BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH
Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations
*****
Sabtu sore. Langit cerah. Para tetangga baru selesai mengangkat jemuran mereka ketika sebuah pikap biru berhenti di pelataran rumah Karina. Dari dalam rumah, keluar semua anggota keluarga Karina, termasuk dua anak kosnya, membawa kardus-kardus berwarna cokelat. Bapak yang memimpin, mulai meletakkan kardus-kardus itu di dalam pikap, diikuti yang lain.
Karina terbatuk-batuk karena menghirup debu. Hidungnya berair. Entah karena terserang flu, terkena debu, atau karena tangis semalam yang bekasnya belum juga berlalu.
"Beneran ini, Ibu harus cari anak kos baru? Rumah sepi, lho, tanpa kalian." Wanita itu meraih tangan Syahnaz yang menjinjing sebuah tas.
Di belakang Karina, Kalandra memanyunkan bibirnya. "Iya, Naz. Kamu dan Sagara sudah kami anggap sebagai keluarga. Tinggallah lebih lama," bujuknya.
Yona, yang tidak tau harus bagaimana, menyandarkan kepalanya di bodi pikap. Hari ini, Sagara dan Syahnaz akan pergi dari rumahnya setelah empat bulan lebih lima hari menjadi bagian dari keluarganya. Alasannya karena rindu pada eyang dan Syahnaz harus melanjutkan studinya di sana. Dada Yona terasa sesak sejak semalam, saat membantu kakak-beradik itu berkemas. Entah karena debu atau angin rindu. Tak bisa dimungkiri, semua barang-barang yang ia kemasi bersama Sagara dan kakaknya memiliki cerita. Yona pasti akan merindukan itu semua, atau bahkan sudah.
Yona merasa tidak punya tenaga. Langit senja begitu indah, tapi Yona kehilangan gairah. Langit senja begitu cerah, tapi Yona merasa gundah. Wajahnya mendung, mati-matian menahan tangis. Sagara tidak suka ditangisi kendati penyebab semua orang menahan tangis hari ini adalah dirinya sendiri.
Jangan pergi, dong! Please ....
"Kenapa bengong, Mbak?" Kalingga, yang sudah sepenuhnya pulih, menyenggol bahu Yona dengan tidak santai.
Yona menoleh sekilas. Hanya sekilas, kemudian kembali menyandarkan kepalanya. "Bengong masih lebih baik daripada gue jaipongan di depan lo, Kal!" sarkasnya.
Kalau sudah mode senggol-bacok begini, artinya Kalingga harus pamit undur diri sebelum keselamatan telinganya menjadi taruhan.
Melalui pandangan matanya yang tidak fokus, Yona melihat mamanya memeluk dua ex anak kosnya. Dengkusan terdengar. Yona benar-benar tidak ingin melihat momen penuh sendu itu. Tanpa sadar, tangannya yang mengepal menggebuk bodi pikap. Bunyi yang dihasilkan memancing rasa penasar.
"Mbak Yona kenapa sesumbar begitu?" tanya Bapak.
Tapi Yona tidak menanggapinya sama sekali. Matanya terpejam, pura-pura tertidur. Namun, manusia tidak biasa tidak tidur sambil berdiri. Semua orang menertawakan tingkah absurdnya.
"Biarin, Pak. Si Yona itu galau karena takut bakal kangen berat sama dua manusia ini." Dagunya dikedikkan ke arah Sagara dan Syahnaz. Raut muka Kalandra begitu masam.
Syahnaz tertawa renyah. "Kamu nggak galau juga, Kal?" Celetukan itu membuat wajah Kalandra memerah. "Kami pergi bukan berarti kami menghilang. Kami usahakan akan sering berkunjung ke sini dan kalian semua boleh sering-sering main ke Jogja, rumah Eyang selalu terbuka untuk kalian semua," lanjut Syahnaz, menepuk pelan punggung tangan Karina yang tak rela melepasnya.
"Pokoknya harus sering main-main ke sini."
"Asal jangan hati yang dimainin."
Sahutan Kalandra mendapat banyak sorakan. Namun, Yona masih setia pada posisinya. Bibirnya mengatup, matanya memindai sekeliling, mencoba menyimpan semua yang ia lihat di kepalanya, menguncinya rapat-rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BYEFRIEND
Teen Fiction"Life is still going on, meski sempat gagal move on." Keiyona, wakil ketua OSIS Akasia, malas mempercayai rumor Ruang Jones yang beken di sekolahnya. Katanya, siapa pun yang ada di ruangan itu setelah pukul 15.00 akan menjadi jomlo dalam waktu yang...