(Gambaran Pija dan Bang Al, sumber pinteres)
Tinggal berdua dengan Bang Al adalah keputusan yang tepat bagi Pija. Selain karena tidak enak numpang dengan Bunda, juga karena ke mesuman Bang Al yang kelewataan. "Abang, ihh!" Pija tidak tahu jika Bang Al terbangun. Padahal Pija merasa sudah sangat berhati-hati "Abang."
"Kenapa pakai baju sih?" Al tidak mengubris panggilan Pija. Al malahan bertanya kenapa Pija sempat-sempatnya memakai baju. "Ini tuh, menyusahkan. Sayang."
"Issh Abang. Pindah ngga?" Pija sudah mengeluarkan ancaman. Tapi, bukan Bang Al namanya jika mendengar ancaman itu. "Mesumnya di kurangi, Bang."
"Mesum sama istri, juga."
"Abang, ishh. Aku mau siap-siap." Bagaimana Pija tidak geram. Saat dirinya baru selesai memakai daster yang dipungut di bawah tempat tidur hasil karya Bang Al semalam. Tiba-tiba kembali di tarik untuk naik ketempat tidur dengan posisi yang cukup rawan baginya. Hidung yang bersentuhan dan tatapan memuja yang Bang Al lakukan membuat sedikit Pija terbawa suasana. Kecupan pertama dan kedua pada bibir Pija sungguh nikmat. Tapi, saat kecupan ke tiga Pija menutup mulutnya walau dengan kekuatan lebih. Al tentu melayangkan tatapan yang mematikan tapi, Pija sendiri harus berpikir logis. Bawa menuruti kemauan Bang Al adalah kesalahan.
"Sayang!"
"Abang, pliss!!" Saat panggilan raju yang dilakukan Al. Pija sudah membuka mulutnya dan memohon agar Al berhenti. Tentu Pija juga menampilkan ekspresi memohon. Pija menikmati hal itu dan bisa di bilang menjadi candu baginya untuk terus bisa melakukan dan merasakan nikmat surga dunia tersebut. Tapi, Pija sadar betul bawa kegiataan itu akan berjangka panjang, Bang Al tidak mungkin berhenti dalam satu permainan. Lagi dan lagi mungkin akan di dengar Pija. Maka, menghentikan lebih dulu, lebih baik dari pada harus mendengar rengekan panjang. "Aku ada urusan di kampus, Bang!" Mohon Pija sambil memberi tahukan hal tersebut kepada Bang Al.
"Janji, Abang cuman sekalih. Sayang." Tawar, Bang Al dengan muka memelas.
Pija tidak ingin tertipu lagi. "Maaf Bang, tapi aku harus ke kampus."
"Sayang!" Raju Bang Al lalu dengan kesel turun dari atas badan Pija. Muka cemberut dan mengusap wajahnya dengan kesel. "Cuman satu kali, Sayang." Tanpa menyerah, Al menyuarahkan keinginannya kembali.
Hembusan nafas tidak suka Pija lakukan. "Satu kali, bagi Abang itu mustahil." Pija menatap langit-langit kamar. "Abang aku kasih milih, lakuin sekarang tapi seterusnya cuman 1 kali seminggu kita lakukan. Gimana?"
Abang Al langsung mengalihkan pandangan ke arah Pija. "Apaan sih, Yang."
"Aku cuman kasih pilihan." Elak Pija. Karena tahu, nada bicara Bang Al sudah sedikit berbeda. "Yah Abang tinggal milih, yah kan?"
"Ngga, Abang ngga akan milih." Pija sudah tahu, bawa Bang Al akan ngambek dan pergi meninggalkannya. Suara pintu terdengar terbuka, Abang Al akan memilih duduk di balkon berdiam diri selama beberapa menit atau jam lalu kembali ke dalam meminta maaf setelah merasa tenang. Pija tahu semenjak mereka pindah, Al sempat beberapa kali seperti itu. Tentu Pija sangat bersyukur mengetahui bagaimana Al saat marah. Karena suatu hal yang patut di syukuri jika memiliki pasangan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat ko gitu! 21+ (Tamat)
Romance"Pija lo harus bantu gue. menikahlah dengan Bang Al." persahabatan dari sekolah menengah pertama sampai dia berdua duduk di bangku perguruan tinggi membuat tidak ada jarak yang hadir di antara mereka berdua. Saling tolong menolong tidak asing lagi N...