13. Ranjang Pengantin🔥

346 37 8
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca!

Happy reading!

🍒🍒🍒

Dinda merasa tidurnya kali ini adalah tidur ternyaman yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Seperti inikah rasanya tidur di kamar orang kaya yang bahkan tidur di atas selembar sajadahnya pun rasanya teramat nyaman?

Otak gadis itu terlalu malas memikirkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dari pada pusing, ia lebih memilih kembali masuk ke alam mimpi yang membawanya bertemu dengan seseorang yang selama ini amat sangat ia rindukan kehadirannya.

Sosok yang samar-samar ia ingat sebagai ayah.

"Dinda rindu," ucapnya lirih sambil memeluk erat sosok tersebut. Lelehan kristal yang jatuh dari pelupuk matanya meluncur cepat dan menciptakan aliran sungai kecil di pipi seakan menjadi saksi jika gadis tangguh yang selama ini selalu sukses menyembunyikan luka di hatinya hanyalah seorang manusia biasa yang bisa merasa putus asa.

"Dinda tak boleh bersedih! Ingat pesan ayah! Allah selalu bersama orang-orang yang sabar!"

Mimpi tentang nasehat sosok itu sering muncul di lelap tidurnya dan pada akhirnya menjadikan Dinda pribadi yang selalu kuat dan sabar dalam menjalani hidup. Lagi pula sejak mengikuti kajian rutin setiap minggu di masjid dekat rumah Mbak Safira, Dinda jadi banyak belajar tentang agama yang perlahan menuntunnya untuk memasrahkan semuanya pada Allah.

Saat pertama mengikuti kajian Dinda dikenalkan dengan seorang ustadzah yang anggun mempesona. Bagaikan oase di padang pasir, Dinda seakan bertemu dengan sosok yang dengan senang hati memberikan kupingnya untuk mendengarkan keluh kesah Dinda selama ini yang selalu mendapat kesusahan dalam menjalani hidup sejak masih kecil.

Sosok bijak itu tersenyum dan menggenggam tangan Dinda lembut, "Nak, Allah memang sama sekali tak pernah mengatakan jika hidup itu mudah. Tapi satu hal yang harus kamu tau, jika Allah pernah berfirman bahwa di dalam setiap kesusahan pasti ada kemudahan. Dan Allah juga berjanji akan selalu membersamai orang-orang yang sabar.

Berpegang petuah bijak sang ustadzah, Dinda tak lagi mengeluh dengan garis hidup yang ditakdirkan untuknya. Asalkan bersabar dan yakin jika setelah kesusahan akan ada kemudahan semua pada akhirnya akan baik baik aja.

"Lagi pula namanya juga cobaan, Din. Ya pasti berat lah! Kalau mau ringan bukan cobaan namanya, tapi cobain," celutuk Mbak Dina yang duduk di samping ustadzah tertawa.

"Keep strong, Din! Masih banyak cobaan yang belum kamu cobain," tambah Mbak Safira tak mau ketinggalan melemparkan candaan.

Dan benar saja, cobaan selanjutnya datang di pagi hari yang tenang ini...

"Puas kamu tidur sambil peluk saya?" Sebuah suara berat khas bangun tidur singgah di telinga Dinda kala matanya perlahan terbuka dan menyesuaikan dengan cahaya lampu di kamar.

Matanya mengerjap saat mendapati kedua tangannya memeluk erat sosok yang kini menatapnya murka.

OH NO!

Dengan gerakan cepat Dinda melepaskan pelukan tangannya dan bangun dari tempat tidur.

"Ngapain Bapak tidur di samping saya?" tanya Dinda tak mau disalahkan karena Dirga menuduhnya yang tidak-tidak.

Married By AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang