26. Be Mine!

353 26 1
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca!

Happy reading!

🍒🍒🍒

Malam ini Dirga memutuskan untuk menginap di panti karena ternyata Dinda mengadakan syukuran kecil-kecilan atas kelulusannya. Walau beberapa kali gadis itu memaksanya untuk pulang namun ia tetap menggeleng dan memilih berbaur dengan anak-anak panti yang sedang asyik bermain sepak bola sore itu.

"Mas nggak masalah tidur di kamar sempit seperti ini?" tanya Dinda hati-hati ketika waktu istirahat telah tiba.

Kamar yang mereka tempati sebenarnya adalah kamar beukuran 3x3 yang diperuntukkan oleh Bapak jika ada tamu yang berkunjung. Lumayan luas menurut Dinda. Namun mengingat kamar utama yang ditempati suaminya di rumah adalah kamar yang memiliki luas dua kali lipatnya tentu saja hal tersebut menimbulkan kekhawatiran di hati Dinda. Ia takut jika Dirga merasa tidak nyaman.

"Nggak masalah," jawab Dirga sambil merebahkan tubuhnya di kasur dengan santai.

"Syukurlah!" jawab Dinda tersenyum lega.

"Kamu tidur di sini juga, 'kan?"

"Saya bisa tidur di kamar anak-anak," jawab Dinda dengan gelengan kepala.

"Dan membiarkan Bapak dan Ibu bertanya tentang hubungan pernikahan kita?" sahut Dirga menakuti.

Dinda menghela nafas, "Iya juga sih."

"Kita bisa tidur di sini dengan sekat guling." Dirga menepuk guling yang diletakkannya tepat di tengah tempat tidur.

"Baiklah!" jawab Dinda akhirnya yang disambut oleh sorak sorai hati Dirga yang merasa girang bukan kepalang.

Tak perlu menunggu lama, gadis yang nampak kelelahan itu langsung tertidur beberapa menit setelah kepalanya menyentuh bantal.

"Good night, Lovely girl!" bisik Dirga setelah mengecup lembut kepala sang istri yang sudah terbuai di alam mimpi.

Bisa memandang wajah Dinda dari dekat seperti ini adalah kesempatan langka yang sangat sulit Dirga dapatkan. Jika dalam keadaan normal, ketika mata mereka bertemu Dinda akan memilih buru-buru mengalihkan pandangan kemudian menjauh dari sang suami. Saat mendapatkan kesempatan emas seperti sekarang ini, Dirga tak akan menyia-nyiakan barang sedetik pun untuk memandangi dan mengagumi betapa indah pahatan Allah di wajah istinya hingga matanya ikut memejam.

Ketukan suara di daun pintu kala pagi menjelang membangunkan Dinda dari tidur lelapnya. Badannya terasa kembali segar setelah tidur dengan nyenyak tadi malam.

Saat hendak bangun, Dinda justru terdiam karena gerakannya tertahan oleh lengan besar yang melingkar di perut ratanya.

Astaghfirullah!

Kejadian di rumah Bunda beberapa waktu yang lalu masih jelas terpatri di benaknya kala Dirga menuduhnya mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk tidur sambil memeluknya.

Tak ingin Dirga kembali menilainya sebagai wanita murahan, untuk itulah ia lebih memilih tidur terpisah agar hal tersebut tidak terjadi. Sayangnya tadi malam badannya sudah terlalu lelah berdebat dengan suaminya tersebut dan memilih mengangguk agar bisa secepatnya istirahat. Walau pada akhirnya kekhawatiran yang bersarang di hatinya tadi malam kembali terbukti pagi ini.

Dengan perlahan gadis itu berusaha mengurai belitan tangan Dirga di perutnya. Sayangnya bukannya terlepas, belitan itu justru semakin erat seolah tak mengijinkan Dinda melepasnya.

"Mas..." Dinda akhirnya menepuk-nepuk tangan Dirga agar sosok itu terbangun.

"Mas Dirga! Bangunnnn!" panggil Dinda untuk kedua kalinya.

Married By AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang