🌻Hira - Chapter [07]

595 59 4
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Hai-hai semuanya, ketemu lagi :)

❗Jangan Lupa Vote dan komen

❗Tandai typo

HAPPY READING ^_^
__________________________________

HAPPY READING ^_^__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART VII || Humaira

Fahlan dan Hira, baru saja melaksanakan sholat isya bersama. Hira mencium punggung tangan Fahlan dengan sangat tenang dan Fahlan pun mencium kening istrinya. Bagian inilah yang sangat Hira sukai. Kegiatan mereka setelah sholat, merupakan hal yang sangat Hira dambakan setiap waktunya. Saat seperti inilah, ia merasa tenang dan sangat bahagia.


Fahlan hendak berbalik, namun Hira menghadangnya. "do'a in lagi dong, kayak waktu habis akad. Hira emang gak tau itu do'a apa, tapi Mas do'ain Hira. Do'ain supaya Hira bisa dengan mudah belajar ilmu agamanya," pinta Hira dengan wajah memelas.

Fahlan tersenyum melihat tingkah sang istri yang sangat menggemaskan baginya. Ia pun meletakkan tangan kirinya di puncak kepala Hira dan tangan kanannya mengadah. Fahlan mulai membacakan do'a dengan sangat serius, sedangkan yang sedang di do'akan sedang senyum-senyum tidak jelas.

"Mas," panggil Hira, setelah Fahlan selesai membacakan do'a.

"Hm," jawab Fahlan bergumam.

"Gimana kalau Hira jadi santri aja. Supaya pengetahuan Hira tentang agama semakin banyak," jelas Hira dengan wajah serius.

"Hm, boleh. Asalkan Humaira Nyaman. Justru itu sangat bagus, supaya Humaira lebih banyak tau dan juga bisa dapat banyak teman nanti di sana," jelas Fahlan.

Hira menjadi salah fokus, saat Fahlan menyebutkan nama Humaira. Ia mengerutkan keningnya. Siapa Humaira? Kenapa Fahlan memanggilnya begitu? Apakah dia salah menyebutkan nama seseorang disini? Hira terus membatin dengan banyak pertanyaan yang terus berputar dikepalanya.

"Humaira siapa?" tanya Hira kesal.

Melihat ekspresi Hira yang marah membuat Fahlan tertawa kecil. Menurutnya, wajah istrinya sangat menggemaskan saat marah. Tidak, tidak hanya saat marah. Setiap melihat wajah Hira, dimatanya Hira selalu menggemaskan.

"Humaira adalah panggilan sayang dari Rasulullah untuk istrinya, Aisyah."

Mendengarnya, membuat Hira senyum dengan pipinya yang mulai memerah. "Oh, jadi maksudnya Mas panggil Hira dengan Humaira, supaya bisa samaan kayak Rasul gitu?"

Fahlan pun mengangguk, menjawab pertanyaan Hira. Begitu pula dengan Hira, ia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi Mas, soal menjadi santri, Hira gak punya gamis. Gamis Hira cuma ada dua, satu dikasih Ibu Mega, sama yang Mas kasih tadi pagi, hijab juga gak ada yang ada hanya selendang akad tadi,"  jelas Hira apa adanya.

Tentang Hira & JodohnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang