🌻Hira - Chapter [15]

555 56 5
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Hai-hai semuanya, ketemu lagi :)

❗Jangan Lupa Vote dan komen

❗Tandai typo

HAPPY READING ^_^
__________________________________

HAPPY READING ^_^__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART XV || BUKAN JODOH

Sesampainya di pesantren, Fahlan memarkir mobilnya di depan rumah. Ia mengambil ransel Hira, yang ada di bagasi mobil.

"Sayang, kenapa turun?" tanya Fahlan. Ia sedikit berlari ke arah Hira, saat melihat istrinya yang keluar dari mobil. Ia khawatir, dengan kaki Hira yang terluka.

"Udah mendingan kok ini," ucap Hira memainkan kakinya.

"Beneran, udah gak sakit?" tanya Fahlan.

"Iya, beneran Mas. Kita langsung masuk aja yuk, Hira udah gerah banget, pengen mandi." Fahlan mengangguk dan menggenggam tangan Hira.

"Assalamu'alaikum" ucap keduanya, saat masuk ke dalam rumah.

"Wa'alaikumsallam," jawab Ning Rumi, yang sedang duduk sendirian di ruang tamu.

Mata Ning Rumi, memandang lekat tangan Fahlan, yang sedang menggenggam tangan Hira. Ia terpaku dan terdiam, dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Bisa gak?" tanya Fahlan, saat mereka hendak menaiki anak tangga.

Satu, dua langkah kaki Hira menaiki anak tangga dengan durasi yang sangat lambat, seperti seekor kura-kura.

"Mas gak usah merhatiin kaki Hira," ucap Hira, sembaru terkekeh melihat kepala Fahlan mengikuti ritme kakinya.

"Ya harus dong, jadi kalau ada apa-apa, Mas udah siap siaga."

Hira, menghela napas dan melanjutkan langkah lakinya, tanpa menggubris perkataan Fahlan.

"Aahh!" jerit Hira, saat Fahlan menggendongnya secara tiba-tiba. Fahlan bosan, melihat langkah kaki Hira yang sangat lambat.

"Mas ngagetin Hira!." Hira, menepuk pelan dada Fahlan.

"Tinggal beberapa langkah lagi ini, turunin!" sambung Hira merengek.

"Kelamaan," ucap Fahlan, langsung membawa Hira ke kamar.

Dan semua adegan romantis itu di lihat oleh sepasang mata. Siapa lagi kalau bukan Ning Arumi. Ia memandang mereka berdua, dari awal datang hingga masuk kedalam kamar. Kecemburuan, terlihat jelas dimatanya. Namun, kecemburuan itu tidak ada gunanya. Ia tidak punya hak untuk cemburu, karena bukan siapa-siapa.

Tentang Hira & JodohnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang