"Pija, lo didalam?" Teriakan nyaring dan ketukan pada pintu kamar terdengar brutal itu. Membuat 2 orang yang berada dalam kamar sedikit terusik. "Pija."
Mungkin karena suara Ara yang super besar sehingga Bunda dari lantai 1 ke lantai 2. "Ara." Tegur Bunda.
"Hehe,.. Maaf Bunda." Ucap Ara sebelum dapat ceramah panjang kali lebar dari Bunda.
"Kenapa manggilnya gitu. Pija sekarang itu kakak ipar Ara jadi tolong hormat."
Mengaruk kepala walau tidak gatal Ara lakukan. "Maaf Bunda."
Bunda mengangguk "Minta maaf sama Ara juga."
"Iya Bunda." Bunda sudah berjalan ke lantai bawah dan kekesalan Ara membuat dirinya menendang pintu kamar Bang Al dan Pija. Ara sangat kesal jam segini mereka berdua belum turun lebih tepatnya Pija tidak kembali turun setelah membantu Bunda memasak, Pija pamit kasih bangun Bang Al dan endingnya seperti ini. Padahal Pija sudah berjanji untuk menemani Ara ke mall.
"Ja, sudah jam 11 loh." Beritahu Ara kepada Pija dengan cara menempelkan kepalanya di pintu kamar. Tentunya dengan suara kecil karena takut Bundanya naik lagi dan menegurnya. "Katanya jam 10 kita ke mall." Ara sudah putus asa membuat Pija mendengarnya maka, jangan salahkan kalo Ara cuman bisa sepelan itu berbicara dan tidak lama berlalu dari depan kamar Abangnya. Masuk ke kmarnya dengan keadaan lesu.
"Bang, isst..." Pija mendengar Ara dan Bunda diluar. Tapi, karena dari tadi dirinya tidak bisa apa-apa lantaran Bang Al memeluknya dengan erat maka, yang dilakukannya hanya pasrah. Imbas dari perlawanannya sebelumnta yaitu mulutnya di sumpal oleh mulut Bang Al. Ciuman yang berkepanjangan itu sempat membuat Pija kehabisan napas. "Bang, pliss."
"Boleh, tapi setelah skripsi. Kita pindah yah Yang. Kita pindahbke rumah kita supaya tiada yang ganggu kalo kita ginian." Sebuah syarat itu lagi yang di dengar Pija. "Abang juga sudah bicara sama Bunda."
"Yah udah iya. Aku boleh ka mall sama Ara?" Tanya Pija lagi.
Perlu beberapa menit akhirnya Al menjawab dan membolehkan Pija pergi dan Ara. "Iya yang, boleh."
"Lepasin, aku mau siap-siap Bang."
Pija dilepas dan terbangun tapi, tiba-tiba dengan iseng Al menariknya untuk berbaring dan wajah Al terbenang di punggung Pija. "Abang." Teriak Pija kaget.
"Sebentar Yang, 10 menit. Ini enak banget sumpah."
Pija hanya bisa membiarkan Al melakukannya. Sebenarnya Pija sedikit geli dengan wajah Al yang menepel pada punggung nya tapi, kembali lagi. Al akan berbuat sesuka hatinya jadi mau gimana lagi kalo tidak pasrah.
Bang Al tidak sarapan hanya karena mereka melanjutkan tidur. Pija sudah memberitahu dan memaksa agar Bang Al sarapan dulu tapi, memang sih keras kepala itu tidak ingin menyudahi pelukan mereka di atas tempat tidur. Alasannya besok lusa Bang Al kembali dengan rutinitas dan pekerjaannya yang lumayan padat. Jadi 2 hari ini Abang Al hanya ingin berada di tempat tidur dengan Pija sepanjang waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat ko gitu! 21+ (Tamat)
Romance"Pija lo harus bantu gue. menikahlah dengan Bang Al." persahabatan dari sekolah menengah pertama sampai dia berdua duduk di bangku perguruan tinggi membuat tidak ada jarak yang hadir di antara mereka berdua. Saling tolong menolong tidak asing lagi N...