🌻Hira - Chapter [26]

491 45 11
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Hai-hai semuanya, ketemu lagi :)

❗Jangan Lupa Vote dan komen

❗Tandai typo

HAPPY READING ^_^
__________________________________

HAPPY READING ^_^__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 26 KEMBALI SEKOLAH

Seluruh santriwan dan santriwati, terlihat berbaris rapi di lapangan pesantren Al Fattah. Mereka melakukan kegiatan senin pagi seperti biasanya, apalagi kalau bukan upacara bendera. Salah satu tradisi yang memiliki makna mendalam dalam banyak budaya di seluruh dunia itu, juga menjadi tradisi di pesantren Al Fattah, sebagai warga negara.

Hari ini, Fahlan yang menjadi pembina upacara. Itu sudah menjadi tugasnya sebagai calon pemimpin Al Fattah. Calon Kyai dimasa depan. Kyai Abdullah, akhirnya luluh juga pada putra sulungnya itu dan memberikan kepercayaan penuh pada Fahlan, untuk memimpin Al Fattah nantinya. Fahlan pun tak ambil pusing, ia tidak ingin menolak keinginan orang tuanya, walaupun sebenarnya ia berusaha menolak tawaran itu sebelumnya. Fahlan merasa, menjadi seorang Kyai bukanlah jati dirinya, namun ia akan tetap mencobanya.

Hira, merasa mulutnya sudah sangat masam, karena tidak berbicara sedikit pun sejak datang tadi pagi. Ia berbaris di barisan kelas yang pernah ia tempati. Hari ini, Hira mulai masuk sekolah kembali, menjadi seorang santriwati. Ia sudah meminta izin pada suaminya, sebelumnya.

Teman sekela Hira, tidak ada yang ingin mengajaknya bicara, termasuk teman dekatnya, Wulan. Padahal saat ini, Hira bersebelahan dengan Wulan. Sesekali, Hira melirik Wulan, berusaha mencuri perhatian anak itu, namun tetap tidak berhasil. Sepertinya, Wulan kecewa padanya. Kecewa tentang kebenaran tentang, siapa Hira sebenarnya. Hira, hanya bisa menghela napas berat selama upacara berlangsung.

Setelah upacara bendera selesai, seluruh santri kembali ke dalam kelas masing-masing, termasuk Hira.

"Dia, kenapa masih sekolah sih?"

"Tau ah, gak jelas."

"Gus Fahlan, nikah sama santriwatinya sendiri, mana masih di bawah umur lagi."

"Atau jangan-jangan, istrinya ini fakir agama, jadi disuruh jadi santriwati aja."

Terdengar bisik-bisik dari mulut para santriwati di kelas yang Hira tempati saat ini. Ucapan terakhir santriwati itu, membuat Hira, kembali pada kenyataan. Ia kembali teringat, dengan dirinya yang jauh dari kata sempurna untuk berdampingan dengan Fahlan. Namun, Ingin sekali rasanya,  Hira berteriak dan menjelaskan betapa indahnya menjadi istri dari Gus kebanggaan mereka itu. Namun, Hira hanya bisa diam dan mengabaikan segalanya.

Tentang Hira & JodohnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang