Sebelumnya sudah di peringatin bahwa cerita ini berbau dewasa. Jadi tolong lebih di cermat lagi yah sebelum baca.
----
Sejak makan malam selesai, Pija pamit ke kamar untuk menyelesaikan beberapa revisi yang tadi di coret dan diminta ganti oleh dosen penguji. Pija juga sudah menulisnya dalam 1 kertas mengenai apa saja yang menjadi perbaikannya kali ini. 16 perbaikan yang kebanyakan tata tulis, sungguh melegakan bagi Pija.
Sedangkan Abang Al masih bicara dengan Ayah. Mungkin part ke 2 dari ceramah Ayah, mengenai sikap Abang Al jika marah. Pija sendiri sebenarnya lega luar biasa karena marah Abang Al tidak seperti marah ke banyakan pria di luar sana. Tapi, entah bagaimana ketakutan Pija membuatnya menangis sebelum menghadapi Abang Al dalam mode diam. Mungkin karena Pija sudah menganggap bahwa Bang Al tempatnya pulang secara tidak sadar.
Pintu di buka dari luar dan muncullah Abang Al, yang berjalan dengan lesu dan langsung duduk di samping Pija. Jari-jari Pija berhenti mengetik saat Abang Al memeluknya dari samping. Pija mengalihkan pandangannya dan melihat Abang Al yang kurang semangat. "Yang," panggil Abang Al lalu menciun singkat bibir Pija. "Jangan tinggal Abang yah?"
"Hm." Jawab Pija.
"La ko jawabnya gitu. Sayang." Al tidak terima dengan jawaban yang di dapatnya dari istrinya.
"Terus jawabannya apa? 'Tidak' gitu Bang."
Al tentu sedikit gusar dan gelisa melihat istrinya yang sudah kembali fokus dengan laptopnya. "Jawabnya 'iya Bang' gitu Sayang." Ucap Bang Al. "Sayang."
"Iya Bang, iya." Jawab Pija pada akhirnya.
Bang Al memidahkan laptop yang ada di pangkuan Pija lalu mengesernya agar mereka saling berhadapan. "Makasih Yang," ucap Bang Al dengan tulus lalu mencium bibir Pija dengan lembut. "Kamu tahu, Abang itu ngga bisa jauh dari mu. Abang ngga suka kalo kamu dekat dengan pria yang lain, Abang takut kalo kamu ngga milih Abang pada akhirnya." Kalimat Bang Al seakan menghipnotis Pija. Pija tidak ingin mengalihkan pandangannya sedetik pun. Semua yang di ucapkan Bang Al terdektesi jujur dari bola mata yang di tampilkan.
Kali ini bukan Bang Al yang mendaratkan bibirnya ke Pija melainkan Pija yang mendaratkan bibirnya ke Bang Al. Menikmati, pertemuan bibir itu dan Pija akan menjadikan hal ini sebagai favoritnya. Awalnya hanya menempel tapi, lama-kelamaan berubah menjadi ciuman yang saling mengejar kenikmatan satu sama lain. Mengakses bagian dalam lebih banyak tanpa ada paksaan mengigit bibir pasangan agar terbuka. Karena semuanya berjalan sesuai dengan seharusnya. Beberapa menit pangutan nikmat itu harus terhenti. Lantaran mereka harus menghirup oksigen lebih banyak setelah ciuman panjang itu.
Bang Al sudah usai mengambil nafas lalu mencium Pija dengan lembut. Menjelajahi banyak hal di mulut istrinya, sebuah hal yang baru dan ingin terus-menerus di lakukan oleh Al. Lidahnya saling berbelit dengan canggung. Bang Al menyadari dari awal bahwa Pija memang sekaku itu berciuman tapi, Bang Al sangat mensyukuri itu karena Pija mencobanya walau dengan keterbatasan.
Entah bagaimana bisa, sekarang posisi mereka bukan duduk lagi. Tapi, saling tindis di atas sofa panjang. Pija berada di bawa Bang Al, dengan posisi rawan itu Bang Al berusaha untuk tidak membebani Pija dengan tubuhnya. Bang Al sudah berpindah dari bibir ke leher Pija mencoba menghirup, mengecap dan menjilat lalu sesekalih mengigit dengan gemes.
Suara yang di ciptakan dari permain Bang Al berakibat pada Pija yang mengeluarkan suara aneh, seperti desahan keenakan.
Bagaimana bisa seenak ini? Pikir Pija.
"Akh." Rintih Pija keenakan. Saat bibir Bang al bermain di lehernya. "Aba-ng."
Bukan pura-pura tidak di dengar tapi, memang saat nafsu sudah tinggi seperti ini, Bang Al tentu sangat menikmati permainannya. Desahan Pija sebagai pacuan semangat yang sungguh sayang di lewatkan. Bang Al kembali mengecup bibir Pija dengan lembut tanpa tergesa-gesa. Tangan Pija yang dari tadi bermain di rambut Bang Al kini berpindah mengalung di leher Bang Al. Setiap ciuman itu berhenti Bang Al meneliti dengan serius raut wajah yang istrinya tampilkan. Pija beberapa kali menutup matanya saat menikmati ciuman panjang itu tapi, beberapa kali juga dirinya membuka mata, menikmati pandangan mereka yang bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat ko gitu! 21+ (Tamat)
Romance"Pija lo harus bantu gue. menikahlah dengan Bang Al." persahabatan dari sekolah menengah pertama sampai dia berdua duduk di bangku perguruan tinggi membuat tidak ada jarak yang hadir di antara mereka berdua. Saling tolong menolong tidak asing lagi N...