Mereka itu

1.8K 67 5
                                    

Memilih ini dan itu sesuai list belanja yang dibuat dari rumah, Pija lakukan. Kali ini, dirinya harus belanja sendiri dulu karena Bunda dan Ara sibuk. Pija juga sempat mengajak Bang Al untuk pertama kalinya dan katanya akan menyusul jika pekerjaannya sudah selesai. Kemungkinan, Bang Al datang lambat mengingat Pija mengajaknya secara tiba-tiba tanpa memberitahu lebih awal. Apalagi hari ini, bukan hari libur tentu kesibukan Al padat seperti biasa.

Membeli lebih banyak buah-buahan, karena Bang Al dan dirinya suka makan cemilan di tengah santai ria yang mereka lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membeli lebih banyak buah-buahan, karena Bang Al dan dirinya suka makan cemilan di tengah santai ria yang mereka lakukan. Cemilan yang kebanyakan msg tentu di ganti Pija dengan buah-buah yang segar. Budget untuk belanja pun sudah di sisikan oleh Pija sebelumnya, karena mengatur keuangan sepenuhnya diberikan tanggung jawab kepada dirinya. Bang Al hanya perantara dari upah hasil kerja atau gajinya masuk karena hitungan menit Al langsung mentransfer ke rekening Pija.

Al tentu mencontoh ayahnya, mengenai keuangan dirumah tangganya. Bundanya adalah penanggung jawab mengenai keuangan, jadi wajar saja jika Pija yang memegang semua uang Bang Al.

Ponsel Pija berbunyi dan nama yang menari-nari di ponsel pintarnya. Yaitu My Husban💝 "Ya, Bang?" Setelah menjawab salam, Pija menanyakan apa yang Al ingin bicarakan.

"Di bagian mana yang?"

"Emang, Abang di mana?" Pija bingung saat pertanyaan Al terdengar. Karena setahu Pija, Al masih mengurus beberapa proposal dan skripsi punya mahasiswa yang mau bimbingan. Pija baru saja masuk ke supermarket ini, ngga mungkinkan secepat itu pekerjaan Bang Al selesai. Mengenai, supermarket ini pun Al tahu kalo Pija sering belanja disini karena barangnya lengkap dan tidak jauh dari rumah mereka.

"Aku udah lihat kamu, yang." Al melihat Pija lagi asik memilih buah.

Pija memutar badannya mencari keberadaan sang suami dan mendapati sosok itu berjalan menghampirinya. Senyumnya mereka sempurna, melihat kehadiran yang di tunggu-tunggu. "Katanya kerjanya masih banyak!"

"Haha,... udah selesai yang. Takutnya nanti ada yang berubah pikiran." Al mengusap pipi Pija dengan lembut lalu mengambil alih strolle belanja itu.

"Tahu aja kalo mood aku naik turun, Bang hehe..." tentu Pija menyadari kalo baru pertama meminta Bang Al untuk menemaninya belanja bulanan, karena biasanya Ara atau Bunda yang menemaninya.

"Sekarang udah ngaku yah yang." Kalo kemarin-kemarin Pija ngga mau mengakui, moodnya yang memang berantakan, kali ini Pija tentu tahu diri. Pija sudah memikirkannya, bahwa pernikahannya tidak mungkin di sembunyikan terus menerus. Apalagi Bang Al mengingikan bahwa pernikahannya tidak lagi di tutup-tutupi.

"Yah gitu lah Bang." Obrolan mereka berlanjut dengan posisi Pija yang sibuk ambil barang ini dan itu, sedangkan Al sibuk mendorong strolle untuk mengikut Pija.

"Bunda sama Ara sibuk apa, Bang?" Pija mengingat kedua kesayangannya hanya bilang sedang sibuk di sore ini. Tanpa, memberitahu mereka sibuk apa. Makanya, Pija bertanya untuk mencari jawaban kepada Bang Al.

Sahabat ko gitu! 21+ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang