9. Lunch Box

332 38 8
                                        

Biasakan memberi vote dan komentar jika berkenan.

Happy reading!

🍒🍒🍒

Setelah selesai menemani Bunda berbelanja, maka jadilah beberapa jam kemudian Dinda berada di sini. Di lobi sebuah gedung kantor perusahaan yang alamatnya diberikan oleh Bunda sebelum beliau pamit pulang.

"Harap ditunggu ya, Mbak. Bapak Dirgantara akan segera turun," pinta Resepsionis ramah mempersilahkan Dinda menunggu sembari duduk di tempat yang sudah tersedia.

"Terimakasih, Mbak," angguk Dinda tersenyum sopan.

Selang beberapa menit menunggu, Dinda mendapati kehadiran Dirga yang berjalan ke arahnya dengan tatapan yang sungguh sulit untuk ia artikan.

Tanpa bicara, tangannya menarik tangan Dinda cepat untuk mengikuti langkahnya masuk ke dalam lift yang mengantarkan mereka ke lantai delapan.

"Kamu apa-apaan sih pakai acara ngantar makan siang segala?" tanya Dirga setelah sampai di dalam ruangannya. "Saya bukan anak kecil lagi."

"Jadi gini..."

"Mau berperan jadi istri yang baik kamu?" tuding Dirga diikuti senyum sinisnya. "Jangan harap saya akan jatuh cinta sama kamu," tambahnya.

Dinda memijit dahinya yang terasa berdenyut kala mendengar tuduhan tak berdasar yang Dirga layangkan tanpa ampun padanya.

"Asal Bapak tau, ya! Saya juga ogah ngantar makanan ke sini. Kalau bukan karena Bunda yang minta saya tidak akan pernah menginjakkan kaki di gedung ini," sahut Dinda membela diri.

"Tidak usah berlindung di balik nama Bunda," sentak Dirga dengan nada tinggi.

Astaghfirullah!

"Kehadiran kamu dan masakan yang kamu bawa itu sama-sama membuat selera makan saya hilang."

Dinda tak tau dosa apa yang pernah dilakukankan dulu sehingga Allah memberi balasan mempertemukannya dengan sosok pria yang dari mulutnya selalu keluar kata-kata menyakitkan yang menusuk sampai ke hati.

"Oke! Kalau begitu saya pamit. Selamat siang! Assalammu'alaikum!"

Tak ingin membiarkan api amarah terus berkobar di hatinya yang bisa saja akan mengahasutnya untuk maju memberikan satu atau dua tamparan di wajah tampan milik Dirga, Dinda akhirnya pergi tanpa menunggu repetan panjang keluar dari bibir pria itu dengan kembali mengambil kotak makan siang yang tadi sempat diletakkannya di atas meja.

Matanya tiba-tiba memanas saat berada di dalam lift yang pintunya sudah tertutup.

Sebagai wanita yang terkenal tahan banting, perlakuan tak mengenakkan yang kerap Dirga tunjukkan padanya selama ini selalu sukses Dinda halau dengan sikap masa bodoh. Namun entah kenapa hari ini hatinya tak sekuat biasanya dalam menghadapi sikap Dirga. Hal itu terbukti dengan sebutir lelehan bening yang jatuh dari pelupuk matanya.

Kesibukan mengahalau emosi di dada membuat Dinda tak sadar jika lift yang ia masuki bukannya turun ke bawah melainkan membawanya naik ke atas.

Di lantai atas gadis itu tak sengaja menemukan sebuah pintu yang membawanya ke arah rooftop gedung tersebut.

"Wuahhh....!"

Married By AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang