🌻Hira - Chapter [23]

509 47 1
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Hai-hai semuanya, ketemu lagi :)

❗Jangan Lupa Vote dan komen

❗Tandai typo

HAPPY READING ^_^
__________________________________

HAPPY READING ^_^__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 23 || PERMOHONAN MAAF AYAH

Susana jalan raya dihiasi sunset sore ini, tampak sangat indah untuk di pandang. Hira, menikmati pemandangan dari dalam mobil, ia membuka kaca mobil membiarkan angin menerpa wajahnya. Hira dan Fahlan, sama-sama diam tanpa suara didalam mobil. Hira sedang sibuk menikmati pemandangan jalan raya, sedangkan Fahlan sedang fokus ke jalanan di depannya. Mereka tetap seperti itu, hingga tiba di pesantren.

Hira, mengerutkan keningnya, saat melihat sebuah mobil asing terparkir di depan rumah mertuanya. Ia mencoba menebak-nebak, namun juga menghiraukan nya. Rumah mertuanya sering kali kedatangan tamu, oleh sebab itulah, Hira pun sudah terbiasa dan tidak pernah ingin tau, tentang siapa yang datang.

"Assalamu'alaikum," ucap keduanya saat memasuki rumah.

"Wa'alaikumsallam," jawab semua orang yang ada di ruang tamu.

Deg.

Langkah kaki Hira terhenti, ia mematung di ambang pintu melihat ke arah ruang tamu. Hira, merasa seperti di beri kejutan yang tidak terduga, melihat keluarga kyai Hassan, ada di depannya. Keluarga Kyai Hassan, yang datang yaitu, Kyai Hassan, Nyai Rasmita, Ning Arumi dan satu orang lagi yang membuat Hira terkejut, yaitu Hardian.

"Alhamdulillah, kalian sudah pulang, ayo duduk sini." Ibu Nyai, berhasil membuyarkan lamunan Hira.

Mereka berdua duduk bergabung dengan semua orang di sofa ruang tamu. Detak jantung Hira, berdetak tak menentu. Ia bahkan, ragu untuk mengangkat pandangannya. Ia hanya bisa menundukkan kepala, sambil meremas jari jemarinya. Ibu Nyai menggenggam tangan menantunya. Ia mengerti keadaan Hira, saat ini. Berharap, genggaman tangan itu, bisa mengurangi rasa cemas Hira.

"Nak. Ada yang ingin di bicarakan oleh keluarga kamu."

Mata Hira, sudah berkaca kaca, apalagi saat mendengar Ibu Nyai berkata keluarga, karena selama ini keluarga yang Hira punya hanyalah Ibunya.

"Nak. Nak Hira."

Mendengar namanya di panggil, Hira langsung mengangkat kepalanya. Ternyata, Hardian lah yang memanggilnya. Orang yang ternyata, adalah Ayah kandungnya. Hira, menatap Ayahnya datar. Air matanya, terlihat berlinang dipelupuk matanya. Hardian, beranjak dari duduknya, kemudian berlutut. Ia berlutut tepat di depan Hira.

"Hira, sa-saya..." Hardian, menghentikan ucapannya sejenak.

"Saya adalah Ayah kamu."

Mendengar ungkapan Hardian, Hira pun mengalihkan pandangan ke lain arah, untuk mencegah air matanya terjatuh. Saat ini, tangannya bergetar hebat. Matanya memerah. Detak jantungnya, semakin berdetak cepat, seiring berjalannya waktu.

Tentang Hira & JodohnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang