Biasakan memberi vote sebelum membaca.
Happy reading!
🍒🍒🍒
Tak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada orang lain. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu!
Mungkin kata-kata dari Ali bin Abi Thalib di atas adalah salah satu alasan kenapa Dinda memilih pergi dari hadapan Dirga dari pada susah payah menjelaskan jika apa yang suaminya itu tuduhkan padanya tidak benar. Sejak awal Dinda jelas tau, jika Dirga memang tak pernah berpikiran positif jika menyangkut hal tentang dirinya. Walau sering memilih untuk abai nyatanya Kata-kata yang dilemparkan Dirga barusan jelas menohok dan sukses mengoyak habis-habisan harga dirinya.
Oke! Mulai saat ini jangan harap aku akan berakting menjadi istri yang baik. Asal tau saja, selama ini aku melakukan itu hanya demi Bunda.
Besoknya Dirga keheranan karena saat hendak sarapan tidak didapatinya kehadiran Dinda yang biasanya sibuk menata meja makan. Ia hanya mendapati seporsi nasi uduk yang masih terbungkus rapi dalam box dengan nama sebuah rumah makan terkenal.
Dirga mendengus, "Sok ngambek rupanya."
Saat pulang dari kantor di malam hari, pria itu kembali mendapati rumah yang sepi tanpa kehadiran Dinda yang biasanya tertidur di depan televisi. Setengah jam kemudian sosok itu justru datang dengan wajah lelahnya.
"Dari mana saja kamu?" tanya Dirga menatap Dinda yang hendak membuka pintu kamar.
"Kerja!" jawab gadis itu datar.
"Sampai malam seperti ini?"
"Saya lembur."
"Sampai lupa kalau suami datang harusnya ada makanan di atas meja?" tanya Dirga lagi, mencoba memancing agar gadis bar-bar itu membalas sengit pertanyaannya.
Namun sayangnya harapan tersebut tak pernah terwujud. Tanpa menjawab, Dinda berjalan menuju rak piring dan membawa dua buah piring ke atas meja makan. Dengan cekatan ia memindahkan ayam goreng cepat saji merek terkenal ke dalam piring. Tak ketinggalan gadis itu juga mengeluarkan nasi goreng kambing yang menguarkan aroma lezat saat bungkusnya terbuka.
"Makanan enaknya sudah siap di meja, Pak," ucap Dinda membungkukkan badan dan sejurus kemudian berlalu hendak memasuki kamar.
"Kamu tidak makan?"
"Sudah."
"Makan di mana?"
"Di rumah Anita."
"Ngapain kamu numpang makan di rumah orang? Kek tuna wisma saja," ejek Dirga.
"Sudahlah, Pak! Apa salahnya makan di rumah teman saya sendiri? Toh tidak merugikan Bapak juga, 'kan? Kalaupun mirip tuna wisma, itu juga saya. Bukan anda!"
Ah! Tolong berikan apresiasi berupa tepuk tangan yang paling meriah pada Dinda karena kemampuan membalas perkataan Dirga semakin hari semakin terasah dengan baik.
"Temani saya makan!" pinta Dirga menarik kursi lalu mendudukinya.
"Saya capek!" tolak Dinda yang sebenarnya merasa aneh dengan permintaan si pria bermulut keji itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Agreement
ChickLitKehidupan damai dan tentram seorang gadis biasa bernama Adinda Sabila mendadak kacau setelah memutuskan untuk menerima pinangan seorang pria bernama Dirgantara Mumtaza Ahmad. Sosok pria bermulut tajam yang selalu memandang rendah dirinya tersebut...