47 - Pengakuan

192 21 8
                                    

BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH

Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations

****

Satus Saya

Just a friend to you. Hahaha

Dapur Mama Seru. Rasa-rasanya judul itu sangat tepat untuk menggambarkan apa yang tengah terjadi di dapur Karina sekarang. Persiapan memasak sudah selesai. Saatnya untuk mulai mengeksekusi. Karina, Bapak, Kalandra, dan Syahnaz sudah siap dengan apron mereka. Masing-masing sudah diberi tugas agar acara masak-masak ini bisa selesai sebelum jam makan siang tiba.

Karina mengambil sodet. Siap bertempur untuk menciptakan hidangan istimewanya: udang asam manis. Di sudut lain, Bapak dan Kalandra bekerja sama untuk memasak nasi agar tidak terlalu keras atau terlalu lembek. Karena ini kali pertama mereka ditugaskan memasak nasi, Bapak dan Kalandra sedikit heboh. Sedangkan Syahnaz, berdiri anteng di depan keran, mencuci sayuran yang akan dijadikan lalapan.

"Yona kesenengan, dong, nggak bantuin masak!" Di tengah kegiatannya mencuci beras sebelum dimasak, Kalandra bersungut-sungut. Meminta keadilan lebih tepatnya.

"Kan, Yona Mama suruh ke pasar. Sama aja capeknya, Kala!"

Pemuda itu memberengut. "Enak dia di luar. Cuma beli ini beli itu, nggak perlu susah payah ngukur tinggi air sebelum dimasak."

Seisi dapur tergelak. Bahu Kalandra yang lebar ditepuk-tepuk oleh ayahnya. "Hidup itu jangan kebanyakan ngirinya, Kala. Sekali-kali nganan, dong!" serunya.

Kalandra tidak peduli, tetap merasa iri pada Yona yang bisa jalan-jalan sama gebetan. Sementara Kalandra malah diharuskan berada di dapur, memasak nasi, melihat ibunya memasak, dan dipaksa mencicipi. Padahal niatnya, weekend ini Kalandra akan mengajak adik perempuan tetangganya jalan-jalan. Meminta perempuan itu untuk menemani Kalandra mencari buku, sekalian modus meminta nomor WhatsApp. Apa daya, mamanya memberinya tugas yang ia sebut sebagai ... tugas negara.

"Kamu, kan, jomlo, Kal. Mau ngapain emangnya kalau Mama nggak nyuruh kamu bantu-bantu di dapur?" Karina menoleh singkat ke arah putranya.

"Cari pacar, lah!" jawab Kalandra dengan nada ketus.

"Emang Kalandra benar-benar masih jomlo?" Syahnaz menyahut dengan suara lembutnya.

Bapak mengangguk-angguk dengan semangat. "Beneran, dong! Ya, kan, Bang?" Pria itu mencolek lengan putranya disertai kerlingan menggoda. Membuat Kalandra semakin kesal.

"Jomlo terhormat, soalnya gue nggak sempat cari pacar, kebanyakan kerja, cari duit, biar jadi rich brother buat adik-adik gue."

Syahnaz mengangguk-angguk pura-pura paham, padahal menahan tawa dalam hatinya.

"Maaaa ...." Tiba-tiba saja Kalandra merengek seperti anak kecil.

"Apa, Kal? Kamu nggak lihat Mama lagi rempong?" Karina mendelik, menciutkan nyali Kalandra.

"Yona, kok, nggak balik-balik? Keasyikan jalan berdua pasti, nih!" ucap Kalandra, kentara sekali raut tidak sukanya.

"Biarin, sih! Kan, Mama yang nyuruh. Biar mereka bisa leluasa ngobrolnya, terus baikan, nggak diam-diaman lagi kayak sebelumnya."

"Kamu kayak nggak pernah remaja aja, Kal." Bapak menimpali, mendukung penuh misi khusus yang Karina beri.

"Mama sama Bapak nggak takut nantinya kalau Yona sama Sagara pada suka-sukaan?"

"Kenapa harus takut? Wajar, kok, remaja suka-sukaan begitu."

Jawaban yang sama sekali tidak pernah Kalandra duga.

BYEFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang