Marahnya Bang Al (Area dewasa)

21.8K 234 8
                                    

"Abang!" Keluh Pija saat Al tidak berhenti mencium bagian dadanya. Aktivitas hubungan badan, telah dilakukannya beberapa menit lalu. Saat Pija mengatur nafasnya dengan baik setelah Bang Al turun dari badannya. Tanpa rasa cape Bang Al kembali menikmati payudaranya. "Abang, cape."

"Maaf, sayang. Abisnya candu banget." Tanpa rasa bersalah Al melepaskan ciuman itu. Lalu memberikan alasan yang menurut Pija hanya akal-akal Bang Al untuk bisa lebih lama melakukan aktivitas yang sebenarnya terasa enak untuk mereka berdua.

"Tapi, cape Bang!" Mata Pija seakan tidak dapat di ajak kompromi. Karena rasa capenya sehingga ingin terus tertutup dan tertidur.

Al tentu merasa kasian melihat bagaimana Pija seperti itu karena menurutin nafsunya. "Yah udah, sini tidur sayang." Al menarik Pija untuk tidur di tangannya. Membiarkan tangannya menjadi bantal agar, tidak ada jarak di antara mereka. "Cape banget yah. Sayang." Mengusap lembut pipi Pija.

Ponsel Pija yang terletak tidak jauh dari mereka, berbunyi menandakan ada pesan masuk dari aplikasi hijau tersebut. Karena suara bunyi itu bukan sekalih dua kali berbunyi, maka tanpa takut. Al membukanya, memeriksa siapa yang mengirimkan chat ke istrinya di jam seperti ini. Jam yang sudah menunjukan pukul 11 malam.

Perasaan Al sungguh tidak karuan.
Bagaimana bisa istri tercintanya begitu banyak mendapatkan cinta dari orang lain. Seperti biasa, Al tidak suka saat pria lain yang memberikan cinta kepada Pija. Jadi, dengan kekesalan tingkat dewa Al mengirimkan fotonya bersama Pija.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Foto yang di kirimkan Al ke Pak Adi. (Sumber gambar, pinterest)

Hanya butuh satu pengambilan gambar. Maka, Al puas mendapatin gambar yang sesuai dengan maunya. Mengirimkan gambar tersebut pada orang yang mengirimkan runtutan pesan di whatsapp Pija.

Al tidak rela mengumbar tubuh Pija dalam konteks apapun itu. Tapi, kali ini  Al mengecualikan ini. Al ingin, orang yang mengirimkan chat terus menerus kepada istrinya. Menyadari bawa Pija sudah bersuami.

Hanya perlu beberapa menit centang dua yang berwarna abu-abu itu berubah menjadi warna biru dan saat itu pula Al menghapus foto yang di kirim. Al cukup memperlihatkan bahwa Pija adalah miliknya selebihnya itu semua terserah dengan pria sialan itu.
Al tidak ingin mengubar lebih lama tubuh Pija, karena sebenarnya niat awalnya hanya mengklaim dan membuat pelajaran kepada pria yang tidak tahu diri yang menghubungi istrinya.

SAYA CUKUP TERGANGGU DENGAN CHAT ANDA, PADA NOMOR ISTRI SAYA!

Tidak lupa Al, Mengirimkan kalimat penegasaan. Dengan huruf kapital yang di pakai agar lebih memperkuat penegasaan yang di berikan.

Tapi, maaf saya hanya mengirimkan jurnal yang di butuhkan Pija

Tentunya jurnal itu membantu untuk proses kelanjutan sekolah Pija ke depannya.

Tanpa rasa takut. Chat itu terbalas dan Al tentu merasa tidak suka dengan hal itu. Al juga dosen tapi, tidak pernah mengirimkan jurnal atau apapun itu mengenai pembelajaraan di waktu malam seperti ini. Kecuali, ingin modus.

ANDA TAHU INI JAM BERAPA?

Al mencoba bertanya. Apakah orang di sebrang yang sedang membalas chatnya, tahu dan paham bahwa jam seperti ini adalah jam orang-orang normal untuk istirahat.

Sekalih lagi maaf.

Permintaan maaf itu menjadi penutup. Al tidak ingin memperpanjang hal itu lagi, karena menurutnya apa yang di sampaikan tentu sudah sampai dengan baik ke dosen Pija.

Dosen Pija yang bernama Pak Adi ini memang mengirimkan jurnal dalam bentuk PDF tapi, yang di sayangkan Al kenapa terus menerus dan di waktu istirahat. Bukan cuman malam ini, Al melihat begitu banyak hari-hari sebelumnya tentu di tanggapin Pija dengan baik tapi, sebagai laki-laki tentu Al paham kemana arahnya yang di inginkan Pak Adi. Maka, sebelum lebih jauh Al memotong semua niat tersebut.

Al sendiri juga mencoba menghapus jejak chatnya. Agar saat Pija terbangun tidak mendapatin chat tersebut. Tangan  sebelah kiri Al terasa berat mungkin karena lama di bebani oleh kepala Pija. Tapi, Al tidak berani mengganggu tidur nyenyak Pija. Menahan sakit itu agar Pija tidur lebih lama.

Menatap dalam diam, Pija yang begitu tenang dalam tidurnya. "Makasih Sayang, telah menjadi istri Abang." Ucap Bang Al dengan lirih sambil memegang pipi Pija dengan lembut. "Abang hanya minta sama tuhan untuk kamu bahagia Sayang. Walau kita tidak berjodoh pada akhirnya. Tapi, siapa yang mengira bawa bahagianya kamu adalah Abang Sayang."

Al seolah bernostalgia bagaimana sebuah permintaan kecilnya yang dulu buat adik sahabatnya yaitu Pija agar bahagia. Walau mereka tidak di takdirkan bersama tapi, Al percaya bawa ke bahagian Pija jauh lebih penting. Al tidak ingin berdoa agar mereka bersama tapi, seakan tuhan begitu baik dengannya sehingga insiden pembatalan yang dilakukan Mila 2 hari sebelum pernikahan, sebagai jalan mereka bersama.

Jodoh memang sedekat itu kadang kita mendorong menjauh tapi, sang pencipta
mendekatkannya secara insiden atau kejadian yang di hadapi dan tentunya tidak dapat dikira. Al menyadari seberapa jauh dirinya mendorong Pija untuk menjauh darinya, menghindar jika Pija kecil datang ke rumahnya. Tidak ikut mengobrol saat Pija ada dan memilih tinggal jauh ke Omanya saat Pija kecil dan dewasa yang mulai sering berkunjung ke rumahnya. Semua itu bukan tanpa alasan karena memilih memupuk perasaan yang sudah ada tentu berisiko bagi Al.

Al tidak ingin hadirnya membuat Pija merasa terbebani maka, keputusannya menjauh adalah hal yang dilakukan. Melihat dan menyaksikan Pija yang tumbuh jadi lebih ceria dan semangat hidup merupakan kebanggaan bagi Al sendiri.

Sejak pertama Al menyadari bahwa menjatuhkan hati pada Pija adalah sebuah kesalahan. Menambah beban di hidup Pija adalah hal yang di takutkan oleh Al. Maka, menurutnya langkah yang di ambilnya selama ini adalah langkah yang tepat. Al tentu tidak pernah membayangkan bawa pernikahan sekalih seumur hidupnya yang akan dilakukannya dan di niatkannya berakhir dengan perempuan yang mengisi hati dan pikirannya sejak berusia remaja. Al tentu tidak akan menyia-yiakan kejutan, hadiah atau pemberian yang Tuhan berikan kepadanya. Menjaganya seperti barang yang mudah pecah. Memberikan ruang tapi, juga memantau agar semuanya seimbang. Bukan di diri Pija melainkan di dirinya, karena kegila sifat posesif tentu saja bisa menghancurkan semuanya. Al mempelajari bagaimana dirinya yang begitu posesif terhadap kepemilikannya.

Al mengontrol dirinya supaya tidak hilang kendali dalam hal apapun terlebih tentang Pija.

Gerakan kecil Pija membuat Al kembali dari pikiran yang kemana-mana. Al memilih kembali memperhatikan bagaimana Pija tidur dengan begitu nyaman setelah gerakan kecil yang dilakukan. Al juga begitu takjub dengan bagaimana bisa Pija tidur begitu nyaman dengan kondisi yang berantakan seperti ini. Al perlahan mengangkat kepala Pija secara perlahan lalu memberikan bantal tidur ke pada Pija dan membiarkan Pija dengan nyaman memeluk juga bantal guling untuk mengantikannya. Karena Al harus membersihkan diri sebelum membersihkan Pija yang sudah menyatuh dengan alam bawa sadar.

Sekalih lagi Al tersenyum geli menyaksikan sang istri terlelap seperti anak kecil dengan jempol di isap. Pemandangan ini tentu langkah dan dengan jail Al memfoto kegiatan itu. Al memang dari awal menyadari bawa sang istri punya kebiasaan unik kalo tidur. Tapi, sejak tidur bersamanya seakan kebiasaan kecil sang istri terganti yaitu memeluknya. "Lucu banget." Dengan gemes, Al mencubit hidung Pija dengan pelan.

***

Sulbar, 02 Januari 2024

Maafin aku yang baru upload🥰

Sahabat ko gitu! 21+ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang