Senior atau senior

13.7K 349 2
                                    

Pija dari tadi sudah mengajak Bang Al untuk pulang. Tapi, bukannya kata iya yang di dengar melainkan kalimat alasan ini dan itu. Kos kamu nyaman, tempat tidurnya enak dan pujian mengenai beberapa barang terlihat mungil untuk badannya yang besar.

"Disini enak yah." Ucap Bang Al lagi dengan cara memuji.

"Abang mau tinggal disini?"

"Emang boleh? Bukannya ini kos khusus cewek."

"Kos khusus cewek tapi, di belakang sana ada kos khusus cowok juga."

"Terus, maksud kamu kita pisah. Yang? Baru juga nikah masa pisah lagi."  Pija harus bersabar menghadapi ke randoman Bang Al. Padahal yang bertanya siapa lalu di jawab imbasnya pasti seperti ini.

"Mau Abang, gimana?"

"Maunya gini terus." Abang Al lebih mengeratkan pelukannya. Di atas kasur yang hanya cukup 1 orang tapi, Bang Al memaksa untuk mereka berdua berbaring di kasur sempit itu. "Berdua dan menua."

"Isst, sesak Bang."

"Abisnya, gemesin banget." Ucap Bang Al lalu mencium bibir Pija secara kilat.

"Bang." Tegur Pija.

"Cuman sedikit, Sayang." Elaknya lalu mencium kembali Pija.

"Abang kalo mau gimana?" Tanya Pija setelah ciuman usai.

"Emang ngga boleh?"

"Boleh Bang. Tapi kan sudah di bicarakan sebelumnya." Mereka berdua sudah membicarakan hal krusial itu.
Mungkin bagi Pija yang paling menanggap hal itu sangat krusial dan penting untuk di bicarakan. Maka, dari itu Pija mencoba menawar dan berhasil. Bang Al tidak menetang apapun perihal permintaan Pija. Karena semua keputusan bersama harus di utamakan.
"Abang mau ingkar?"

"Yah, kalo bisa."

"Isst, Abang." Pija mencibir Abang Al. Lalu hendak pergi.

"Mau kemana?" Tanya Bang Al tidak melepas pelukannya pada Pija.

"Ambil laptot, Abang."

Abang Al mengangguk dan memilih mengambilkan apa yang di mau Pija.  Laptop yang berada di meja belajar tentu tujuan Bang Al. "Mau ngapain?" Tanyanya setelah memberikan laptop.

"Mau baca naskah."

"Sambil tidur?" Oh, Pija sadar kalo apa yang dilakukan akan salah dimata orang tua yang ada di sampingnya ini yang sedang memeluknya posesif. "Hasil printnya mana? Biar Abang ambilkan supaya kamu bisa baca sambil tidur."

"Yah ngga usah, ngga jadi baca."

"Terus kenapa tetap di buka?" Pija merutuki dirinya yang berjodoh dengan pria dewasa yang pikirannya kolot. Apa-apa pasti tidak boleh. Karena yang selalu di perhitungkan dampaknya. Bagus sih menurut Pija ada yang ingatkan tapi, lama-kelamaan jadi eneg.

"Mau nonton, mau larang lagi?" Tanya Pija dengan judes. Karena semua yang dilakukannya seakan salah.

Al hanya mengeleng dan membiarkan Pija melakukan hal yang di suka. Karena Al takut jika Pija marah padanya.

Pija tengkurap lalu menyimpan laptopnya di depannya. Membuka beberapa drama korea yang akan di nontonnya. Pija menikmati kebersamaan mereka. Sebenarnya Pija sedikit risih oleh tatapan Bang Al yang tidak pernah usai. Tapi, di satu sisi Pija sangat suka hal itu. Puluhan tahun tidak di istimewakan tentu hal itu luar biasa untuknya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sahabat ko gitu! 21+ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang