🌻Hira - Chapter [21]

501 51 2
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Hai-hai semuanya, ketemu lagi :)

❗Jangan Lupa Vote dan komen

❗Tandai typo

HAPPY READING ^_^
__________________________________

HAPPY READING ^_^__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART XXI || SERIBU BAYANGAN

Semua orang terkejut mendengar penjelasan dari, Fahri. Jangankan Ibu Nyai dan Fahlan, Hira pun lebih terkejut nya. Bagaimana tidak, dia bahkan tidak pernah tahu wajah Ayahnya. Selama ini dia hanya tahu nama ayahnya saja, itupun karena Ibunya yang memberi tahu, kalau tidak dia juga tidak akan tahu.

Selama delapan belas tahun hidup tanpa sosok seorang ayah, bahkan di akui saja tidak. Selama itu di hina, anak tanpa Ayah yang jelas. Selama ini, Ibunya yang berjuang membersarkan dirinya. Tidak ada Ayah, dalam kamus Hira. Ia tidak menyangka, ternyata orang itu benar-benar Ayahnya.

Tes...

Cairan bening mulai mengalir di pipi mulus Hira. Air matanya luruh begitu saja dan tidak dapat lagi ia cegah. Bagaikan di terjang badai, detak jantung Hira, terasa seperti berhenti sejenak. Tatapannya kosong, dengan mata yang terus mengeluarkan air mata. Melihat Hira, yang menangis dalam diam, Fahlan langsung membawa Hira, ke pelukannya. Tidak ada jalan lain bagi Fahlan, selain memeluk istrinya erat-erat, di dalam dekapannya.

"Apa semua itu benar?" tanya Ibu Nyai.

Hira, yang di tanya hanya menggelengkan kepalanya, lalu menangis di pelukan Fahlan. Ia membenamkan wajahnya di dada bidang Fahlan. Fahlan, tak henti-hentinya memberikan usapan lembut di punggung istrinya, sembari membisikkan ditelinga Hira. "Istigfar sayang."

"Fahlan, apa semua itu benar?" Ibu Nyai, kembali bertanya. Ia sangat penasaran, dengan apa yang baru saja ia dengar, dari bibir Fahri.

"Nanti Fahlan jelaskan semuanya. Sekarang, Fahlan akan membawa Hira pergi, tidak enak nanti dilihat orang."

Ibu Nyai dan Fahri mengangguk paham.

"Kunci mobil," Fahlan mengajukan tangannya ke hadapan Fahri.  Fahri, langsung menyerahkan kunci mobilnya kepada Fahlan.

Fahlan membawa Hira pergi, dengan mobil pribadi milik Fahri. Sepanjang perjalanan, Hira tidak berbicara sepatah kata pun. Ia menatap ke luar jendela mobil, dengan tatapan kosongnya, serta sisa air mata yang mulai mengering di pipinya.

Kurang lebih lima belas menit kemudian, Fahlan memberhentikan mobilnya di depan sebuah restoran. Hira, masih belum menyadari keadaan mobil yang sudah berhenti. Ia masih sibuk berperang dengan isi kepalanya.

"Sayang."

"Hem." Hira, tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah Fahlan.

Fahlan tersenyum. Ia mengusap sisa air mata di pipi bulat istrinya. "Kita santai di sini, mau?" tanya Fahlan.

Tentang Hira & JodohnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang