🌻Hira - Chapter [25]

496 50 9
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Hai-hai semuanya, ketemu lagi :)

❗Jangan Lupa Vote dan komen

❗Tandai typo

HAPPY READING ^_^
__________________________________

HAPPY READING ^_^__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PART 25 || FAHRI DAN ARUMI

Tiga orang sedang berbincang-bincang hangat, di selingi canda dan tawa, menghiasi pondok gazebo yang sering kali terlihat sepi. Mata pria soleh, tak henti hentinya beralih, di iringi lafas Allah yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Sesekali menundukkan pandangan dan memejamkan mata, untuk mengendalikan diri, supaya mata itu tidak lagi melirik kepada yang bukan mahramnya.

Rival, sepertinya sudah menjadi pria sejati yang sesungguhnya, sebagai seorang muslim.

"Astagfirullahhal'Azim, masya'Allah tabarakallah, ya Allah, sungguh indah ciptaan mu," batin Rival.

"Ujian apa ini ya Allah, langsung dengan dua perempuan cantik yang engkau tunjukkan, dihadapanku," batinya lagi.

Melihat dua perempuan cantik dihadapannya, membuat Rival canggung. Ia merasa tidak leluasa, lantaran pandangannya selalu tertunduk ke bumi. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Ia tidak akan membiarkan matanya itu, melihat dua perempuan yang tidak seharusnya dipandang. Cukup saja di masa lalu, Rival melihat banyak aurat para perempuan. Sekarang, ia usahakan tidak akan mengulanginya. Sekarang ia adalah seorang muslim dan sudah sepatutnya, seorang muslim berusaha melakukannya.

Allahuakbar... Allahuakbar...

Suara adzan Ashar terdengar dari mushola pesantren Al-Anwar.

"Allahuakbar..." seru ketiganya bersamaan.

"Alhamdulillah sudah Ashar, mari ke mushola bersama," ajak Rival.

"Ayo," jawab Ning Arumi antusias, di ikuti anggukan dari Hira.

Mereka bertiga pergi ke mushola bersama dan menunaikan sholat ashar berjamaah. Sepanjang solat di mushola, Hira tak henti hentinya tersenyum, ketika mendengar suara imam. Suara itu adalah suara yang sangat ia kenali. Siapa lagi kalau bukan Fahlan, suaminya itu.

Selesai solat berjemaah, Hira melihat Fahlan, bersama Rival dan Gus Azzam yang sedang berbincang bincang. Ia memperhatikan ketiganya dari kejauhan.

"Gabung aja kalau mau," ucap Ning Arumi.

"Gak ah, masa iya gabung sama bapak-bapak." jawaban Hira, membuat Ning Arumi tertawa. Mendengar Hira, menyebutkan tiga pria itu sebagai bapak-bapak, menurutnya sangat lucu.

"Kamu ada-ada aja Ra. Disitu yang bapak-bapak cuma suami kamu aja, Kakak aku belum nikah."

"Oh ya? Emangnya, umur Gus Azzam berapa?" sambung Hira bertanya.

Tentang Hira & JodohnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang