Jangan bawa persahabatan kita!

19.8K 422 4
                                    

"Lo, ko lo disini!" Pija masuk ke kamar Ara dengan seenak hati lalu merebahkan badannya begitu saja di kasur Ara. Sedangkan Ara yang baru keluar dari kamar mandi kaget melihat sahabatnya berada di kamarnya. "Suami lo mana?"

Ara berjalan ke arah Pija. Lalu merebahkan dirinya. "Malas gue sama Abang lo."

"Abang gue beneran belok?"

Pija tidak habis pikir kenapa Ara berpikir seperti itu. "Mana ada belok? Mesum iya." Geram Pija.

"Setahu gue, Abang ngga gitu orangnya. Boro-boro mesum, di dekatin cewek dia lari. Ada tuh Tasya anak tetangga depan rumah yang tergila-gila sama Abang. Sampai Abang sekolah dimana Tasya ikutin dan Abang memilih untuk tinggal dengan Oma dan pindah sekolah di luar kota agar tidak ketemu dengan Tasya. Alasan Abang saat di tanya yah karena risih." Cerita Ara. "Lalu Kak Mila itu salah satu orang yang tergila-gila sama Abang juga dan permintaan Oma yaitu Abang nikahi Kak Mila karena Kak Mila merupakan cucu dari sahabat Oma. Sebenarnya Abang menolak tapi, Abang tidak ingin kecewahin Oma jadi Abang terima walau dengan paksaan. Tapi, entah apa yang Abang lakukan sehingga Kak Mila memilih mundur 2 hari sebelum pernikahan." Tambah Ara dengan menceritakan Kak Mila yang ternyata salah satu cewek yang masuk kategori tergila-gila sama Abang.

Pija baru tahu cerita itu dan ada kelegaan yang di rasa. "Abang tidak pernah cerita mengenai cinta dalam diamnya sama cewek?" Pija mencoba mengulik sesuatu yang di ketahuinya langsung dari sumbernya.

"Ngga, Abang itu orangnya tertutup kalo masalah perasaan. Bunda juga mungkin tidak tahu hal itu." Mengangguk mengerti Pija lakukan. Pandangan mereka dari tadi menuju pada langit-langit kamar. Tapi, saling mengobrol. "Kata Bunda, Abang memang sangat beda dengan gue. Kalo gue bisa cerita apa saja dengan Bunda. Abang tidak, Abang selalu menyeleksi apa saja yang bisa di ceritakan ke Bunda dan apa yang tidak bisa di ceritakan ke Bunda. Ke Ayah pun sama. Abang hanya cerita mengenai hoby, sekolah, bisnis tapi, kalo di tanya tentang asmara. Abang diam dan memilih tidak menjawab apapun pertanyaan Ayah."
Panjang lebar Ara dengan cerita itu.

"Jadi kalo soal asmara Abang nol besar. Abang tidak punya teman cewek baik di tingkat SD, SMP, SMA, S1 dan S2. Abang cuman punya gue. Gue juga selalu kemana-mana sama Abang. Kayanya kamu tahu deh Ja. Setiap kemana saja Abang pasti ada gue dan lo."

Pija ingat itu, memang benar saat Abang Al kemana saja. Mereka berdua ikut tanpa terkecuali karena Bunda sangat tidak suka mendengar Ara merenge minta ikut dan entah keberuntungan apa yang Pija dapatkan karena di mana ada Ara disitu juga ada Pija. "Yah gitu deh. Tapi, harusnya lo tahu. Kan lo sempat jatuh cinta sama Abang waktu kelas 1 SMP yah kan? Tapi, cinta monyet haha." Tawa Ara mengudara.

"Iya, lo monyetnya." Emosi Pija di ingatkan tentu membuat salah tingkah dan ikut tertawa juga. Kali ini gantian Ara yang ciut.

"Sialan lu, babi."

"Iya beb."

"Bukan gue panggil lo yah. Tapi, gue katain lo babi."

Ketukan pintu kamar terdengar. Lalu menyusul sebuah teriakan. "Ara."

"Iya Bang." Sahut Ara mengakhiri ejek-mengejek dengan Pija. Pija sendiri hanya diam.

"Jangan kasih tahu Abang. Kalo gue disini yah. Pliss." pinta Pija dengan cara membisik Ara. Karena Pija tahu Abang Al pasti mencarinya. "Lo mau apa? Gue traktir di kampus yah. Besok deh. Pliss Ra. Lo kan sahabat gue." Melas Pija kepada Ara.

"Pija ada di dalam Ra?" Benar saja tebakan Pija. Pasti Bang Al mencarinya.

"Ra, pliss lo kan sahabat gue." Rayu Pija.

Ara pusing. Di satu sisi Pija sahabatnya dan di satu sisi Abang Al kakaknya. Jadi sebenarnya Ara pusing apakah berbohong atau tidak. "Ra, buka pintunya." Dengan tidak sabar Abang Al. Kembali bicara.

Sahabat ko gitu! 21+ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang