3. Sebuah Tawaran

298 31 10
                                    


Biasakan memberi vote sebelum membaca dan komentar jika tidak keberatan.

Happy reading!

🍒🍒🍒

Satu bulan yang lalu...

Toko roti yang merangkap menjadi kafe itu mulai sedikit lebih sepi dibanding satu jam yang lalu. Hal yang membuat para karyawan mulai bisa mengatur nafas setelah digempur dengan banyaknya pesanan. Hampir setiap pagi toko yang berada di lokasi perkantoran strategis itu selalu ramai pembeli baik dine-in maupun take away karena mungkin kebanyakan dari karyawan tak sempat sarapan di rumah dan buru-buru ingin masuk ke tempat kerja.

"Kalau udah gini rasanya gue pengen minta dinikahin Jimin secepatnya. Biar gak perlu capek-capek cari cuan lagi," keluh seorang gadis terdengar penuh harap sambil tangannya sibuk membersihkan meja yang baru beberapa menit lalu ditinggalkan pelanggan.

"Jangan mau, Jim! Nita makannya banyak." Sebuah suara mengintrupsi kehaluan gadis tersebut. Mata gadis bernama Anita itu memicing tajam saat mendapati cengiran sang sahabat di belakangnya.

"Ish! Rese lu!" kesal Anita cemberut menatap Dinda yang masih cengar-cengir membalas kehaluannya.

"Aigo... Nita-ya!  Park Jimin aja gak tau lo hidup apa kagak," sahut Dinda tergelak menjawab tatapan sang sahabat dengan sedikit aksen bahasa Korea yang pernah ia dengar di salah satu drama. Tangannya sama sibuknya membersihkan meja yang ditinggalkan oleh pelanggan.

"Trus gimana dong biar dia tau kalau gue ini ada dan masih menunggu dia datang melamar?" tanya Anita menatap Dinda sejenak.

Dinda menepuk bahu Anita kasual,"Gue ada ide brilliant," jawabnya di telinga Anita serius, membuat sang sahabat memfokuskan atensi padanya." Lo kerja aja di kafe papanya Jimin, siapa tau someday Jimin notice lo," ucap Dinda memberikan usul yang menurutnya sangat cemerlang.

"Ah elah! Gue kudu ke Korea dong!" desah Anita memanyunkan bibirnya,"Mana gue cuma bisa ngomong Annyeong haseyo doang," lanjutnya mencebik menatap Dinda yang kini terkekeh geli melihat wajah Anita yang frustasi.

"Lagian alam bawah sadar lo emang benaran gak mau sadar ya kalau sudah ngomongin member idol grup yang satu itu," ucap Dinda geleng-geleng kepala menatap pada Anita yang justru nampak percaya diri dengan mengibaskan rambut panjangnya.

"Whatever! Gue menolak sadar pokoknya! Jimin marry me!" pekiknya sambil menatap layar ponsel yang hari ini menampilkan foto Jimin sebagai wallpapernya.

"Salah server woy! Itu tagline punya bini-bininya Yoongi," Dinda kembali menepuk bahu Anita sambil tertawa. "Yoongi marry me!" lanjutnya.

"Gak papa! Dua-duanya emang incaran gue." Lagi-lagi Dinda menutup rapat bibirnya agar tawanya tak menghambur keluar akibat ucapan gadis pemilik kepercayaan diri tingkat tinggi tersebut.

"Dih makin kesini lo makin kesana ya, Nit." decak Dinda usai tawanya selesai. "Mungkin gak sih nanti kalau suatu saat ketemu jodoh, lo bakal lupa ama Jimin, Yoongi dan yang lainnya?"

"Yah paling tidak gue bisa cerita ke anak gue betapa tampannya cowok-cowok yang dulu gue putusin demi cowok yang jadi bapaknya nanti."

Ya Salam!

Detik selanjutnya Dinda tak dapat lagi menahan tawanya dengan jawaban kelewat Pede yang Anita ucapkan. Sumpah demi apapun! Baru kali ini ia bertemu seorang cewek yang begitu terobsesi dengan member salah satu idol grup asal Korea Selatan tersebut.

Married By AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang