8. Panggilan Sayang

290 32 10
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca dan komentar jika berkenan.

Happy reading!

🍒🍒🍒

"Din, jujur sama Bunda. Apa Aga tiap malam meminta haknya sebagai suami?" tanya Bunda menyentuh bahu sang menantu lembut.

Merasa ada kesempatan membalas Dirga, pelan namun pasti Dinda mengangguk membenarkan dengan wajah yang dia buat sepolos mungkin." Iya, Bun. Pak Dirga minta jatah tiap malam," jawabnya penuh dusta.

"Ya Ampun, AGAAAAA!"

Detik selanjutnya tawa kemenangan Dinda semakin keras di dalam hati menyaksikan bagaimana sang suami diceramahi habis-habisan oleh sang ibu mertua. Ia bahkan memegangi kuat perutnya agar tawanya tidak menyembur keluar.

"Satu sama!" ucap Dinda dengan gerakan mulut saat mata sepasang suami istri itu bertemu.

Aish! Cewek bar-bar ini benar-benar...

Tangan Dirga mengepal kuat sambil berpikir keras bagaimana cara membalas serangan Dinda yang kini tersenyum penuh kemenangan di samping Bunda.

"Bun jangan salahkan Aga sepenuhnya, dong! Aga memang minta tiap malam. Tapi Dinda tuh yang paling sering minta nambah. Kalau udah gitu mana bisa Aga nolak. Lagian kalau nggak dikabulkan dia bakal ngambek."

Dinda tak menyangka skor satu sama yang tadi membuatnya merasa di atas angin kini menghempasnya jatuh ke bumi. Ia harus menerima kenyataan jika kemampuan membalik fakta yang Dirga miliki jauh lebih baik dibanding dirinya.

"Bohong, Bun! Pak Dirga bohong!" elak Dinda sambil menggelengkan kepala namun justru disangkal oleh Dirga dengan menarik tangan sang istri kemudian mengacak pucuk kepalanya gemas. "Ngaku aja, Sayang! Sama Bunda juga kok," tawa Dirga semakin lebar melihat wajah Dinda yang memerah, "iyakan, Bun?"

"Iya, Din suami kamu benar. Ngapain malu sama Bunda. Lagian kalian kan suami istri," jawab Bunda tersenyum bahagia melihat interaksi menggemaskan pasangan pengantin baru itu.

"Sorry, Bun. Istri Aga emang agak pemalu," kekeh Dirga geli.

"Pak Dirgaaa...." Suara Dinda terdengar merajuk namun justru membuat tawa kemenangan Dirga semakin lebar.

"Eh tunggu dulu!" Suara bunda mengintrupsi kemesraan palsu yang dua orang itu pertontonkan, "Kamu masih panggil Aga dengan sebutan Bapak, Din?" todong Bunda yang baru sadar dan kini justru membuat Dinda kesulitan menelan ludah.

Mati gue!

"Tidak masalah, Bun. Istri Aga mungkin belum terbiasa memanggil suaminya yang tampan ini dengan panggilan sayang."

Untuk kali ini Dinda amat bersyukur Dirga menyelamatkannya di saat-saat ia tak lagi memiliki kemampuan untuk mencari alasan yang tepat.

"Sebagai suami istri kalian harus terbiasa memiliki panggilan sayang satu sama lain," pesan Bunda yang dijawab oleh anggukan serempak oleh suami istri itu.

"Iya, Bun..."

"Ya sudah bunda ijin mau ke toilet dulu. Kebelet pipis," ucap Bunda buru-buru meninggalkan dua sejoli yang masih duduk di tempat masing-masing.

Married By AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang