Persetujuan nikah

24.4K 437 4
                                    

Pija membiarkan Ara memakan dengan rakus semuanya, mulai dari mie yang di masaknya, snack, cokelat hingga es krim.

Menonton drama korea my lovely liar. Bukannya tertawa atau tersipu malu, Ara malah menangis sejadi-jadinya. Mulai dari episode 10 sampai episode 14 Ara menangis tanpa henti sambil menguyah. Pija yang asik dengan ponsel, laptopnya dan naskah skripsi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Ara.

"Kim do ha!" Pija kaget saat mendengar teriak Ara yang tiba-tiba. "Lo keren tapi, jangan bego."

Pija meringis mendengar Ara yang menurutnya sedikit menuju kata gila. Bagaimana bisa tiba-tiba ketawa, tiba-tiba menangis, tiba-tiba berteriak dan tiba-tiba mengumpat. Melempar apa yang ada di tanganya kearah televisi yang menanyakan film koreanya. Lalu menghancurkan beberapa kaleng yang sudah habis isinya.

"Akh, filmnya tidak sesuai ekspetasi." Keluh Ara. "Abang ngga mungkin gini."

Pija yang dari tadi duduk di meja belajarnya. Kini tertarik melihat drama korea yang di tonton Ara. Apalagi Ara membawa-bawa Abang Al dalam cerita drama tersebut. "Abang Al. Kenapa Ra?"

"Jo deuk chan, Ja." Oh sungguh Pija ngga ngerti maksud Ara.

Jo deuk chan lah, kim do ha lah. Pija belum menonton drama korea itu. Jadi tidak tahu, siapa yang di sebut Ara. "Masalahnya apa dengan, Abang?" Tanya Pija dengan bingung.

Tayangan drama korea itu masih berlangsung. Pija pikir Ara tidak berniat menghentikan film itu lalu menjelaskannya. "Tidak, akh!" Mobil itu menabrakan dan Ara berteriak histeris. "Jo deuk chan gila!!"

Pija mengerutkan keningnya. Jam sudah menunjukan pukul 1 malam tapi, tetap saja Ara masih asik dengan tontonannya. Pija juga merasa lega saat mengetahui Dara yang ngekos di samping kamarnya sedang pulang kampung sehingga biar Ara berteriak-teriak tidak menganggu siapa pun. Apalagi kamar kos Ara berada di ujung.

"Yah, minggu depan lagi." Ucap Ara dengan lirih. "Episodenya 15 dan 16 minggu depan di realsnya."

"Gue ngga ngerti Ra." Pija menanggapi kalimat Ara. Sebenarnya Ara bicara pada dirinya sendiri tapi, sejak Abang Al di sebut-sebut. Pija merasa penasaran.

"Filmnya habis, Ja."

"Oh."

"Episodenya 2 lagi nanggu. Dan kayanya minggu depan lagi. Mungkin selasa atau sabtu deh." Beritahu Ara sambil mengubah posisi tidurnya yang tadinya tengkurap kini berbaring. "Jo deuk chan ternyata suka Kim do ha, makanya Jo deuk chan selalu di sisi Kim do ha selama ini dan yang membunuh mantan pacar Kim do ha yah Jo deuk chan."

"Maksud lo, film ini bercerita pencinta sesama jenis." Setelah meresapin Pija mengerti jalan ceritanya dan paham maksud Ara mengenai Abang Al.

Ara mengeleng. "Yah gitu. Tapi, Jo deuk chan saja yang suka Kim do ha. Bukan saling suka."

O, kali ini Pija hanya ngangguk-ngangguk.

Tidak lama ponsel Ara berdering. "Yah, Bunda. Bunda kenapa?" Ara menjawab salam lalu bertanya. Keadaan Bundanya. "Bunda nangis."

Pija tidak mendengar suara Bunda Ara. Tapi, yang Pija lihat kalo Ara sedang khawatir. "Bunda belum tidur. Ara juga belum tidur. Ini Pija ada di samping Ara."

Pija yang kembali sibuk dengan ponselnya. Kini sedikit mengerut saat namanya di sebut. "Iya Bun. Iya-iya. Yah udah Bunda tidur lagi." Dan kalimat itu sebagai kalimat akhir pada akhirnya.

"Kenapa Ra?"

"Bunda ke bangun terus kepikiran sama, Abang. Abang ngga tahu kemana." Jawab Ara. "Ja, Abang kemana yah?"

Kali ini Pija memilih berbaring di samping Ara. Pija tidak tahu harus menjawab apa. "Apa Abang baik-baik saja."

Pija hanya bisa menatap langit-langit kamarnya. Membiarkan Ara bertanyaan ini dan itu tanpa dia menjawabnya. Kali ini Pija kembali mendengar Ara menangis.

Sahabat ko gitu! 21+ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang