengarah ke dalam hutan. Tentu saja ia tidak akan mengambil resiko jika masuk hutan tanpa tahu arah.

Darel pun curiga jika Aodina di culik, pasalnya ia melihat jejak kaki yang lebih dari satu orang. "Lebih baik kita kembali, dan kabari guru pembimbing!" ajak Darel.

Adisti pun terlihat enggan meninggalkan tempat itu. Ia tentu saja memikirkan bagaimana keadaan Aodina di sana. Ia juga berpikir Aodina pasti akan sangat ketakutan berada di dalam sana sendirian, tanpa ada siapapun.

"Tapi bagaimana dengan Aodina?" tanya Adisti cemas. Darel pun menghela nafasnya, ia juga tentu saja khawatir. Tapi di saat seperti ini ia harus berpikir logis. "Kita kembali dan lapor kepada guru. Tentu saja guru pun tidak akan tinggal diam, mereka pasti akan memanggil tim untuk mencari Aodina" jelas Darel.

Adisti pun dengan terpaksa mengikuti langkah Darel . Ia pergi kembali menuju ke tempat perkemahan.

🥀🥀🥀
Declairs
Kamis, 23 Maret 2023
Publish, Sabtu 6 Mei

Destiny In The World Kingdom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang