14 - Gebetan Baru Mantan

131 21 0
                                    

BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH

Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations

****

Gue:

Kas, gue buntu

Gara-gara ide gila lo, nih

Sagara kayaknya ngira gue mundur beneran

Lukas:

Terus gue kudu ngapain?

Bilang ke Gara kalo lo cuma nge-prank?

Yona berguling di atas kasur. Ini sudah hari ketiga Sagara tidak menghubunginya setelah pengakuan resignpalsunya. Lukas memang gila, dan Yona mau-mau saja mengikuti saran ajaib sohibnya.

Matahari sudah meninggi, sinarnya menerobos masuk melalui celah gorden yang sedikit terbuka. Namun, Yona enggan keluar dari kamarnya. Pikirannya sedang kusut. Untuk menguraikannya, Yona butuh ketenangan. Bukan kegaduhan yang terdengar dari meja makan. Jadi, dia menolak waktu Kalingga membangunkannya lewat telepon karena pintu kamarnya dikunci rapat-rapat.

Ini weekend, biasanya Mama masak lebih banyak karena Kalandra libur kerja, Yona dan Kalingga libur sekolah.

Bodoh amat! Meskipun aroma ayam goreng dan wangi tumis kangkung tercium hingga kamar Yona, cewek itu sama sekali tidak beranjak dan malah kembali menutup kepalanya dengan selimut.

Dia tidak ingin resign dari jabatannya yang sekarang. Menjadi wakil ketua OSIS adalah mimpinya yang sempat tertunda karena semasa SMP Yona dan pasangannya kalah suara.

Di balik selimut, Yona menimbang. Apakah dia harus menjelaskan pada Sagara bahwa pengunduran dirinya hanyalah gertakan semata, atau menunggu Sagara, yang entah kapan akan menghubungi dan memberinya tumpukan tugas seperti biasa?

^^^

"Yon, anak basket pada latihan tuh. Nggak nonton?"

Yona yang tengah menghapus rumus-rumus matematika di papan tulis, menggeleng tanpa tenaga.

"Tumben." Rania, teman sekelas Yona yang duduk di barisan paling depan, dekat meja guru, mengerutkan dahi. "Biasanya lo yang paling semangat," cibirnya.

Yona tidak menyalahkan Rania. Dulu, memang iya, tapi sekarang? Kenapa Yona harus menonton latihan basket saat motivasinya suka olahraga memutuskan untuk pergi dan menjadi asing lagi?

Dari kecil, Yona tidak menyukai olahraga entah apa pun bentuknya. Karena alasan itu, tidak ada satu pun cabang olahraga yang Yona kuasai. Yona juga ogah menonton pertandingan olahraga yang ditayangkan di televisi jika Bapak, Kala, atau Kalingga mengajak nonton bareng. Yona juga kerap menolak Lukas, Upi, dan Daniel yang mengajaknya menonton pertandingan bola di stadion.

Namun, saat Leon hadir di kehidupannya, pandangan Yona terhadap olahraga tak lagi sama. Yona mulai mau menonton pertandingan sepak bola, basket, tenis meja, atau bulu tangkis yang ditayangkan di televisi atau YouTube. Yona rela bermenit-menit nongkrong di tepi lapangan untuk menonton Leon latihan. Yona bahkan bersemangat ketika pelajaran olahraga dimulai. Alasannya cuma satu, agar bisa nyambung ketika Leon mengajaknya mengobrol.

Bagaimanapun, Leon itu atlet basket sekolah. Ya kali Yona sebagai pacarnya malah membenci olahraga. Kelihatan dong, magernya.

Yona menghela napas. Kini alasannya telah hilang. Leon meminta putus dan Yona tidak bisa menahan atau mengajaknya balikan. "Alasan gue demen nongkrongin anak basket latihan udah hilang. Lo kalau mau nonton, nonton sendiri aja," ujar Yona. Dia batal menyelesaikan pekerjaannya, menghapus tulisan di papan tulis. Keburu malas karena kini kenangan-kenangan manisnya dengan Leon perputar di kepala tanpa seizinnya.

Kurang asem!

Rania menggelengkan kepalanya takjub. "Udah lebih dari seminggu dan lo masih patah hati? Hello, Keiyona ... mantan lo aja sudah cari pengganti!" seru Rania, membuat punggung Yona menegang tanpa antisipasi.

Apa katanya tadi?

"Pengganti?" tanya Yona. Tatapannya berapi-api.

Rania mengangguk penuh. "Udah lebih dari tiga kali gue lihat Leon haha-hihi sama kakak kelas cakep yang bintang iklan skin care itu."

Napas Yona tersekat. Tubuhnya terhuyung ke belakang hingga menabrak dinding. Jangan bilang kakak kelas cakep yang bintang iklan skin care itu adalah kakak kelas yang bertelepon dengan Leon di toilet?

Karena jika iya .... Huh, Yona tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Kalau nggak percaya, turun aja ke lapangan. Dia lagi nonton tuh, eh maksud gue nemenin Leon yang lagi latihan."

Dasar Rania kurang ajar, bukan meredam kekesalan Yona, cewek itu malah berubah menjadi kompor!

^^^

Atas informasi yang Yona dapatkan dari Rania, cewek itu mengendap-endap di koridor lantai dasar yang berhadapan langsung dengan lapangan basket. Benar saja, kakak kelas cantik yang terkenal sebagai bintang iklan skin care itu ada di sana. Benar saja, kakak kelas cantik itu adalah orang yang sama dengan kakak kelas yang menelepon Leon di toilet.

Orang-orang memanggilnya dengan nama Shirey, tapi Yona tidak tau siapa nama panjangnya. Yona mengetahui hal itu dari Rania yang lebih update darinya. Katanya, Shirey itu anak tunggal kekuarga kaya pemilik perusahaan skin care ternama. Nggak heran kalau cowok-cowok terpana melihat kecantikannya. Tapi jangan Leon juga, gue nggak terima!

Yona mengepalkan tangan di sisi tubuh. Matanya mengamati Shirey yang duduk di bawah pohon. Mungkin sengaja memilih tempat itu agar tidak terkena sinar matahari sore yang menyengat secara langsung.

Di bawah pohon saja Shirey terlihat anggun. Yona menatap wajahnya melalui layar ponsel. Mungkin kalau dirinya duduk di posisi yang sama dengan Shirey, bukannya terlihat anggun, malah mirip kuntilanak. Cewek itu bergidig ngeri. Matanya masih setia mengawasi Shirey meski hanya dari arah samping.

Di tengah lapangan, kurang lebih ada sepuluh cowok yang memperebutkan bulatan oranye dengan tangan mereka. Tidak sulit untuk menemukan Leon karena cowok itu memiliki warna kulit yang kontras dengan teman-temannya. Cowok itu memakai kaos putih berlengan, rambutnya disangga menggunakan sebuah headband berwarna gelap agar tidak jatuh menutupi mata.

Yona berdecak. Rambut Leon terlalu panjang untuk ukuran murid cowok di Akasia. Kalau masih berstatus pacar, pasti Yona akan menegurnya. Tentu saja dengan bahasa yang baik. Sayangnya, status pacar telah berubah menjadi mantan meskipun Yona tidak pernah menginginkannya. Sialan!

Yona menyandar ke dinding. Sadar betul ketololannya memata-matai Shirey yang berpotensi menjadi gebetan sang mantan. Bukannya mendapatkan informasi berarti, Yona malah dibikin sakit hati.

Berulang kali matanya menangkap Leon yang tersenyum ke arah Shirey, kemudian dibalas dengan senyum yang sama. Tampak manis bagai drama bergenre romansa, tapi memuakkan di mata Yona. Saat Leon berjalan ke arah Shirey untuk mengambil minuman isotonik yang gadis cantik itu tawarkan, Yona segera membalikkan badan. Dia tidak sanggup melihat adegan itu dengan mata kepalanya. Namun, baru selangkah kakinya maju, kepalanya menubruk seseorang.

"Kalau jalan jangan meleng."

Suara itu amat familier di telinga Yona. Alih-alih menyingkir dan meminta maaf, cewek itu justru menghambur ke arah orang yang ditubruknya. Yona menyurukkan kepalanya pada dada bidang orang yang berdiri di depannya. Air matanya tumpah ruah. Hatinya kembali patah.

"Lo kenapa, Keiyona?"

"Sakit. Gue sakit. Tolong bawa gue pergi dari sini," pintanya dengan suara serak.

Jengah diperhatikan orang-orang yang melintas, dia menarik Yona yang terisak menuju tempat yang lebih sepi.

Dia.

Orang yang ditubruk Yona.

Sagara.

*****

BYEFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang